18

2K 219 6
                                    

Aku meminta bertemu dengan Countess Erinis untuk mendiskusikan pesta minum teh Diana. Tidak lama kemudian aku menerima undangan untuk berkunjung ke kediamannya.

"Saya masih tidak percaya kalau Anda benar-benar bertanya pada Putri Mahkota. Anda benar-benar membuat saya terharu karena kesungguhan Anda, Marchioness"

Countess Erinis menyambutku dengan elegan.

"Bukankah itu sudah sewajarnya untuk menepati janji yang saya buat? Tapi sesungguhnya saya merasa merasa kurang pantas bertemu dengan Anda, karena saya juga masih belum mendapat jawaban yang jelas"

"Oh Anda tidak perlu seperti itu, fufu"

Karena percakapan yang diiringi dengan senyuman, suasana nya terasa lebih ringan. Kemudian aku langsung memasuki mode bisnis.

"Saya yakin tanggal pesta minum teh akan ditetapkan sebentar lagi. Beliau memang tidak memberikan jawaban yang jelas ketika bertemu empat mata, tapi saya sedikit memberikan tekanan pada beliau. Jadi saya rasa sebentar lagi saya akan mendapat jawaban"

Countess Erinis mendengarkanku dengan penuh perhatian. Merasa terdorong karena sikap Countess, aku melanjutkan apa yang ingin kusampaikan.

"Mungkin saja para wanita yang sebelumnya tidak diikutsertakan dalam perjamuan lalu akan diundang untuk pesta mendatang. Jika Yang Mulia masih merasa enggan bahkan setelah saya menjelaskan niat saya, dia pasti akan tetap mengadakan perjamuan sekaligus"

"Lalu skala perjamuannya akan menjadi lebih besar. Apakah Putri Mahkota dapat mengatasainya sendirian?"

"Beliau pasti mendapat bantuan, seperti dari Madam Harmonia"

"Hmmm..."

Countess Erinis mengerutkan dahi nya. Sepertinya ia tidak senang untuk mengintervensi kegiatan yang diadakan untuk para wanita di kekaisaran. Aku tidak bisa berkomentar seenaknya tanpa alasan. Sebisa mungkin aku harus menunjukkan fakta objektif lebih dulu.

"Kemampuan Madam Harmonia memang sudah diakui, ia juga merupakan orang kepercayaan Putri mahkota. Ia mengajarkan etika dan tata krama ketika beliau masih berada di kuil, jadi tidak mungkin beliau tidak mempercayainya."

"Walaupun begitu, para pelayannya jadi memiliki beban tambahan"

"Bukankah lebih bagus jika Countess bisa mengambil kesempatan ini untuk mendekati Putri Mahkota? Seperti seseorang yang lebih dewasa yang bisa beliau andalkan"

Mungkin saja jawabanku terdengar naif, Countess Erinis terdiam menatapku.

"Anda berpikir seperti itu, Marchioness?"

"Tentu saja, apakah ada alasan bagiku untuk tidak berpikir begitu?" Aku berpura-pura polos.

Kemudian Countess menatapku seolah paham akan sesuatu.

"Sekarang hanya ada kita berdua, jadi apa yang Anda pikirkan? Jangan berpura-pura tidak tahu, Marchioness"

Aku menyeringai ketika mendengar komentar Countess Erinis. Sepertinya ia mengerti kalau aku berpura-pura naif.

".....Countess memang sulit dikalahkan"

Aku lebih memilih untuk menjadikannya sekutu jika Countess dapat memahami perasaanku. Kemudian aku sedikit mengangkat dagu ku.

"Cara Putri Mahkota memilih untuk berteman sesungguhnya lebih sederhana dari yang Anda pikirkan, Countess. Standarnya dalam memilih selalu berdasarkan moralitas. Seperti karakter mulia yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang"

"Hmm....."

Seolah menyetujui pendapatku, Countess mengangguk pelan. Aku pun melanjutkan

"Jika beliau merasa ada yang melenceng dari perasaannya, beliau hanya akan nampak baik dari luar tapi ia tidak menganggap kita dari dalam hatinya. Ini hanya pendapat saya, tapi sepertinya akan sulit bagi para wanita lainnya, termasuk saya dan Countess untuk mendapatkan kepercayaan Putri Mahkota"

Demi Biasku yang Tersakiti | For My Abandoned Beloved | For My Derelict FavoriteWhere stories live. Discover now