Pesta minum teh hari ini yang mana merupakan acara sosial perdana Putri Mahkota, pengecualian untuk perkumpulan dengan teman dekatnya. Selain itu lokasi acara juga bertempat di istana Kaisar. Bahkan jika para bangsawan tidak berharap apapun, seharusnya Diana memikirkan 'kualitas' yang cocok bagi seorang tuan rumah ketika ia tahu acara diselenggarakan oleh istana kekaisaran.

Sebelum pesta minum teh diselenggarakan, ekspektasi yang diharapkan sudah tinggi. Tapi yang tersaji didepan mereka hanya kue biasa dan biskuit ringan yang menunjukkan gaya hidup frugal. Selain itu teh yang dihidangkan juga teh yang mudah dibeli bahkan oleh rakyat biasa yang memiliki banyak uang.

"........"

Aku menatap piring yang disajikan dalam diam. Jika Diana ingin menyampaikan maksud tujuannya pada para bangsawan, seharusnya ia memilih jalan yang lebih bijak. Niat ia untuk mengkritik gaya hidup mewah bangsawan seharusnya tidak menyolok seperti ini. Dalam sekejap ia langsung mengubah para bangsawan baik yang tidak menaruh sentimen padanya menjadi musuh bahkan sebelum ia berkata-kata.

Sebaliknya, ada beberapa cara lain yang bisa Diana pilih sebagai simbolis. Contohnya dari bahan yang dipilih, atau bisa memakai jasa pembuat kue dari kalangan rakyat biasa bukan dari bangsawan. Atau ia bisa menginterpretasikan kue dan minuman yang populer dikalangan masyarakat menjadi layak disajikan pada kalangan bangsawan.

Jika ia melakukan hal itu, bangsawan akan sedikit memahami dan juga bisa mendengarkan dengan pikiran terbuka pada niat yang ingin Diana sampaikan.

Seharusnya, kita harus menghargai lawan bicara kita lebih dulu sebelum mulai meyakinkannya. Tentu saja kita tidak bisa meyakinkan seseorang dengan asal-asalan, walaupun keyakinan yang ia anut dianggap 'benar'.

Bangsawan seperti mereka tidak ingin orang hanya mengajari namun tetap meremehkan. Sebaliknya, mereka hanya ingin cara hidup mereka dihargai sebelum diajarkan pada cara lain untuk hidup.

Maka dari itu, cara penyampaian Diana sudah melewati batas. Yang ia tunjukkan adalah arogansi.

Suasana sudah berubah menjadi dingin. Tidak ada yang mulai berbicara untuk memecah suasana. Disisi lain, Diana hanya tersenyum dengan anggun.

"Ini semua merupakan makanan dan minuman ringan yang sudah saya siapkan. Silahkan dinikmati"

Ini saatnya bagiku untuk maju. Aku memecah kesunyian dengan lantang.

"Oh, ini semua camilan yang familiar! Yang Mulia Putri Mahkota pasti menyiapkan ini untuk saya, karena memikirkan latar belakang saya. Sepertinya agak sederhana untuk tamu lainnya"

Ini sesuatu yang sudah jelas. Bahkan aku yang memang dari rakyat biasa, mengindikasikan kalau pengaturan isi meja ini sama sekali tidak cocok bagi bangsawan.

Apakah Diana sudah berniat menyiapkan ini sejak awal? Ekspresinya agak suram seolah ia akan berkelahi.

"Sebagai Putri Mahkota yang harus menjadi contoh bagi para rakyat kekaisaran, saya menyiapkan teh dan camilan dengan harapan kalau anda semua bisa mengkuti jalan hidup seperti saya. Mungkin awalnya akan canggung, tapi saya harap kedepannya akan segera terbiasa"

"Semua yang hadir hari ini pasti paham maksud Anda. Saya akan mengingat apa yang anda ingin kami lakukan" Aku menjawab dengan sopan.

Namun, aku bilang aku akan mengingatnya, bukan berarti aku akan mengikutinya. Diana menatapku lekat-lekat.

"Ya, saya yakin anda pasti mengerti maksud saya, Marchioness Hestia"

Aku tersenyum dan menundukkan kepalaku. Diana masih mengangkat kepala nya dan kemudian berkata.

"Mari kita nikmati camilannya"

Pesta minum teh dimulai dengan senyum canggung setelah diperintahkan oleh Putri Mahkota. Suatu pesta minum teh bisa dianggap sukses jika terdengar tawa dari masing-masing meja. Bagaimanapun semuanya mulai mengisi cangkir dengan teh dan bercengkrama, seolah hampir putus asa untuk tetap menjaga suasana agar tidak kacau.

Demi Biasku yang Tersakiti | For My Abandoned Beloved | For My Derelict FavoriteWhere stories live. Discover now