35: Misteri Kotak

4 0 0
                                    

Gaby masih sama di tempat itu, dengan mendongakkan kepalanya menatap kagum lelaki tersebut.

Laki-laki itu menunjukkan smirk-nya. "Jangan berdiri di sini dengan jaket tipis, kau bisa masuk angin nanti," ucapnya sembari menelungkupkan jaket miliknya menutupi bahu Gaby.

Gadis itu pun mengalihkan pandangannya ke arah lain. "A-anda siapa?" tanyanya sedikit menjauhkan tubuhnya yang terlalu menempel pada orang tersebut.

Orang tersebut tersenyum singkat. "Ah, kau tidak mengingatku ya ... padahal kita bertemu saat rapat TV show waktu itu. Be my roommate," katanya mengingatkan Gaby.

Sontak gadis itu membelalakkan matanya. "B-bryan Kim?" tebaknya.

Bryan pun mengangguk. "Benar sekali, ngomong-ngomong kenapa kau ada di sini?" tanyanya mulai membuka pembicaraan.

Mereka pun terlibat dalam perbincangan ringan, sembari berjalan dan sesaat tertawa kecil karena cerita Gaby mengenai pengalaman pertamanya waktu syuting acara waktu itu.

Bryan Kim. Nama itu telah merasuk menyelinap ke seluruh pikiran orang-orang bak hantu yang bergentayangan di suatu tempat, nama itu sama famous-nya seperti aktor Cha Suho.

***
Beberapa jam kemudian ....

Selesai juga jadwal syuting Cha Suho, ia pun memutuskan untuk segera menuju ke Rumah Sakit. Alih-alih ingin menjaga Jieun, ia lebih ingin mengambil ponselnya yang tertinggal dan menjenguk Gaby juga.

'Jegrek!'

Pintu Van telah tertutup rapat kembali, kini Cha Suho yang telah berlengkapkan masker dan kacamatanya kemudian melangkah membelah hujan salju tersebut.

Lift berdenting, syukurlah tidak ada yang dapat mengenalinya sebagai Cha Suho.

Naik lift, menuju ke lantai menuju ruangan di mana Gaby dan Jieun di rawat. Keduanya memang berada di deretan koridor yang sama, dan memiliki ruang VIP.

Cha Suho yang menyuruhnya, bahkan  saat Jihyang tidak setuju juga ia tetap membantah sang manajer.

Langkahnya berhenti ketika hendak memasuki ruangan tempat Gaby dirawat, matanya mengintip ventilasi berbentuk persegi panjang yang menghiasi pintu.

"Hahaha, kau sangat lucu ya ternyata," gurau Gaby meledek Bryan yang sedang rela melakukan aegyo untuknya.

(Terjemahan: Aegyo adalah sebuah tindakan imut dan lucu yang dilakukan seseorang.)

"Kau mau lagi? Aku terbiasa melakukannya di televisi, tapi kau yang pertama gerakan ini." Bryan pun memperagakan gaya seperti kucing yang menggemaskan.

Itu pun membuat Gaby dapat tertawa lepas, pria yang memandangnya dalam diam dari luar pintu pun ikut heran dan juga geram dengan aksi Bryan.

Cha Suho pun segera memotong moment tersebut, ia masuk ke dalam ruangan dengan menenteng sebuah keranjang buah yang segar.

"Ah, kau di sini juga ya, Bryan Kim?" sapa Cha Suho yang tiba-tiba muncul mengagetkan Gaby dan orang itu.

"Astaga! Cha Suho, kenapa kau tidak mengetuk pintu dulu. Aku kan kaget," gerutu Gaby.

"Maaf, aku lupa," ucap Cha Suho pada gadis tersebut kemudian meletakkan keranjangnya di atas nakas.

"Kalau begitu, aku pamit dulu, Jung Minji," pamit Bryan.

"Eh, tunggu.  Kenapa buru-buru, kau bisa makan juga bersama kami." Gaby mencegahnya lalu mendongak ke arah Cha Suho, " Cha Suho ... bisakah kau belikan sesuatu untukku," pintanya memohon.

Tatapan Cha suho sedari tadi sudah sengit saat melihat keberadaan Bryan di sana, dan kali ini justru Gaby yang membujuk orang itu untuk tetap di sana untuk menemaninya.

"Apa?" tanya Cha Suho mulai melunak.

"Belikan aku kopi dan sandwich untuk makan siang bersama Bryan Kim," jawabnya lalu melontarkan senyumnya.

