87: Tiga Bertemu Harap Bersabar

0 0 0
                                    

Namun di sebelahnya lagi, terdapat Gaby yang mulai tidak bisa menahan berat kepalanya. Oleng sana dan sini, tanpa sengaja Cha Suho menolehkan kepalanya.

Kebetulan mendapati suasana itu, kepala Gaby nyaris miring menuju pendaratan ke pundak si pria asing.

Dengan sigap tangannya menyangga pelipis Gaby agar tak tumbang ke arah yang salah, namun semakin berat dia tak mampu menahannya lagi.

Pria kekar itu pun terbangun dari tidur nyenyaknya, dan melihat tangan tepat di hadapan mulutnya.

Untuk si pria itu tak mengira jika itu sebuah makanan, jika tidak tangan Cha Suho akan melayang.

"Sedang apa kau?" gumam bule itu ketus dengan bahasa Inggris.

"Ah, bisa kau bertukar tempat dengannya?" tanya Cha Suho memberi isyarat dengan kode matanya.

Ekor mata pria kekar tersebut melirik ke kepala gadis tepat di sebelahnya yang sedang terpejam, tampak tenang.

"Oh, apa dia istrimu? Baiklah aku pindah." Si bule pun  beranjak dan bertukar tempat dengan Cha Suho, sementara posisi tengah diisi olehnya.

Dengan mulus Cha Suho mendaratkan kepala Gaby untuk bersandar pada bahunya.

Sepertinya gadis itu tertidur dengan nyenyak, sampai mendusel masuk ke pelukan Cha Suho yang hangat.

Tanpa merasakan jika hati Cha Suho sedang dag-dig-dug dibuatnya, sampai di negara tujuan. Cha Suho harus membuatnya bertanggung jawab.

***

Cha Jihyun telah bersiap untuk berangkat, setelah tiket pesawat dan pesan hotel secara online.

Dia akhirnya mendapatkan kamar terakhir yang tersedia, dengan didampingi si asisten sampai bandara.

Akhirnya meninggalkan negeri ginseng dan berangkat ke Filipina, sendiri tanpa bersama istri dan cucu-cucunya.

Beberapa jam berlalu ...

Sampai di hotel, dia segera check-in kamar. Lalu menempati ruangan tersebut.

Namun setelah cukup lama, dia merasa bosan dan keluar untuk mencari udara segar. Setelah mendapat email dari Chae Dohyuk--mantan menantunya.

Yang memberi kabar tentang lokasi juga keadaan Cha Selena yang dimetahuinya, membuat Cha Jihyun sebagai ayah dari perempuan itu merasa terpukul mengingat anaknya baru saja melewati masa sulit sendiri.

Belum lagi urusan perusahaan yang selalu membuat perempuan itu jadi begadang semalaman untuk mengurusnya, sementara Cha Jihyun yang tidak bisa mewariskan bisnisnya pada Cha Suho anak laki-lakinya karena berbeda cita-cita.

Cha Selena ingin menjadi wanita karir, namun Cha Suho ingin meneruskan bakan sang ibu sebagai entertainer.

Semua sudah ditakdirkan, menjadi apa yang mereka mau. Cha Jihyun hanya dapat mendukung anak-anaknya untuk bisa menjadi yang terbaik.

"Hah ... Selena-selena ... semoga kamu cepat pulih, anakku," lirih Cha Jihyun srraya menatap nanar bingkai foto terpampang jelas potret keluarga mereka.

Cha Jihyun dan Velicia berada di tengah, sementara Cha Selena dan Cha Suho berada di sisi samping kanan dan kirinya. Terlihat berseri bahagia.

'Tring!'

Notifikasi pesan masuk.

Cha Jihyun langsung membukanya, tertera info inbox email. Sudah dapat dipastikan dia adalah Chae Dohyuk --si pengirim.

To: ChaJihyun.Vintour@Crmail
From : DohyukChae1@email.id

Daddy, aku tahu kau sudah menerima pesanku tanpa membalas. Jika ya, aku ada di rumah sakit xxx. Aku tahu aku tidak pantas menemuimu, tapi ijinkan aku merawat Cha Selena untuk saat ini. Sebelum aku benar-benar pergi dari dia.

(Read) No Comment.

Napas Cha Jihyun memburu. Matanya berkilat setelah membaca pesan tersebut. "Kurang ajar, bocah itu sungguh keterlaluan," desisnya lalu mematikan ponsel dan segera pergi ke rumah sakit sesuai alamat yang tertera untuk menjenguk putrinya.

