57

14.3K 650 39
                                    

Setelah Caelus berangkat menuju perbatasan, aku menerima banyak kiriman surat.

Isi dari surat kebanyakan mendoakan keberhasilan negosiasi dan juga keselamatan kesayanganku. Bahkan walau mereka mengirimnya demi etika semata, bisa dibilang isinya membuatku tersentuh.

Kuharap jika lebih banyak orang yang mendoakan Caelus, maka Dewa akan mendengarkannya.

Aku dulu berpikir kalau tak ada Dewa di dunia ini, tapi kini berubah dengan dramatis.

Tapi aku juga tak ingin pergi mendatangi kuil dengan kedua kaki ku. Kuil sendiri sudah kehilangan kepercayaan, tak hanya dari ku tapi khalayak publik secara umum.

Walaupun Helios tidak memberitahu, entah bagaimana bisa berita tentang hutang Diana tersebar di kalangan sosial.

Bahkan Countess Erinis, yang bertindak sebagai perwakilan korban, begitu bersemangat.

"Bahkan orang yang memilki banyak pengalaman investasi seperti saya tidak berani menginvestasikan uang sebanyak itu dalam satu tempat"

Aku menyesap teh yang disajikan dan mengangguk.

"Itu semua karena beliau tak memiliki pengalaman"

"Selain itu uang tersebut bukanlah uang simpanan, melainkan uang pinjaman. Ya ampun..."

Countess Erinis memijat keningnya seakan frustasi.

Aku pun membalas dengan tenang.

"Dan uang yang dipinjam juga berasal dari kuil. Jumlahnya setara anggaran selama setahun"

"Makin saya memikirkan nya, saya merasa hal itu makin menggelikan, Duchess"

"Itu benar.."

Jawaban ku hanya ala kadarnya, karena sesungguhnya pikiranku benar-benar ada di tempat berbeda.

Caelus tempo hari mengatakan kalau ia akan sering memberikan kabar, tapi aku menolaknya.

Lebih penting baginya untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan tuntas lalu kembali ke ibukota tanpa kurang satu apapun, daripada harus memberiku kabar secara berkala.

Dia menyuruh ku untuk menunggu, jadi aku akan menunggu.

Ketika aku harus menghadapi sesuatu yang tak bisa kulakukan hanya dengan kekuatan ku sendiri, aku tak punya pilihan selain bertahan.

Bahkan ketika aku tak berdaya.

Aku harus menahan nya setiap hari, bahkan ketika aku dikelilingi oleh rasa takut.

"Duchess, Anda baik-baik saja?"

Panggilan tiba-tiba menyadarkan ku.

"Ah, iya maafkan saya. Sejenak saya memikirkan hal lain"

Countess Erinis tersenyum mendengar permohonan maaf ku.

"Saya mengerti, Duchess. Anda pasti mengkhawatirkan Duke Caelus"

"...."

Aku mengkonfirmasi dengan helaan nafas yang panjang.

Countess Erinis hanya mengangguk dan tiba-tiba sinar matanya berubah.

"Omong-omong Duchess, ada hal aneh yang terjadi di istana Lily"

"Istana Lily? Apakah Sang Suci lagi?"

Apakah Diana akan terkena penyakit yang akan membunuhnya jika ia tak mengalami masalah walau hanya sekejap? Kenapa ia begitu sibuk ketika hidup bagai orang yang telah pensiun?

Countess Erinis menggeleng lagi.

"Ia menekankan kalau tamu yang datang dari kuil baru, dan mereka mengadakan doa bersama selama berjam-jam setiap harinya di aula utama istana Lily"

Demi Biasku yang Tersakiti | For My Abandoned Beloved | For My Derelict FavoriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang