30

5.3K 327 8
                                    

"!!"

Hampir saja aku menjatuhkan garpu yang kupegang!!! Kamu mengajakku keluar rumah?? Dengan ku????? Hanya berdua saja????

"Kenapa? Kamu tidak mau?"

"Bukan!!"

Seharusnya ini menjadi peringatan kalau jawaban yang akan keluar dari mulutku tanpa rangsangan saraf yang tidak melalui otak dengan baik, maka dari itu penilaian yang rasional tidak bisa berlaku. (t/n maksudnya jawaban Hestia itu asal keluar dari mulutnya, ga rasional, ga dia pikirin dulu saking shock diajak pergi sama Caelus)

"Hmmm"

Caelus sedikit bergumam sebelum mulai berbicara lagi.

"Berkat kemampuan mu mengatur urusan wilayah Illion, Walikota dan yang lainnya sangat bersyukur karena nya. Jadi aku rasa pilihan yang bagus jika sesekali mengajakmu berkunjung ke Illion"

"Oh ya!"

"Lokasinya tidak terlalu jauh dari sini, kupikir kalau kita pergi besok pagi maka kita bisa kembali sore harinya"

"Ya!"

"Apakah ada yang perlu kita diskusikan lagi?"

"Ya!!"

"......."

Anehnya, ekspresi Caelus kini berubah menjadi heran. Tidak, apakah yang kukatakan tadi terdengar aneh? Sepertinya tadi aku hanya mengulang kata-kata?

Kemudian Caelus bangkit lebih dulu ketika ia sudah menyelesaikan santapannya.

"Aku kembali duluan, sampai bertemu besok pagi"

"Ya!!"

"............"

Caelus sudah menghilang dari ruangan, hanya menyisakan suasana aneh sebelumnya.

"Wooh"

Aku bahkan tidak tahu lagi kalau sendok yang kupegang masuk ke mulut atau malah ke hidungku. Clarice yang menemaniku terlihat menahan tawa.

".......Kamu bisa tertawa, Clarice...."

"Tidak, Madam. ..Pfft"

Kamu bilang tidak tapi kamu malah tertawa. Kata-kata dan tindakannya sungguh berbeda. Ketika aku kembali ke kamar dan masih ditemani Clarice, aku mendiskusikan masalah pergi keluar esok hari.

"Aku harus berkemas sekarang agar besok bisa pergi tepat waktu, Clarice"

"Kami akan mengurusnya Madam. Silahkan tidur agar Madam besok tidak mudah lelah"

Tapi bisakah aku tidur nyenyak malam ini? Aku bisa saja mati karena terlalu bahagia.

"Apakah Madam ingin minum teh yang bisa membantu tidur lelap?"

"....Ya, tolong siapkan"

**

Keesokan paginya, Caelus sudah duduk didalam kereta. Ia menggunakan jubah yang santai diluar dari pakaian kasualnya.

Aku menyapa nya dengan canggung.

"Apakah tidurmu nyenyak?"

"Ya, berkat kamu"

Jawaban yang blak-blakan tapi ini memang seperti Caelus biasanya. Tak lama setelah aku naik, kereta perlahan mulai bergerak. Angin yang terasa sejuk berhembus melewati jendela yang terbuka.

Salah satu kelebihan didalam novel yaitu musim di ibu kota tergolong menyerupai musim semi sepanjang tahun.

Aku tidak tahu apakah penulis memang membuatnya seperti itu, namun hanya ada sedikit perubahan musim didalam dunia ini. Tapi memang ada perbedaan dengan beberapa kondisi geografis. Dengan kata lain, jika di utara masih mengalami musim dingin, maka di selatan akan mengalami musim panas. Ibu kota terletak ditengah-tengah, jadi iklim nya selalu musim semi.

Demi Biasku yang Tersakiti | For My Abandoned Beloved | For My Derelict FavoriteWhere stories live. Discover now