5: Saranghae

22 5 0
                                    

“Hah? Oppa?” sahut Gaby mengulanginya hampir sama persis seperti yang diucapkan oleh Yumi.

“Iya, jadi aku bertemu seseorang---dia sangat tampan, oh my gosh!” rancau Yumi sembari senyam-senyum.

Gaby mengerjapkan matanya. “Lalu, dia mengajakmu pergi ke kampus? Merubah seorang princess Yumi jadi the simple of Yumi?” ucapnya heran.

“Kau tidak akan bisa merasakan kupu-kupu yang beterbangan di dalam tubuhmu sekarang, tapi aku bisa merasakan the butterflies  are flying around my heart!” seru Yumi terus menatap langit-langit dan memegang dadanya dengan kedua tangan.

“Hm, yang kutahu ... mana ada kupu-kupu masuk ke mulut kita dan tetap hidup walau sudah terkena larutan asam di dalam lambung---kau yakin sudah memakan kupu-kupu? Kurasa kau perlu ke rumah sakit, Yumi,” celetuk Gaby sekenanya.

“Aish, yang benar saja kau ini, sudahlah aku mau berkemas dulu dan tidur---oh iya, kau besok pergi bekerja, ‘kan?” tanya Yumi.

Gaby mengangguk. “Iya, ada apa?” balasnya.

“Tidak, aku hanya ingin dimintakan tanda tangan jika kau bertemu seorang artis tampan, okay?” pinta Yumi mengacungkan jempol dan telunjuknya membentuk huruf  ‘O’

Dan setelah Gaby menanggapinya dengan anggukan, Yumi pun bergegas pergi memasuki kamarnya. “Artis tampan? Apanya yang tampan, sudah arogan. Angkuh. Sok keren, jelek pula---dia memang bukan type-ku,” gumamnya.

Siapa yang akan sangka, jika Gaby memang menganggap wajah seorang Cha Suho jelek. Jika itu diketahui para penggemar pria itu pasti akan terjadi keributan di sekitar apartemen Yumi, para fans Suho akan berbondong-bondong meneror Gaby habis-habisan. Syukurlah hal itu masih hanya berada di bayangan Gaby.

***

Lokasi pemotretan bertemakan ‘Hole-nature’ itu sengaja di-setting dalam hutan lebat, karena photograper-nya pun merekomendasikan nuansa hijau dan biru langit yang fresh untuk kosmetik keluaran terbaru dari brand ternama Korea Selatan itu.

Dan yang akan menjadi bintangnya yaitu Suho,  juga kata staf perencana akan kedatangan satu model wanita juga yang menjadi partner Suho.

Dan kini, di sinilah Gaby dengan segala kostum yang telah disiapkan. Jas, T-shirt, celana, dan aksesoris lainnya, Gaby hanya tinggal membantu merapikan pakaian untuk Suho dan menjadi asisten make-up artist sementara.

Itulah tugasnya saat ini, karena ia masih tergolong staf baru dan juga Gaby masih belum tahu jika Suho menginginkannya---tepatnya agar ia menjadi stylist pribadinya secepat mungkin.

Matanya berkeliling ke sekitar, Gaby merasa sejuk dengan suasananya. Apalagi lokasi ini dekat dengan danau dan siluet perbukitan sejauh mata memandang.

Hingga ia menjumpai wujud Suho memakai setelan Jas, dipadukan dengan celana jeans dan sepatu kets. Nampaknya ia baru saja tiba di lokasi, dan ia masih santai duduk menunggu setting selesai disiapkan.

Tampan. Apa yang Gaby ucapkan di dalam hati bertolak belakang dengan apa yang ia katakan hari lalu.

Jika dilihat lagi, wajah Suho memang tampan dan tatapannya dapat membius para gadis.

Terkecuali Gaby, ia sedang berusaha untuk menjadi profesional dalam pekerjaannya.

“Minji!” panggil Jini membuyarkan lamunannya.

“Oh, Jini.” Gaby menolehkan kepalanya pada wanita berperawakan sepadan dengannya.

“Sedang apa kau melamun di sini, tugasmu mendandani Suho sekarang,” ujar Jini.

“H-hah? Lagi?” tanya Gaby ragu, karena ia pikir tidak akan menangani Suho lagi.

Terdapat tiga selebriti yang akan melakukan pemotretan brand tersebut secara bersamaan, menjadi model dari merk produk keluaran terbaru ini memang merupakan hal yang biasa bagi Suho namun sebagai seorang penata gaya pun Gaby memiliki kesenangan tersendiri.