Sampai di rumah sakit xxx Cha Jihyun bertemu dengan sosok yang tak asing, dokter itu ... Dia mengenalnya.

"Oh? Hello, Mr. Jihyun?"

"Hai, Michael? Wah, kebetulan kita bertemu," balas Cha Jihyun ramah sembari memeluk dokter itu sesaat.

Mereka berbincang, dan Cha Jihyun diantar pada Cha Selena. Karena Michael ternyata merupakan dokter yang merawat Selena, jadi setelah Cha Jihyun cerita tentang kejadian itu dan Michael pun paham.

Dia mengantar Cha Jihyun ke kamar Cha Selena dirawat, pria paruh baya itu bisa melihat dengan jelas wujud Cha Selena yang sedang terbaring dengan mata terpejam. Dia sedang tidur siang.

Waktu di Filipina sekarang adalah siang hari, dan Cha Jihyun baru saja sampai langsung segera menjenguk puteri tercinta.

Dia ingin membawa Selena pulang, tapi karena keadaan belum memungkinkan jadi harus melihat dari jarak yang ditentukan dan waktu yang terbatas.

Semenjak sakit kepala Cha Selena kambuh, wanita itu jadi sering melamun. Entah apa yang dipikirkannya. Tatapan kosong terus menyertai juga.

Membuat si dokter terkadang merasa heran dengan perubahan pasiennya sendiri, sebenarnya Cha Selena baik-baik saja atau justru sebaliknya. Michael perlu memeriksa perempuan itu lagi dua hari tersisa.

"Masuklah, karena masih jam menjenguk. Kami membatasinya hingga pukul lima," jelas Michael. Lalu pria bersetelan serba putih itu pergi, membiarkan sang ayah bertemu dengan anak sulung itu.

***

Di negara yang sama, beberapa saat lalu. Cha Suho terbangun dari tidurnya setelah puas menikmati alunan musik di telinganya.

Menyadari sandaran kepala Gaby masih belum lepas juga, dia tidak berani membangunkan gadis itu. Tampak lelah dan sendu.

"Kenapa mukanya kusut begitu, apa karena aku sering menyuruhnya ini dan itu?" gumam Cha Suho terlihat memincingkan matanya ke arah Gaby.

"Hmh, hoamh ...," erang Gaby pelan dia masih menguap sembari mengira jika tumpuannya adalah sebuah bantal. Dan ternyata salah.

Dia menoleh, dan menyadari itu adalah bahu Cha Suho. Dengan cepat dia menyingkir dan bertingkah aneh.

"Sepertinya kau tidur nyenyak sekali," cibir Cha Suho.

"H-hei, sejak kapan tadi ... A-aku seperti itu?" Gaby menunjukkan ke arah bahu lelaki itu.

"Entah, berjam-jam mungkin. Uh, pundakku jadi pegal," sindir Cha Suho seraya memukul-mukul pelan pundaknya sendiri.

"Dasar lebay," desis Gaby mengalihkan pandangannya.

"Apa kau bilang?" Cha Suho tetap mendengarnya, bagaimana tidak jika posisinya dia bersebelahan.

"Ekhem! Permisi, Tuan--Nyonya ... Biarkan aku lewat. Setelahnya kalian bisa bertengkar lagi," deham bule Eropa tadi.

"Oh, silakan."

"Hei, dia barusan bilang apa? 'Tuan--Nyonya' aku bukan istrimu!" ralat Gaby menatap tajam ke arah Cha Suho tanda tak setuju.

"Ya siapa juga yang mengakui kau istriku, menikah saja aku tidak pernah. Minggirlah, aku mau lewat," kata Cha Suho beranjak.

Mereka berdua pun telah mengambil koper masing-masing, dan yakin dengan barang bawaan mereka.

Selanjutnya Gaby dan Cha Suho harus naik taxi, dengan mode penyamaran mereka.

Karena misi ini hanya untuk memuaskan keinginan Cha Suho bertemu dengan kakaknya lalu segera kembali ke negeri ginseng.

Sementara Gaby, sebagai pengawal dan asisten sementara menggantikan Kim Jihyang.

Dia hanya harus mengikuti ke mana pun Cha Suho pergi,dan memantai situasi.

Tiba di hotel, tidak jauh dari pusat kota. Dan ini adalah satu-satunya hotel yang menjadi tempat menetap sementara dengan daya tampung kamar yang tidak terlalu banyak.

Setelah check-in hotel, tiba di depan kamar nomor 1005. Cha Suho dengan rasa lega telah sampai di kamarnya.

Stylist Love | Oh SehunWhere stories live. Discover now