Dengan ter-gopoh2 dia menghampiri dipan, tenong dia taruh di atas dipan lalu membukanya satu persatu, dari tenong yang susun empat itu dia keluarkan beberapa macam hidangan, sepoci arak wangi dan sepiring bakmi goreng, hidangan ini dia taruh di atas meja, setelah menuang secawan arak dan menaruh sepasang sumpit, lalu dia memberi hormat kepada Ling Kun-gi, suaranya kedengaran merdu: "Barusan Congkoan ada pesan, mungkin Kongcu sudah lapar, beliau perintahkan hamba menyiapkan hidangan ini, silakan Kongcu mencicipinya."

"Terima kasih nona," ucap Kun-gi sambil mengangguk dengan tertawa. "Ada sebuah hal ingin kutanya kepada nona, entah suka memberitahu tidak?"

Mengerling si gadis baju hijau, katanya: "Entah apa yang ingin Kongcu tanyakan?"

"Congkoan yang barusan nona katakan, apakah kakek berjubah hijau dan berjenggot panjang itu?"

"Sudah tentu beliau," sahut si gadis baju hijau.

"Bolehkah nona memberitahu, siapakah nama Congkoan?"

Si gadis melengak, katanya: "Kongcu adalah teman beliau, memangnya belum tahu nama Congkoan malah?"

"Kalau Cayhe tahu, buat apa bertanya pada nona?"

Berkedip mata si gadis, katanya kemudian: "Kalau Congkoan tidak beritahu pada Kongcu, hamba tidak berani banyak bicara, lebih baik Kongcu langsung tanya padanya."

"Agaknya nona tidak mau memberitahu. Baiklah, kutanya soal lain saja, disini tempat apa, nona sudi memberitahu bukan?"

Ternyata si gadis malah balas bertanya: "Kongcu sudah berada disini, memangnya kau tidak tahu tempat apakah ini?" .

"Cayhe hanya tahu sedikit, cuma belum ku-buktikan."

Si gadis tertawa cekikik, katanya: "Syukurlah kalau Kongcu sudah tahu, kenapa harus tanya lagi, silakan sarapan, hamba mohon diri saja." -Bergegas dia lantas mengundurkan diri. .

Tiba di dekat dinding, dengan seenaknya jarinya yang runcing halus mendorong, pintu batu lantas terbuka dengan mudah, mendadak dia berpaling, katanya dengan senyum lebar: "Mohon maaf Kong-cu, sebelum mendapat izin, soal apapun hamba tidak berani bicara" -Begitu pintu berbalik lagi dengan cepat, dinding sudah tertutup rapat pula.

Memangnya Kun-gi sudah merasa lapar, tapi berada disarang musuh, setiap saat menghadapi bahaya, sebelum jelas duduk persoalannya dan tahu siapa si jubah hijau yang serba misterius ini, betapapun dia tidak berani mengusik hidangan itu.

Tidak lama setelah gadis baju hijau berlalu, waktu daun pintu terbuka lagi, tampak si jubah hijau melangkah masuk, tangannya membawa sebuah botol kecil warna hitam dan ditaruh di atas meja, ia melirik hidangan yang belum terusik, seketika dia mengunjuk rasa heran, katanya: "Mengingat Ling-kongcu baru saja mengalami pertempuran sengit selama setengah malaman, tentu perut sudah kosong dan badan letih, maka kusuruh Siau-tho menyiapkan hidangan ini, memangnya kenapa? Kongcu kuatir Losiu menaruh racun dalam hidangan ini?" -Tanpa terasa dia ter-bahak2 sambil mengelus jenggot, katanya pula: "Yakinlah bahwa dalam hidangan ini tiada ditaruh racun, Kongcu boleh silakan makan, tak perlu kuatir."

Kun-gi menyengir, katanya: "Umpama betul di dalam hidangan ini ditaruh racun, Cayhe juga tidak perlu gentar."

Kemudian berkata pula si jubah hijau: "Jadi kenapa Kongcu tidak memakannya?"

"Cayhe baru saja bertemu dengan Lotiang di lorong gelap tadi, sebelum saling kenal, musuh atau kawan juga belum menentu, maka tak suka aku sembarangan bertindak."

Mendadak si Jubah hijau tertawa sambil mendongak, katanya: "Memang tepat alasan Kongcu. Baiklah, Losiu Yong King-tiong, seharusnya aku adalah kawan dan bukan lawan Kongcu, sudah cukup bukan keteranganku?"

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now