44

6.2K 480 65
                                    

".........."

Terdapat jeda yang menunjukkan keraguannya.

Perasaan Diana kentara sekali. Dia tak akan menerima salamku yang setengah hati hingga aku memberikan salam dengan benar, tapi disisi lain ada 'teman dekatnya' yang juga menjadi tamu. Jadi tak ada pilihan bagi Diana selain membuka mulut.

".....Berdirilah semuanya"

Aku pun berdiri dan tersenyum cerah.

--

Wangi bunga yang semerbak, ditambah gemericik air ditempat yang jauh, benar-benar pemandangan indah seolah berada ditengah alam bebas.

"Saya benar-benar tak tahu harus berkata apa karena Anda telah menunjukkan tempat yang luar biasa, Yang Mulia Putri Mahkota"

Tentu saja aku harus berterimakasih padanya karena telah mengundangku pada satu pertemuan pribadinya.

Walaupun begitu, penting bagiku untuk berhati-hati melihat seperti apa ekspresi yang akan ditunjukkannya pada komentarku tadi.

Diana menatapku dan tersenyum tipis.

"Aku mengundangmu karena kupikir aku akan banyak menghabiskan waktu denganmu di masa mendatang. Apakah kamu menyukainya?"

Oho, lihat ini. Sesuatu sudah berubah.

Tidak seperti sebelumnya, ketika ia terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya dengan wajah yang kaku, sepertinya sekarang ia sudah berlatih untuk menutupinya dihadapanku.

Tentu saja, jika kemampuan mengontrol ekspresi wajahnya sebaik kemampuanku, dia tak akan menyadarinya. Untung saja ia masih pemula.

Dulu, ketika ia masih hidup sebagai pemeran utama yang hidupnya dipenuhi jalan berbunga, apa yang ia lakukan untuk menyembunyikan perasaan aslinya dan menyusun rencana?

Aku memiliki banyak keunggulan untuk pertengkaran tersirat seperti ini.

"Ya, saya sangat gembira. Bukankah tempat ini dimana sahabat terbaik Putri Mahkota berkumpul?"

"Itu agak berlebihan, siapapun yang ingin mengobrol denganku bisa mengunjungi taman ini"

Wow, aktris kita sudah lebih meningkat. Aku tak percaya kamu bisa tersenyum secerah itu dari luar, tapi didalamnya kamu memegang pisau tajam.

Jadi aku akan menaikkan levelku sedikit lagi. Aku tak bisa ditikam jika aku lebih waspada.

Pelayan Diana pun mulai menuang teh kedalam cangkir tamu undangan. Tentu saja, cairan berwarna terang pun mengisi cangkir dihadapanku.

"........."

Sepertinya ini tidak enak. Dimana lagi kamu bisa mendapatkan teh berkualitas rendah seperti ini dan memaksakan untuk hidup frugal?

Teman Diana, termasuk Madam Harmonia, sudah familiar dengan teh ini. Mereka meminum teh dengan anggunnya tanpa mengubah ekspresi.

Kalian memang luar biasa. Haruskah aku berpura-pura menikmatinya juga?

"Omong-omong Marchioness Hestia?"

"Ya, silahkan Yang Mulia Putri Mahkota"

Untuk alasan tertentu, Diana berbicara padaku lebih dulu. Ini tidak seperti biasanya, tapi aku siap.

"Kudengar dari pendeta kuil, kamu masih belum juga melakukan pengakuan dosa dan menyesalinya"

"Oh...."

Aku melirik Madam Harmonia dengan senyuman. Bagaimana ini? Sangat berbeda dengan yang ia katakan. Kamu bilang dia tak akan menyerangku!

Tapi Madam Harmonia juga terkejut. Begitu mata kami bertemu, wajahnya langsung memerah.

Demi Biasku yang Tersakiti | For My Abandoned Beloved | For My Derelict FavoriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang