"Mungkin masih ada yang sempat lolos, debu masih mengepul setebal ini dan sukar melihat keadaan," ujar Kongsun Siang.

Kun-gi menggeleng dan berkata setelah menghela napas: "Peristiwa ini terjadi amat mendadak, kita berdiri lima tombak diluar Ui-liong-tong, begitu melihat gelagat jelek aku segera menarik Ko-lotoa melompat ke belakang, tapi Ko-lotoa tetap keterjang batu, padahal dara2 kembang dan Houhoat-su-cia tersebar disekeliling Ui-liong-tong dalam jarak tiga tombak, mana mungkin mereka sempat meloloskan diri? Kesembronoanku yang harus disalahkan, sejak mula harus kuduga bila dalam tandu pasti tersimpan bahan peledak yang amat lihay, seharusnya kusuruh semua orang berdiri lebih jauh lagi."

Kongsun Siang berkata: "Hal ini tak bisa menyalahkan Congcoh, kalau Thay-siang membawa dinamit di dalam tandu seharusnva dia jelaskan dalam surat petunjuknya, menurut dugaanku, dinamit yang dapat menggugurkan separo gunung ini kalau tidak sekwintal pasti ada delapan atau sembilan puluh kati beratnya, kalau memang tidak tahu menahu, umpama berdiri jauh dan berilmu silat tinggi juga takkan sempat menghindarkan diri, apalagi menurut petunjuk kita harus menerjang masuk ke Ui-liong-tong, bahwa Cong-coh sudah suruh mereka menyebar sejauh tiga tombak, ini sudah cukup cermat juga." -

Secara langsung dia salahkan Thay-siang yang tidak menjelaskan persoalannya sehingga jatuh korban sebanyak ini.

Kun-gi diam sejenak tanpa bersuara, pelan2 kepalanya terangkat dan berkata: "Kongsun-heng, marilah kita berpencar memeriksa keadaan, mungkin masih ada yang cuma terluka parah dan belum ajal, perlu segera kita menolongnya.

Kongsun Siang mengangguk, katanya: "Benar Congcoh."

Mereka lantas berpencar kekanan kiri dan memeriksa sekitar Ui-liong-tong, debu yang beterbangan sudah mulai reda, keadaan sudah mulai terang. Maka puluhan tombak sekeliling Ui-liong-tong bisa terlihat jelas, ternyata batu2 padas melulu yang berserakan membukit di tempat itu, keadaan sudah berubah bentuk dan tak dikenal lagi.

Pertama Kun-gi menemukan jenazah Song Tek-seng, dia sudah berada tujuh tombak jauhnya dari Ui-liong-tong, punggungnya tertindih batu besar dan mati tengkurap.

Bergidik seram Kun-gi, diam2 ia berkata: "Song-heng, tenangkanlah dirimu dalam istirahatmu, nanti akan kukebumikan bersama dengan kawan2 yang lain."

Lalu dia maju lebih lanjut, ditemukan pula Loh-bi-jin, tadi dia berdiri tepat di mulut Ui-liong-tong, badannya gepeng tertindih batu besar yang jatuh ke bawah, hanya sebelah tangannya saja yang kelihatan menjulur keluar, kematiannya amat mengenaskan.

Dari lengan bajunya Kun-gi mengenali Loh-bi-jin yang tertindih di bawah batu2 ini, mengingat kebaikan orang yang telah memapah dirinya tanpa hiraukan perbedaan laki perempuan waktu dirinya sempoyongan setelah mengadu kekuatan dengan Hian-ping-ciang Tokko Siu, sungguh ia berterima kasih dan terharu, kini bertambah lagi sedih dan pilu, kejadian baru berselang beberapa kejap, tapi jiwa orang sudah mangkat mendahuluinya.

Pada saat itulah, mendadak seorang berteriak serak disebelah kiri sana: "Lekas kemari, tolonglah aku!"

Cepat Kun-gi memburu ke sana seraya berteriak: "Dimana kau?"

Mendengar suara Kun-gi, agaknya terbangkit semangat orang itu, teriaknya lebih keras: "Cong-coh, inilah aku Ting Kiau, tertindih di-celah2 batu besar ini."

Belum habis dia bicara Kun-gi sudah melompat tiba, tampak olehnya Ting Kiau tertindih di bawah sebuah batu raksasa yang ribuan kati beratnya.

Waktu batu raksasa ini menggelundung dari puncak, kebetulan membentur batu padas yang menonjol dari dinding gunung sebelah belakang dan Ting Kiau kebetulan sembunyi di bawah batu padas yang menonjol ini sehingga batu raksasa tadi tidak menindihnya hancur, dia terjepit di-celah2 batu tanpa bisa bergerak, hanya kepalanya saja yang menongol keluar.

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now