23: Tagihan

5 1 0
                                    

"Bibi, kenapa paman menitipkan kami ke Bibi?" tanya Jaeno penasaran.

"Apa Bibi ini pacar paman?" tanya Jieun setelahnya.

"T-tunggu, kalian membicarakan paman yang mana? Cha Suho?"
Keduanya mengangguk.

Tersisa Jaeno dan Jieun di sana, Jaeyu sudah dua jam berada di dalam kamar mandi. Entah kenapa anak itu belum juga keluar dari sana.

"Apa paman juga sering berkencan dengan Bibi?" tanya Jieun.

"Apa maksud kalian, dan satu lagi jangan memanggilku 'Bibi' mengerti?" titah Gaby pada kedua anak manis itu.

"Tapi kami harus memanggilmu apa?"

"Sebutan 'Kakak' lebih cocok untukku, lagipula umurku belum setua itu."

Jaeno menggeleng telak. "Tidak bisa, Paman Suho mengatakan harus memanggilmu 'Bibi' karena kau tua," ocehnya.

"Bukan tua, Jaeno ... tapi karena memang begitu sebutannya," ralat Jieun sok tahu.

"Tunggu sebentar, kalian berada di rumahku tapi aku tidek mengetahui nama kalian. Kalian siapa?"

"Aku Jieun."

"Aku Jaeno, anak kedua. Adik terkecilku yag perempuan."

"Jaeyu adalah yang tertua dari kami, dia ada di toilet sejak tadi." Jieun menimpali.

"Oo ... tapi jika dilihat lagi kalian memang mirip ya," ujar Gaby sembari mengusap dagunya.

"Memang begitu, Bibi." Jaeno bersuara lagi.

"Ssstt ... Bibi ini tidak suka panggilannya-terlihat tua nanti," bisik Jieun.

"Kan memang tua, kau mau kalimat apa lagi yang cocok dengan Bibi ini?" ucap Jaeno semakin pedas menusuk telinga Gaby.

"Sudah-sudah, kalian kenapa ribut hanya karena memanggilku. Sudahlah," lerai Gaby memutus perdebatan.

Sejenak hening, lalu muncul Jaeyu dari pintu toilet sembari mengusapkan tangan mungilnya ke celana yang ia kira sebagai kain lap.
"Kak Jaeyu, kenapa kau lama sekali? Buang air besar ya?" celetuk Jieun memandangi kakak tertuanya.

"Tidak," jawab Jaeyu.

"Lalu?" sahut Jaeno.

"Bermain air," timpal Jaeyu dan berlalu beralih menghampiri televisi flat yang berukuran sedang.

"Hah?" gumam Jieun bingung.

"A-ah, kalian sudah makan?" tanya Gaby berusaha mencari pembicaraan.

"Sudah." Ketiganya menjawab dengan kompak.

"Atau kalian mau camilan pagi?" tawar Gaby.

"Bibi, aku mau kue lapis," jawab Jieun terlebih dahulu.

Urusan makanan, Jieun yang paling cepat tanggap. Dan kedua kakaknya itu hanya mengikuti permintaan adiknya saja, jika Jaeyu paling pendiam di antara keduanya maka Jaeno adalah ahlinya dalam berbicara.

Calon profesor, itu yang selalu ia dambakan sejak masih usia balita.

Kini ketiganya genap berusia sembilan tahun, dan memiliki tanggal ulang tahun yang sama.

Sebelas November, artinya beberapa bulan lalu mereka baru bertambah umur.

"Aku mau juga, tanpa krim. Kalau ada es krim, aku mau juga." Jaeno bersuara.

Kaki Gaby mulai melangkah ke kitchen set untuk memenuhi permintaan ketiga anak kecil itu, belum usai amarahnya tentang perbuatan Cha Suho hari ini.

Dengan mengirim ketiga bocah itu terasa membuat kepala Gaby hampir meledak, ia benar-benar mengakui bahwa anak-anak itu bukan hanya cerdas namun juga cerewet.

Stylist Love | Oh SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang