94: Hati Cuma Satu

1 0 0
                                    

Chae Dohyuk dan Cha Suho bergegas pergi menjauh, sementara Cha Jihyun--sang ayah masih setia menunggu putrinya bangun.

Dia sudah menanggung janji untuk membawa Cha Selena pulang ke rumah, karena Jieun Jaeno dan Jaeyu juga menginginkannya.

"Selena, cepat bangun ya, Nak ...." Cha Jihyun memandang nanar kondisi Cha Selena yang masih tak sadarkan diri akibat obat bius yang bekerja.

Wanita itu harus dalam keadaan tidur selama bebrrapa jam ke depan, untuk menetralisir tahap penyembuhan yang didapatkan.

***

Kedua pria tampan itu terus mencari ke segala arah, Cha Suho berkeliling mengitari lingkungan rumah sakit itu untuk memastikan Gaby masih ada di sana.

Dia tidak peduli lagi mau pakai masker atau tidak, toh tak banyak orang yang akan melihatnya di sana.

Hanya saja beberapa remaja sudah mengenalinya, dan mulai mengambil jepretan gambar saat mendekat.

Pikiran Cha Suho hanya dipenuhi oleh Gaby, dia harus menemukan perempuan itu.

Alhasil dia kembali ke dalam gedung, dan mencari ke sudut-sudutnya. Kalau-kalau Gaby memang lupa arah, dia mungkin masih bisa menemukannya.

'Drrt-Drrt.'

Getaran dirasakan dalam saku celananya, tangannya merogoh ponsel dengan cepat dan segera melihat notifikasi itu.

Ternyata sebuah notifikasi spam, dari nomor tidak dikenal. Sejenak Cha Suho termenung, tidak ada satu pun nomor yang penting masuk ke bilah pesan. Kecuali orang terdekatnya.

Isinya seperti pesan aneh, dia tidak merasa pernah mengenali aksennya.

Unknown : Jika kau ingin tahu di mana wanitamu ....
Unknown : Datanglah ke Hotel xxx
Unknown : Sendiri.

"Apa maksudnya? Apa-apaan ini?" gumam Cha Suho melihat pesan apa yang dia dapat.

Dia tidak mungkin percaya jika Gaby berada di lokasi yang sangat berbeda, dia mengatakan ingin ke toilet dan sekarang mengapa dia ada di hotel.

Nomor siapa itu, Cha Suho benar-benar bingung. Antara ingin menyusul ke sana, atau menunggu bantuan datang.

Dia tidak punya nyali yang besar seperti di film-film, sungguh membuatnya terlihat seperti pecundang sekarang.

Gaby menghilang, dan dia bukan menyelamatkan malah terus memikirkan nasib sendiri.

Dia berjaga-jaga jika memang umyang menculik adalah orang yang kejam, bagaimana jika dirinya mati terbunuh di tengah jalan dan tidak bisa meneruskan karirnya.

Dia pasti akan membuat banyak penggemar kecewa, di saat pemikirannya yang berbelit.

Tiba-tiba muncul malaikat kecil di kedua sisi pundaknya, rupa keduanya memang kembar--perwujudan dari tampang Cha Suho dalam bayangannya.

"Hei! Dasar bodoh, cepat selamatkan gadismu!" Malaikat putih berteriak di telinga kanannya sembari melayangkan pukulan kecil dengan tongkat sucinya.

Walau orang sekitar tak nampak, tapi hanya Cha Suho yang dapat melihatnya hadir. Itu seperti Kloningan Cha Suho yang menjadi mungil, tapi lucu mereka terlihat imut--berbeda dari Cha Suho besar yang bertampang dingin seperti ini.

"Jangan! Nanti kau bisa celaka, pribadi penculik kan tidak baik---kau bisa tertusuk benda tajam! Atau mungkin senjata api?" Malaikat berwarna merah dengan bando khasnya menasihati Cha Suho.

"Lalu? Aku harus bagaimana?" bisik Cha Suho.

"Tolong Gaby, kau tidak ingat semalam kalian berbuat apa! Huh? Sudah menodai tubuh masih dilupakan pula. Ck ... Ck ... Ck," saran si Putih.

"Dia bukan menodai, kan sudah jelas itu semua tidak ada paksaan. Semuanya seimbang, sama-sama suka," timpal si Merah.

"Kalian, bisa diam tidak. Sekarang aku harus apa?"

"Selamatkan!"

"Biarkan!"

"Bagaimana sih?" Pikiran Cha Suho makin runyam.

"Hei! Suho," panggil Chae Dohyuk tiba-tiba muncul dan mrnepuk pundaknya.