“Suho-ssi? Kau mau kucarikan style yang seperti apa?” tanya Gaby pada lelaki berkacamata hitam itu setelah ia memutuskan untuk menghampirinya ke kursi berpayung.

Suho melepas kacamatanya perlahan, lalu beralih menatap gadis itu. “Kau ini penata gaya, atau pencari gaya?” tanyanya ketus.

“A-aku—“

“—Carikan apapun yang sesuai dengan tema, dan cocok dengan tubuhku,” ucap Suho memotong omongan Gaby.

Gadis itu pun segera bergegas ke rak pakaian dan troller-nya, mencari-cari dan memadukannya agar terlihat cocok.

Kemudian tidak membutuhkan waktu lama lagi, ia segera siap dengan dua pilihan pakaian yang harus ia berikan pada Suho untuk dicoba.

“Ini, pakai mode ini agar kau terlihat fresh dan tampak serasi dengan produk yang kau pegang,” usul Gaby sembari mengulurkan sehelai kain bermotifkan daun dan kerah pendek bernuansa hijau menghiasinya elegant.

“Kau mau menjadikanku kembaran pohon dan dedaunan di sini?” tanya Suho tidak terima melihat mode yang diberikan gadis itu.

Memang sedikit aneh jika pria itu akan mengenakan baju bercorak serba hijau daun, dan motif dedaunan yang memungkinkan ia akan tampak seperti sedang melakukan penyamaran di tengan hutan dan bersembunyi di padang rumput hijau.

“Tapi menurutku ini sudah pas---“

“Carikan yang lain,” sahut Suho dengan sorot mata tajam sedang menatap Gaby.

Dengan sekali gertakan giginya pada Suho, ia berbalik kembali dengan mendengus kesal. “Apa lagi? Jelas-jelas baju itu juga cocok untuknya,” gumamnya sembari melirik punggung lelaki itu sinis.

Tidak lama kemudian sang sutradara pun mengistruksikan untuk segera melakukan pemotretan tersebut, membuat Gaby kewalahan membawa beberapa pakaian pilihan untuk Suho yang belum juga bersiap. Alhasil ia terkena amarah pria separuh baya itu, karena terlalu lamban mengerjakan sebuah pekerjaan.

“Suho-ssi, kenapa belum juga bersiap?”

“Ah, stylist-ku sedang memilihkan sesuatu,” jelas Suho.

Gaby pun menghampirinya dengan membawa beberapa baju untuk ditunjukkan, ia memperlambat larinya. "Ini, Suho-ssi,” ujarnya.

Tanpa ia sadari Yongpil tengah memandanginya dengan tajam. “Jung Minji! Kau ini staf baru tapi kinerjamu sama sekali tidak bisa kuandalkan!” cercanya pada gadis polos satu ini.

“Oh, Pak Yongpil,” celetuk Gaby lalu menundukkan wajahnya menatap lantai berumput tersebut.

“Kak Yongpil, aku sebentar lagi sudah siap. Beri aku waktu lima menit untuk ganti pakaian,” sela Suho membela stylist-nya lalu diberikan ijin untuk berganti pakaian.

Entah mengapa ia membelanya seperti itu, biasanya seorang Suho yang melihat staf lain dimarahi pun tak akan peduli dan lebih memilih untuk tidak mengikuti schedule yang berlangsung.

Kini ia justru memilih berdamai dan segera bersiap, dengan kostum yang disiapkan Gaby untuknya dan yang terakhir memang terlihat cocok untuk tubuh tinggi Suho.

Lima menit telah habis, kini Suho sudah berada di set bersama photographer dan beberapa kru tata rias.

Sementara Gaby, ia menunggu di luar set---di belakang kamera dan diam-diam memperhatikan lelaki itu yang tengah berfoto dan terus berganti pose tiap per detiknya secara perlahan mengikuti arahan photographer.

Tanpa berkedip sekalipun, hingga pasang matanya bertemu dengan lembut. Seakan waktu bersedia menghentikan detaknya, dan membekukan detik sekarang juga dan Gaby merasakan desiran aneh dalam dirinya.

Seperti tersetrum, dan lelaki itu terus menatapnya hingga membuat Gaby salah tingkah sejenak.

Gadis itu memutuskan untuk pergi sebentar ke kamar kecil, setelah mendapat ijin dari rekannya dan menanyakan arah toilet.

Dengan rasa panas membakar pipinya, sepertinya ada yang tidak beres dengan dirinya hari ini.

Mengapa semua itu terjadi, jelas-jelas ia tidak menyukai Suho---baik sebagai artis ataupun orang biasa. Sungguh membencinya.

Stylist Love | Oh SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang