54: Panik Attack

0 0 0
                                    

Sedikit kedinginan, dan perih menyerang pundak serta kakinya. Tapi ia harus melakukannya untuk mencari Cha Suho, saat gadis itu hampir mendekat ke sebuah pohon aprikot.

Ekor matanya berkeliling dan mendapati seorang laki-laki duduk pada bangku tepat di bawahnya, Gaby pun menghampiri orang tersebut saat menyadari sesuatu tampak familier.

"Cha Suho ...," lirih Gaby mencoba memanggilnya.

Siapa tahu dia salah mengenali orang, dan ternyata dia memang Cha Suho. Lelaki itu terlihat menyeka pipinya yang basah, hal tersebut membuat Gaby heran dan berpikiran bahwa seorang Cha Suho juga bisa menangis sebegitu sedihnya.

"Ah, kau di sini?" Cha Suho sedikit kaget akan kehadiran Gaby, dia pikir tidak ada orang yang melintas jadi dia ingin meluapkan segala kepanikannya sejak beberapa menit lalu.

"K-kau menangis? Kenapa? Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" tanya Gaby sedikit ragu.

"Apa-apaan, kau pikir aku menangis untuk hal sepele seperti yang kau pikirkan?" cerca Cha Suho.

"Lalu apa? Katakan saja, mungkin aku bisa membantumu," ujar Gaby santai.

Cha Suho menatapnya tajam. "Kau bisa membantuku, katamu? Apa kau bisa juga membangkitkan orang mati?" desisnya terasa berat.

"Apa maksudmu? Hei, aku bertanya baik-baik tapi kau malah---"

"Hh, kau juga sama saja. Payah," celetuk Cha Suho.

Alis Gaby terangkat, matanya menyala  kala mendengar ucapan itu yang membuatnya ikut menjadi kesal. "Hei! Cha Suho! Kau itu dikasih hati justru meminta ginjal ya? Kalau kau mau tahu apa yang cocok denganmu, kau itu sama saja. Menyebalkan!" cerca Gaby balik membalasnya tidak terima.

Kalau saja gadis itu tahu bagaimana suasana hati Cha Suho saat ini, mungkin ia tidak bisa mengatakan hal itu dengan lantang.

Masalahnya, Gaby tidak tahu apa yang terjadi oada lelaki itu hingga membuatnya menangis.

Aktor se-menyebalkan seperti Cha Suho saja bisa menunjukkan sisi yang tidak pernah Gaby lihat sebelumnya, jika saat berada di dalam peran syutingnya semua terasa seperti akting dan apapun itu akan menjadi tidak nyata.

Gaby hendak beranjak, namun tangan Cha Suho kembali mencekalnya dengan erat.

"Jangan pergi," ucap Cha Suho membuat Gaby menolehkan kepalanya menatap manik lelaki itu.

Melihat mata yang masih terus meneteskan air mata, Gaby pun merasa aliran suasana ikut menjalar ke tubuhnya juga.

"K-kenapa?" tanya Gaby dari rautnya dapat menyiratkan ia sedang meminta penjelasan.

"Aku ... membutuhkanmu," lirih Cha Suho lalu menarik tangan gadis itu hingga tersentak maju untuk dipeluknya.

Malam terasa semakin dingin, tapi Gaby dapat merasakan kehangatan mengalir di permukaan kulitnya saat direngkuh dalam pelukan Cha Suho.

Beberapa staf tidak melewati jalur itu,  jadi lokasi mereka sedikit lengang dan sepi. Hanya cahaya lampu taman dan sinar rembulan yang menerangi pencahayaan malamnya.

Semakin lama gadis itu kian merasakan jalaran suhu dan rasa tidak aman menyerang jantungnya, dag-dig-dug hatinya terasa jedag-jedug.

Membuat Gaby pun sontak segera mendorongnya sedikit menjauh. "Kau kenapa memelukku? Kenapa kau selalu membuat aku bingung, tiba-tiba kau memeluk. Mencium. Marah. Peduli dalam waktu yang sama ... Kenapa?!" tanyanya sedikit geram.

Cha Suho yang masih tenggelam dalam pikirannya yang kacau pun sepertinya tidak akan bisa menjawab pertanyaan remeh Gaby, atau hanya Cha selena yang sedang menghantui pikirannya mana sanggup ia berpikir dua sisi sekaligus.

Cha Suho oun menghela napasnya pelan, mencoba untuk menenangkan pikirnya. "Aku rasa---aku menyukaimu, Jung Minji," ucapnya penuh kesungguhan.

Mata Gaby sontak membelalak. "Hah? Apa katamu? Suka---kau? Haha suka padaku? Tidak mungkin," tolaknya tidak percaya.

"Terserah, kau mau berkata apa lagi. Aku tidak sanggup memikirkannya lagi, tolong aku ...," lirih Cha Suho terlihat sedikit lemas.

Badan tingginya seperti kehilangan keseimbangan, saat maju menghampiri Gaby justru ia sedikit oleng dan untung saja gadis itu menangkapnya.

'Dug!'

"Astaga! Kau berat sekali! Apa kau makan lima kali satu hari, huh?" geram Gaby sembari memapah pria itu lemas seperti tidak bertenaga.

Bukannya Cha Suho gendut, namun ia sedang bekerja keras membentuk badan dengan rajin berolahraga.

Seorang aktor harus memenuhi segala kebutuhan gizi maupun nutrisi, jadi upaya Cha Suho sudah mencapai batas yang tepat.

***

Sementara itu, di tempat kejadian. Dikabarkan pesawat airbus tujuan Korea Selatan jatuh lepas dan menimbulkan ledakan yang sangat keras di bagian sayap kanannya.

Sebelum itu terjadi ....

"Huh, aku harap Triple J baik-baik saja," gumam Cha Selena sembari menatap awan-awan berkabut di atas sana melalui etalase.

Belum puas ia menatap mendungnya lamgit, suara dentuman membuyarkan lamunannya.

Cha Selena tersentak pelan, ia menolehkan kepalanya sejenak melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Suara itu bersumber dari sisi belakang, sepertinya ada keadaan darurat dan kini detang jantung Cha Selena kembali memburu ketika tampak di ujung sana sang pramugari mengatakan terjadinya kecelakaan pesawat yang sedang ditumpangi oleh nya.

"Perhatian! Dimohon ...."

"Apa? Ada apa ini?" lirih Cha Selena bergidik ngeri ketika matanya melirik ke arah kaca, benda-benda runtuh jatuh ke bawah dengan api membara yang menyelimuti lapisan sayapnya.

Besi raksasa itu perlahan oleng, hilang dari keseimbangannya dan merosot dalam kemiringan seratus tiga puluh derajat di atas ketinggian enam puluh koma tujuh ribu kilo meter di atas permukaan tanah.

"Warning! The flight's crashed ... Mr and mrs please hold ...." Peringatan masih terdengar terputus-putus dari speaker.

Kantung udara pun dijatuhkan di atas kepala masing-masing bangku, para penumpang segera menangkapnya dan memakai sebagai oksigen tambahan guna meredakan udara bebas yang menerobos masuk melalui celah pesawat yang mulai terkoyak.

'Kratak! Kratak!'

"AAAAA!" teriak histeris beberapa orang tersebut.

Hal ini menjadi tanda bahwa Cha Selena ragu apa bisa ia kembali dengan selamat, setelah peristiwa itu terjadi.

Sisi yang bersebelahan dengan Cha Selena pun mengobarkan api, dan tanpa ampun meledakkan sumbernya.

'Duar!!'

"Selamat tingga, anakku ...." Air matanya menetes perlahan, sembari matanya tertutup tidak sanggup lagi merasakan sakit lebih lama saat hawa panas mulai menyebar ke seluruh badan pesawat.

Terjangan kapal terbang itu tepat menuju samudra luas, dan meredam ledakan yang terjadi selanjutnya. Bagaimana keadaan sang pilot pun sudah pasti tidak bernyawa lagi, keadaan Cha Selena saat ini sangat memprihatinkan.

Tubuhnya keluar dari pesawat dan tenggelam lebih dalam ke dasar laut luas, matanya masih memejam dengan mulut mengeluarkan gelembung oksigen yang masih sedikit tersisa.

'Blubukblubukblubkk ....'

Tubuhnya mulai memucat, aliran darah kian mengering seiring terkenanya air dingin dan tangannya terlentang turun bersama serpihan baja yang ikut menyelam menuju dasar laut.

Namun tepat saat itu, seseorang berenang ke arahnya dan segera menolong wanita tersebut dengan membawanya naik.

Siapa orang itu .....

Stylist Love | Oh SehunWhere stories live. Discover now