Napasnya tersengal-sengal, Chae Dohyuk sudah berusaha sekuatnya. Dia mencari seluruh sudut rumah sakit pun tidak ketemu juga.

"Bagaimana? Kau menemukan Gaby?" tanya Cha Suho terbuyar dari lamunannya.

"Tidak, hhuh-huh ... Apa mungkin dia kembali ke penginapan?"

"Kalau itu sudah pasti dia tidak akan seperti itu, kau tahu juga jika tampilan Gaby memang polos. Dan mana mungkin dia meninggalkan aku di sini tanpa bilang satu kata, dia hanya pergi ke toilet---tapi di sana tidak ada," jelas Cha Suho mencoba untuk mengatakan yang ada dan benar.

Sudah semua usaha dia lakukan, mencari ke sana dan sini tetap tidak ada. Dia kini mengabaikan pesan yang baru dia dapat, tidak ingin memberi tahu pada Chae Dohyuk soal itu.

Dan Suho pikir, dia bisa melakukannya sendiri.

"Lalu ke mana dia? Seharusnya dia tetap di sana, menyusahkan saja. Kenapa kau juga mengajaknya--lebih baik taruh dia diam di rumah. Bukan keluyuran seenaknya---"

"Hyeong! Dia hanya menjalankan tugasnya untuk mengawasiku, menggantikan tugas Jihyang. Apa salah? Kau bisanya hanya mengulik kesalahan orang tanpa pikir panjang!" cerca Cha Suho lalu pergi dari sana secepatnya.

Cha Suho pun memilih pergi sendirk mengemudikan mobilnya, menuju ke tempat yang ada di pesan tadi.

***

Sementara itu di gedung lain, seorang perempuan diam terikat di kursi. Wajahnya pucat pasi, sudut bibirnya terluka hingga menimbulkan luka biru membekas.

Rambutnya sudah berantakan, penampilannya tidak rapi lagi. Beberapa bagian lengan baju sudah tersobek oleh benda tajam.

Dia akhirnya tersadar dari pengaru obat bius yang ia minum sebelumnya, dia perlahan mendongak namun rasanya tak mampu menahan sakitnya tubuh penuh luka itu. 

Dia merasakan nyeri di sekujur badan, ingin pingsan tapi tak mampu juga.

Dia masih bisa melihat dengan samar, seorang wanita ber-dress hitam berkjalan mendekat.

'Klotak.Klotok.Klotak--'

"Akhirnya, kau siuman juga. Aku jadi tidak sabar menanti rencanaku, dan semoga saja Cha Suho kembali padaku, ya?" Dia berucap sinis menghempaskan rambut Gaby dengan kencang membuatnya hampir terhuyung ke belakang.

"K-kau--ahk! S-sakit ...," rintih Gaby penuh rasa perih.

Dia pikir apa kaitannya dia dengan semua ini, hanya hubungan semalam yang dia lakukan dengan Cha Suho apa benar-benar akan menjadi sebuah musibah besar buatnya.

Gaby tak habis pikir, semua ini dia dapatkan secara tiba-tiba. Lagipula, gadis itu tidak tahu apapun tentang masalah tersembunyi Cha Suho sekalipun berniat ingin menggali masalah Cha Suho pun dia tak mungkin bisa.

Terus kenapa Gaby harus berurusan dengan orang-orang tak waras ini, sudah pusing dibuatnya harus bertatap muka dengan si penjahat yang entah siapa sebenarnya dia.

"Oh? Sakit, ya? Lebih sakit mana ditinggalkan kekasih atau memilih pergi agar dia bahagia? Hahaha ... daar gila!" rancau Wanita itu lalu menatap tajam Gaby dengan raut muka yang berlapis makeup membuat Gaby sedikit samar melihatnya.

Dia sadar bahwa Gaby terasa famolier dengan bentuk wajah yang dia lihat maupun suara yang ia dengar, seperti pernah bertemu di suatu tempat.

Sayangnya, Gaby tidak mengingat kapan waktu itu terjadi.

Di sisi lain, Cha Suho tiba di lokasi, tepat di gedung yang menjulang tinggi logo 'Fifty Star' terpampang jelas.

Pria itu segera masuk ke dalam, dan mencari Gaby di ruangan tersembunyi.

Tepat pria itu berada di depan pintu kamar hotel bertuliskan angka '110' tanoa pikir panjang lagi, segeralah Cha Suho mengetuk pintu dan sedikit meneriakinya.

'Tok.Tok.Tok!'

"Gaby! Apa kau di dalam?!"

Stylist Love | Oh SehunWhere stories live. Discover now