2: How Much

33 6 0
                                    

Gaby pun memutuskan untuk menjawab panggilan tersebut, dan dari ujung sana terdengar suara wanita yang sepertinya sedang begitu serius dengan topiknya.

“Iya, saya Jung Minji," ucap Gaby.

“... Apa?! Tapi s-saya kan baru sempat mengirimkan surel saya tadi siang, kenapa tiba-tiba ... iya saya mau kok ... baiklah saya ke sana sekarang,” tutup Gaby mengakhiri sambungan tersebut dan menoleh pada Yumi yang sedang bertanya-tanya apa yang terjadi pada Gaby.

“Hm? Bagaimana, siapa yang menelepon?” tanya Yumi penasaran.

“Eum ... kurasa dia pewawancara kerjaku?”

“Aigoo, Gaby! Aku tidak ingin bercanda, tadi reaksimu seperti telah menang lotere,” ujar Yumi mendengus kesal.

“Baiklah, akan kuberitahu tapi sekarang aku mau bersiap dulu,” balas Gaby berlari meninggalkan Yumi dengan membawa beberapa tas belanjaan itu pergi.

“Hei! Gaby! Tunggu aku!” seru Yumi kemudian menyusulnya.

Gadis itu baru saja bertelepon dengan seseorang yang tiba-tiba memberikannya sebuah pekerjaan, dan memintanya untuk segera datang ke lokasi kerja.

Betapa senangnya ia saat diterima langsung, namun herannya kini sepertinya pekerjaan yang datang menghampiri bukannya ia yang pergi mencari.

Sejauh pengalaman mencari kerja yang dilewati Gaby, baru kali ini ada orang yang mau meerimanya bekerja.

Dia harus bersyukur karena ini pertama kalinya setelah ia hampir mati terkubur dengan semua kenangan patah hatinya bersama banyak mantan dan pacar online, selamat menikmati kehidupan baru yang akan mendatang—itu adalah isi dari pikiran Gaby yang sedang sukacita hari ini.

***

Tiba di lokasi, Gaby melihat sekeliling dan berusaha menemukan seseorang untuk diajak bicara.

Namun semua orang di sana tampak sibuk, terlihat para kru yang sedang mendesain dan menata lighting. Beberapa masih berkutat dengan penempatan dekorasi.

Siapa yang harus ia panggil untuk memberinya arahan sekarang? Gaby terus mengedarkan pandangannya, hingga akhirnya ada seseorang yang menepuk pundaknya pelan.

“Hai, kau pasti Jung Minji?” kata perempuan berambut pendek itu.

“A-ah, iya ...,” sahut Gaby kemudian menganggukkan kepalanya.

“Baiklah, sekarang ayo ikuti aku,” ajak perempuan itu yang lupa memperkenalkan dirinya sendiri.

Gaby pun berjalan mengekori kru tadi, dan sampai di ruang rias.

Beberapa make-up artist pun terlihat sedang sibuk dengan bedak, lip-tint dan sisir di tangan mereka.

Cermin nampak terang dengan lampu yang terpasang mengitarinya.

“Wah, ini adalah stylist Suho?” gumam seseorang pada kru di sebelahnya.

“Entahlah, tapi kuharap dia bisa bertahan paling tidak satu hari dengan manusia seperti itu,” cibir staf satunya.

Ceklek.’

“Masuklah, lalu dandani artisnya sesuai tema ini,” kata kru itu sembari mengulurkan selembar kertas.

“Ah, iya, tapi boleh kutanya namamu?” balas Gaby.

“Aduh, aku sampai melupakannya—namaku Lim Jini,” ucap Jini sembari tersenyum.

Setelah Jini berbalik pergi, ia segera memasuki ruangan dan bekerja---sebagai stylist baru amatir.

Ya, setidaknya ia pernah bekerja di salon milik teman hanya sekitar dua bulan lalu keluar karena ia pergi bersama pacar online-nya ke Korea.

Stylist Love | Oh SehunWhere stories live. Discover now