Sebelum Cha Suho berkata lagi. Bryan pun segera menyahut, "Ah, tidak usah. Aku harus segera pulang." Kemudian memberikan gadis itu sebuah senyuman manisnya yang sangat berbeda dengan Cha Suho.

Bryan pun memutuskan untuk pergi dari sana, sebelum suasana semakin membuat ia dan Cha Suho memanas.

"Ehm! Kenapa kau masih di situ?" deham Gaby pada Cha Suho setelah Bryan Kim benar-benar menghilang di belokan.

"Hah? Aku hanya sadar kalau ponselku tertinggal," kata Cha Suho jujur.

"Oh, hanya itu? Kau tidak mencemaskan aku? Atau pun Jieun?" tanya Gaby lagi.

Cha Suho menatapnya aneh. "Aku jelas khawatir---pada Jieun," ujarnya.

Tanpa menunggu jawaban lainnya lagi, Gaby pun mengulurkan benda pipih tersebut. "Nih, handphone-mu," ucapnya.

"Thankyou," ucap Cha Suho seraya menyambar ponselnya itu.

"Oh, iya. Kakakmu menelepon, maaf aku yang mengangkatnya ... habis teleponmu berbunyi terus."

"Tidak masalah," ujar Cha Suho.

Hanya saja ia harus mengatakan, bahwa ia sedang tidak suka pada sikap Gaby yang ditunjukkan untuk Bryan Kim tadi.

"Yasudah," gumam Gaby terasa canggung kembali.

Cha Suho pun mendapati benda yang bisa dijadikan untuk bahan cercaannya.

"Jaket itu milik Bryan Kim, 'kan? Berikan padaku," pinta Cha Suho.

"Untuk apa?" tanya Gaby.

"Mau aku kembalikan padanya," sahut Cha Suho tanpa segan mengambil jaket itu dari pundak Gaby dan berbalik pergi membawanya.

***

Lokasi parkir rumah sakit terlihat lengang, tidak ada orang yang melintas kecuali banyak mobil yang terjajar rapi.

Bryan Kim pun melangkahkan kakinya menuju mobil B*W berwarna hitam, dan hendak membuka pintunya.

"Hei," panggil seseorang. Lelaki tersebut pun berbalik untuk mengetahui siapa yang memanggilnya.

Cha Suho, datang dengan genggaman jaket tersebut. Langsung melemparkan benda itu menimpa Bryan dengan kasar, untung saja tidak ada orang yang melintas.

Kalau saja aksinya terekspos lagi, maka selama ini kedok pertemanannya hanya menjadi topeng yang melindungi wajah karirnya semata.

"Apa ini?" tanya Bryan berlagak tidak paham.

"Jaketmu, Minji tidak membutuhkannya." Cha Suho membalas tatapan tajam itu.

"Jelas dia membutuhkannya, perempuan itu tadi kedinginan di luar sana. Jika kau jadi aku, melakukan hal seperti ini sudah biasa." Bryan Kim tambah melawannya dengan ucapan menurut fakta.

"Apa? Aku tidak akan pernah sudi menjadi dirimu," desis Cha Suho.

"Siapa yang menyuruhmu menjadi diriku? Huh," balas Bryan semakin menantang membuat mata Cha Suho semakin menyala dan menyambar kerahnya rahangnya pun ikut mengeras.

"Jangan coba-coba kau menyentuh Jung Minji lagi, dia bukan barang yang bisa kau rebut sesukamu," geram Cha Suho sembari melepaskan cengkraman tangannya dengan kasar.

Bryan membuang napasnya kasar lalu berdecih, "Kau pikir dia wanita yang polos dan tidak akan terhoyahkan?" Dia membalasnya telak, sampai kapan pun Cha Suho tidak akan pernah melepaskan stylist pribadinya pada orang lain.

Dia harus mencari cara agar 'si pengganggu' ini menghilang, dia sudah muak dengan segala ocehan Bryan.

Amarah semakin dalam menguasai dirinya, hingga tanpa sadar tangannya melayangkan sebuah pukulan yang menghantam wajah Bryan telak.

'Bug!'

"CHA SUHO!" teriak seseorang yang tampak terlihat sangat terkejut mendapati moment yang kurang tepat di hadapan matanya, matanya terkulai kembali menatap heran raut wajah Cha Suho yang saat ini sulit untuk ia deskripsikan.

Stylist Love | Oh SehunHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin