17

1.8K 219 8
                                    

"Apa maksud Anda?"

Madam Harmonia terkejut mendengarku berbicara.

Ya akhirnya aku menangkapmu. Aku tertawa didalam hati, tapi nampak luar aku menampilkan senyum pedih.

"Sesungguhnya, saya merasa bersemangat ketika saya akan bertemu dengan Putri Mahkota hingga saya menggunakan cincin hadiah yang diberikan Marquis. Cincin itu berlian berwarna merah muda, dan ternyata itu pernah diberikan pada beliau ketika ia masih menjadi bagian dari kuil"

"Ya ampun...!"

Madam Harmonia nampak terkejut sungguhan. Ah namun ini hanya permulaan dariku.

"Apakah Anda tahu bagaimana saya menyadari hal tersebut? Putri Mahkota sendiri yang memberitahuku. Ketika ia melihat cincin yang ku pakai ia langsung mengenalinya"

"Uhh..."

"Aku lebih baik tidak mengetahui apapun daripada seperti ini. Jika saja Putri Mahkota sedikit lebih peduli pada pernikahan saya, pasti saya sedikit lebih bahagia..."

"Marchioness....."

Madam Harmonia menatapku dengan sedih. Kurasa aku harus berjuang sedikit lagi untuk menunjukkan sisi lain dari Diana pada Madam.

"Saya hanya ingin berjaga-jaga, Madam. Apakah mungkin beliau masih mengharapkan perasaan dari suami saya? Maka dari itu beliau sengaja berbuat seperti itu pada saya..."

"Tidak!! Marchioness, Yang Mulia bukan orang semacam itu, beliau benar-benar baik"

"Tapi jika Madam mengalaminya sendiri perlakuan Yang Mulia seperti yang kurasakan, Anda pasti bisa merasakan beliau memiliki pikiran lain dalam menilai saya"

Madam Harmonia tidak bisa menjawab.

"Saya mengerti perasaan Marchioness. Jika Yang Mulia benar-benar seperti itu pada Anda, saya meminta maaf yang sebesarnya."

Aku mengambil sapu tangan dari dalam tas dan berpura-pura mengelap air mata yang sedikit menetes dari ujung mata ku.

"Saya hanya merasa sedikit khawatir. Tadinya saya hanya merasa naif sekaligus senang karena hadiah pertama pemberian suami saya...."

"Marchioness, jangan terlalu berkecil hati. Marquis merupakan pria yang teguh pada pendiriannya. Tapi karena Marchioness khawatir seperti ini, saya akan mencoba bertanya pada Yang Mulia mengenai pesta minum teh"

"Terima kasih, Madam. Tapi saya masih tetap merasa menderita"

Senyum muram yang dipaksakan keluar dari wajahku. Kemudian aku masih lanjut bersandiwara..

"Benarkah.... Yang Mulia benar-benar tidak memberitahu Madam mengenai pesta minum teh?"

"Ya, Marchioness"

Jawaban otomatis yang seolah dari mesin. Tapi entah jawaban itu sungguhan atau bukan, aku tidak peduli lagi sekarang.

"Maka dari itu, tolong beritahu Yang Mulia Putri mahkota agar segera memutuskan. Makin lama beliau mengambil keputusan, saya makin tidak percaya jika Putri mahkota tidak memiliki maksud apapun pada suami saya..."

Madam Harmonia masih terlihat pucat mendengarkanku. Apakah aku terlalu berlebihan?

"Tentu saja! Saya akan membantu Anda menghilangkan perasaan itu, Marchioness"

"Saya berharap hal yang sama seperti Madam..."

Aku pun beranjak meninggalkan salon didampingi Madam Harmonia hingga aku naik kereta. Dalam hatiku aku merasa sangat bahagia. Kamu tidak bisa kabur lagi, Diana.

Demi Biasku yang Tersakiti | For My Abandoned Beloved | For My Derelict FavoriteWhere stories live. Discover now