Hari kedua pada waktu yang sama, dengan cara yang sama dia berkunjung ke tempat Un It-hong serta melenyapkan racun ditubuhnya juga.

Langkah pertama ini dia telah berhasil dengan baik, sudah tentu tetap diluar tahu Ling-hong dan Long-gwat, kedua pelayan yang selalu mengawasi gerak-gerik mereka setiap hari, apa yang mereka lihat dan perkembangan apa yang terjadi pasti dilaporkan kepada sang Cengcu alias Cek Seng-jiang.

Dan Cek Seng-jiang justeru menaruh curiga, maklumlah Ciam-liong Cu Bun-hoa seorang tokoh- kosen, namanya juga beken, setelah diundang kemari dengan cara penculikan, meski dilayani sebagai tamu agung terhormat betapapun di tempat ini dia akan selalu kehilangan kebebasan, tak mungkin sedemikian getol dan besar perhatiannya terhadap getah beracun serta berusaha menemukan obat penawarnya. Oleh karena itu dia perintahkan kepada Ling-hong dan Long-gwat yang ada di Hiat-ko-cay, serta Hing-hoa yang ada dikamar obat, serta Ing-jun yang ada di kamar Cu Bun-hoa, untuk lebih memperketat pengawasan terhadap Cu Bun -hoa.

Disamping dia suruh anak angkatnya Dian Tiong-pit bertanggung jawab untuk memperkuat penjagaan dan pengintipan, setiap saat harus selalu mengawasi gerak-gerik keempat "tamu agung" itu.

Sudah tiga hari Ling Kun-gi melakukan tugas kerja di Hiat-ko-cay. Selama tiga hari ini dia sibuk, botol2 besar kecil sama berserakan di atas meja kerjanya, ada puyer, ada cairan obat, ada pula dedaunan, maka kamar kerjanya itu diliputi bau obat yang tebal.

Sudah tentu Cek Seng-jiang tidak percaya begitu saja bahwa dia betul sedang menyelidiki obat penawar, dia berpendapat gairah kerjanya itu justeru sedang berdaya untuk menemukan obat penawar Lwekang yang ada ditubuhnya. Untuk soal ini dia tidak perlu kuatir, karena di dalam kamar obat itu hakikatnya tiada satupun bahan obat yang tulen untuk meramu obat penawar racun yang membuyarkan Lwekang mereka. Terutama setiap "tamu" yang telah berada di Coat sin-san-ceng, tumbuh sayap pun jangan harap bisa terbang keluar.

Tengah hari ketiga, setelah makan siang, seorang diri Kun-gi beranjak ke kamar kerja sendiri, perasaannya terasa berat seperti dibebani apa-apa. Karena selama tiga hari ini, setelah berlangsung pembicaraan dengan Lok-san Taysu, Tong Thian-jong dan Un It-hong, walau dia sudah punahkan racun di badan mereka, namun persoalan pelik yang mereka hadapi dan sukar diatasi masih ber-tumpuk2.

Umpamanya: "Kenapa Cek Seng-jiang bersusah payah dengan berbagai muslihat mengundang mereka kemari? Sudah tentu soal getah beracun ciptaan Sam-goan-hwe yang diceritakan itu tak boleh dipercaya, kalau tidak mau dikatakan hanya bualan belaka, tapi dari mana sebetulnya getah beracun itu? Kenapa dia ingin cepat2 memperoleh obat penawarnya?

Lok-san Taysu berpendapat, Cek Seng-jiang adalah orang yang diberi tugas mengepalai Coat-sin-san-ceng dan minta mereka berdaya menemukan obat penawarnya, dibelakang tabir semua persoalan ini tentu masih ada biang keladinya. Lalu siapa orang yang ada dibalik tabir? Apa pula tujuannya?

Waktu datang jelas terlihat dirinya berada di depan sebuah perkampungan di kaki bukit, kenapa kenyataan Coat-sin-san-ceng sekarang dikelilingi air, diluar lingkaran air dipagari gunung pula? Umpama mereka tumbuh sayap juga jangan harap bisa terbang pergi.

Sudah tentu persoalan yang paling penting adalah getah beracun itu, menurut Tong Thian jong dan Un It-hong yang ahli dibidang racun, getah yang amat keras kadar racunnya ini sungguh sulit untuk meramu obat penawarnya. Walau komplotan ini mempunyai getah beracun yang begini lihay, tapi selama obat penawarnya belum diperoleh, mereka masih jeri dan ragu2 untuk bergerak, tapi betapapun hal ini cukup prihatin dan besar bahayanya. Seumpama seperti apa yang dikatakan Cek Seng-jiang, mereka bertindak terhadap golongan hitam atau aliran putih dari kaum persilatan, maka petaka yang akan menimpa setiap insan persilatan sungguh sukar dibayangkan.

Duduk dibelakang meja kerjanya, pikiran Ling Kun-gi semakin butek, semakin dia pikir terasa persoalan semakin ruwet dan sukar diraba.

Mendadak terpikir olehnya, segala persoalan yang dihadapinya melulu menyangkut getah beracun ini, semua persoalan timbul juga karena getah beracun ini, kalau obat penawarnya bisa ditemukan, segala persoalan dengan sendirinya tiada lagi. Mengingat obat penawar, seketika dia teringat pada Pi-tok-cu di dalam kantongnya. Pi-tok-cu dapat menawarkan segala macam racun di jagat ini, sudah tentu bisa pula menawarkan kadar racun getah itu. Segera dia merogoh keluar mutiaranya. dengan hati2 dan pelan2 dia tutulkan mutiaranya keatas getah yang dia taruh ditatakan. Sungguh tak terduga hanya sedikit menutul saja, mendadak terdengar suara "Ces" yang cukup keras dipermukaan tatakan, bunyi seperti lembar besi yang membara tiba2 dimasukkan ke dalam air, getah beracun yang ada ditatakan seketika mengepulkan asap kuning yang tebal.

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now