"Sebelumnya mungkin saja keadaan menjadi lebih buruk. Saya bersyukur saya tiba tepat waktu. Ada banyak orang yang peduli dan menyayangi Marquis. Saya yakin mereka pasti terkejut. Saya benar-benar bersyukur. Terima kasih sudah bertahan hidup"

"........"

Caelus menatapku dengan tatapan benci. Jantungku berdetak sangat kencang saat melihat sorot mata tersebut. Tapi aku berusaha tenang dan menarik napas dalam-dalam untuk melanjutkan penjelasan kondisi ini.

"Omong-omong, ini pasti sedikit mengejutkan untuk Anda sendiri karena tiba-tiba bertemu....."

"Apa yang kamu inginkan?"

"Ya??"

Sebelum aku bisa menjelaskan, Caelus sudah memotong pembicaraan dengan suara yang kehilangan semangat untuk hidup.

"Aku bertanya, apa yang kamu inginkan?"

"..........."

Aku harus menjawab apa? Sesungguhnya aku pun tidak tahu. Aku tidak memahami masalah psikologis orang yang hampir merenggut nyawanya sendiri.

Apakah Caelus marah karena mencegahnya bahkan ketika dia sudah siap untuk mati? Ataukah dia bersyukur karena aku menghentikan tindakan impuls nya?

Tapi siapa peduli, pria yang duduk dihadapanku saat ini seolah sangat terganggu dengan segala sesuatu di depannya. Hal itu Nampak terlihat dari tatapan, sikap dan suaranya.

Daripada bertanya mengenai identitas tamu yang tidak diundang yang menerobos masuk hingga ke kamar, dia hanya ingin menyingkirkan ku dari hadapannya.

Dengan kata lain, walaupun aku mengajukan permintaan yang tidak masuk akal, Caelus yang pikirannya dalam keadaan bingung dan lelah, mungkin saja akan menyetujui permintaanku.

Jadi aku setengah berteriak.

"Saya ingin menjadi Marchioness, istri Anda"

".............."

Nampak sedikit perubahan pada wajahnya yang tidak berekspresi.

Apakah permintaanku terlalu aneh? Tiba-tiba aku merasa malu, namun aku harus tetap menjelaskan.

"Saya meminta hal konyol ini karena dalam hidup ini saya memiliki satu tujuan, yaitu untuk berada didekat Marquis Caelus. Jika permintaan saya ini dianggap sulit, saya bisa bekerja menjadi sekertaris Anda. Anda akan bisa menilai kinerja saya nanti nya"

"Lakukan apa yang kamu inginkan"

Caelus menjawab dengan ringan. Aku pun terkejut.

"Ya?"

Caelus tiba-tiba berdiri. Seolah semua hal mengganggunya, ia langsung menuju tempat tidur nya untuk berbaring.

Aku masih tidak mempercayai apa yang barusan kudengar, namun aku berusaha menahan perasaan ku yang hampir meledak dan bertanya sekali lagi.

"Apakah Anda yakin mengizinkan saya menjadi pasangan Anda?

"Temui kepala pelayan. Bicarakan dengannya apa yang kamu butuhkan"

Caelus pun berbaring dan membelakangiku sambil menjawab seadanya.

"Ah..ya"

Ternyata ini sungguhan!!!! Ya ampun, bagaimana bisa kamu menerima permintaanku begitu saja? Apakah kamu benar-benar sudah menyerah dengan hidupmu? Apakah kamu sudah gila? Apakah kamu tahu siapa aku?

"....."

Tapi tiba-tiba aku merasakan perasaan pahit hingga membuatku ingin menangis. Karena memang benar, Caelus sudah menyerah dengan hidupnya.

Demi Biasku yang Tersakiti | For My Abandoned Beloved | For My Derelict FavoriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang