Apakah ada hal yang lebih menyedihkan daripada ketidak-tahuan orang yang kita cintai?

Apakah membunuh tokoh antagonis merupakan pilihan yang mudah bagi Caelus?

Apakah Caelus tidak menduga ia akan menerima celaan?

Tentu saja tidak. Caelus hanya ingin Diana aman bahkan dengan segala risiko yang akan ia tanggung.

Jalan satu-satunya untuk menyelamatkan Caelus hanya dengan menghilangkan keputusasaan yang ia rasakan. Tujuan ku bukan untuk membuat Diana menikah dengan Caelus, tapi untuk membuatnya sadar akan ketulusan Caelus yang tulus mencintainya. Pada akhirnya aku ingin Diana menyesali keputusannya yang telah meninggalkan Caelus.

Ketika Putra Mahkota merayu Diana dengan gairah berapi-api, Caelus menyelubunginya dengan kehangatan. Apakah perasaan itu terlalu hangat hingga Diana hanya merasakan hawa yang nyaman? Diana bahkan tidak pernah berterima kasih pada Caelus.

Bukankah seharusnya Putra Mahkota dan istrinya bahagia? Ya, jika kalian bahagia maka kalian berdua beruntung. Namun, jika kalian mengetahui ada seseorang yang kehilangan harapan dan semangat hingga ia berniat meninggalkan dunia ini karena kebahagiaan mereka berdua, kurasa mereka berdua tidak seharusnya menikmati alur yang indah dengan mudah.

Bagaimanapun, Diana melangkah dijalan yang mudah dalam novel itu hasil dari ketulusan kedua pria itu! Sekarang saatnya ia melangkah ke arah sebaliknya.

Kenapa hati seorang wanita hanya terpaku pada satu pria tanpa memedulikan apa yang lainnya lakukan? Jika ini terjadi dalam kenyataan dan bukan dalam novel, pasti akan ada keseimbangan antara kedua pria luar biasa tersebut.

Tapi sekarang, karena novel sudah berakhir, dan wanita itu memilih pemeran utama pria tanpa keraguan karena ia dibutakan oleh kelebihan Putra Mahkota, maka ia harus merasakan kekhawatiran yang dalam akibat mencampakkan pria satunya.

Makanya, aku dengan senang hati menjadi tokoh antagonis setelah novel tamat. Tidak ada lagi pembaca yang mengamati cerita atau tokoh tambahan dalam novel. Mulai sekarang, aku akan campur tangan dalam dunia ini dan hubungan kedua protagonis.

Diana, aku akan merebut kembali semua yang telah Caelus berikan dan hal yang kau nikmati berkat Caelus. Aku akan membuatmu tersadar, berapa banyak pengorbanan Caelus dalam hidupmu, dan betapa kasarnya tuduhanmu pada Caelus.

Aku menaiki kereta kuda dan terburu-buru mendatangi kediaman Marquis. Sementara itu, matahari sudah tenggelam sepenuhnya dan tersisa bintang yang berkedip di gelapnya malam. Itu merupakan pemandangan yang indah, namun aku tidak memiliki waktu untuk mengaguminya.

Akhirnya aku pun tiba di kediaman Marquis dan aku turun dari kereta seolah melompat jauh. Aku mengguncang pagar besi dengan kasar.

"Hei!! Apakah tidak ada orang?? Aku punya hal penting yang harus kusampaikan!!!"

Penjaga gerbang muncul dengan wajah kesal.

"Jangan membuat keributan disini, ini merupakan kediaman seorang bangsawan penguasa Illion, Marquis Caelus"

Penjaga itu berbicara dengan tidak sopan, tapi sekarang bukan saatnya memikirkan itu. Daripada menjelaskan identitasku, sekarang lebih penting untuk mengetahui apakah Caelus aman atau tidak.

"Apakah Marquis sudah kembali kerumah? Ini benar-benar hal yang penting!!"

"Beliau baru saja kembali, tapi tidak akan menerima tamu"

"Kalau begitu panggilkan saja kepala pelayan nya!!! Aku harus memastikan Marquis aman saat ini juga!!!"

Mungkin karena aku berbicara dengan khawatir, penjaga gerbang menyerah dan masuk ke mansion.

"Cih. Tunggu sebentar"

Kenapa setiap menit terasa sangat lama? Aku tidak tahan untuk berdiam diri dan menunggu penjaga gerbang kembali.

Aku akhirnya memanjat gerbang besi. Dulu aku bisa kabur dari gerbang sekolah dengan keahlian ini. Oh? Apa aku secepat ini? Walaupun aku sudah tinggal disini selama 3 tahun, aku baru menyadarinya sekarang.

Suatu kebetulan saat itu malam gelap tanpa sinar rembulan. Lebih anehnya, tidak ada yang menghentikan penyusup yang berlari di halaman depan. Ini kesunyian yang misterius dan tidak menyenangkan.

Kenapa? Kadang memang terjadi hal seperti ini. Seolah sesuatu yang mengejutkan akan terjadi, sesuatu yang menyeramkan dan menyesakkan tanpa alasan. Sekarang terasa seperti itu.

Aku tahu aku harus berlari kemana. Ketika novel masih bersambung, aku menghabiskan banyak uang untuk mendapatkan informasi kalau kamar Caelus berada di lantai kedua. Aku berhasil melewati pintu utama yang tidak terkunci, aku mendobraknya, dan segera berlari ke arah tangga megah yang berada di tengah.

Seseorang berteriak.

"Siapa cowok itu!?" (disini pakai bahasa non formal)

Aku ini perempuan bukan laki-laki, tapi aku tak peduli dan tak perlu dikoreksi juga. Aku pun melihat kepala pelayan di tengah lorong lantai 2. Ia berseru panik.

"Apa yang terjadi dengan Marquis?"

Aku berlari dengan tergesa-gesa dan liar ketika kepala pelayan memegang handle pintu dan membukanya. Hampir disaat bersamaan kami berdua pun berhasil masuk.

Saat itu juga, pandanganku langsung tertuju satu titik.

"!!"

"Tuan Caelus!"

Bayangan seseorang yang memegang belati terarah ke dada. Seolah terkejut dengan gangguan tiba-tiba, bayangan itu berhenti bergerak dan mematung. Aku berlari tanpa keraguan dan segera memukul tangannya untuk menjatuhkan belati yang ia pegang.

"......."

Situasi ini berhenti tiba-tiba. Ia terjatuh di tempatnya. Walau dengan kemungkinan yang tipis, Caelus akhirnya dapat diselamatkan.

"......."

"......."

"......."

Didalam ruangan yang gelap, kami bertiga berdiri dalam diam saling menatap satu sama lain. Aku, kepala pelayan, dan Caelus kesayanganku yang baru saja kuselamatkan.

Tanganku gemetar dan jantungku berdegup kencang karena akhirnya situasi yang buruk dapat dihindari. Aku merasa terengah-engah.

"...Apa ini?"

Suara Caelus terdengar marah. Hanya itu yang Caelus ucapkan pertama kali.

Tapi di dalam hati, aku berteriak sangat senang. Bias kesayanganku berbicara padaku untuk pertama kalinya!!!!! Ditambah dengan rambut perak yang panjang serta menggunakan piyama yang terbuka di bagian dada. Sungguh sosok yang seksi kalau tidak ingat sebelumnya ia mengarahkan belati kearah itu.

Sementara itu aku masih tidak percaya aku menyaksikan ini, dan bahkan aku masih bertingkah seperti karakter tambahan.

Omong-omong, aku harus menghindar dari kemarahan yang akan muncul. Aku akan meninggalkan Caelus sendiri untuk saat ini dan membungkuk hormat pada kepala pelayan.

"...Kumohon jaga Marquis dengan baik"

Kemudian kepala pelayan yang tersadar, buru-buru menghentikanku.

"Tidak, tolong jangan pergi dulu dan mohon menunggu sebentar di ruangan sebelah Nona"

Dia memang kepala pelayan yang tajam. Bahkan dengan pakaianku yang berantakan karena berlari dari gerbang, ia bisa langsung mengetahui kalau aku termasuk ningrat.

Dengan cepat aku mengangguk.

"Baiklah"

Kepala pelayan yang berpengalaman akan mengurus sisanya. Menenangkan Caelus dan mengawasinya agar tidak melakukan hal bodoh lagi.

Demi Biasku yang Tersakiti | For My Abandoned Beloved | For My Derelict FavoriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang