14: Akting

8 4 0
                                    

“Jadilah pacarku, Jung Minji,” ucap Suho tanpa babibu lagi.

Di tepi pantai mereka berdiri, merasakan sepoi-sepoi angin menembus permukaan kulitnya sejuk dengan terik matahari pagi yang terasa tidak begitu panas membakar.

Gaby membelalakkan matanya seolah tidak paham dengan ucpan artis itu, dan ia lebih menatapnya tajam hingga pria itu sadar bahwa si gadis perlu penjelasan.

“Apa maksudmu?” tanya Gaby masih dengan tatapan yang sama.

“A-ah ... aku mau kau jadi pacarku---atau menikahlah denganku?” ucap Suho justru lebih terdengar seperti bertanya balik.

“Apa?! Kau ingin berbicara apa, menikah? Pacar? Aku tidak mengerti,” ujar Gaby sembari memutar bola matanya malas.

Cha Suho dengan sigap menarik pergelangan tangan gadis itu hingga membuatnya berhadapan. “Jadilah pacarku, maksudku ini hanya sementara kita cukup berakting seolah kita benar-benar sepasang kekasih. Aku yakin ini juga akan menguntungkanmu,” ucapnya intens.

Gaby dengan cepat menarik tangannya dari cekalan. “Tidak bisa, Tuan Cha Suho. Aku tidak ingin terlibat ke dalam konflikmu itu, lagipula perjanjian kita hanya sebatas reality show saja bukan?” tanyanya.

“Yang ini berbeda, ini atas dasar keinginanku.”

“Keinginan? Apa yang kau maksud dengan keinginan?” tanya Gaby tambah bingung.

Mata Suho mengedarkan pandangannya. “Kau tahu tentang beritaku yang sudah tersebar belum lama ini?” tanyanya balik.

Gaby menggeleng pelan, memutar otaknya sembari mengingat-ingat yang lalu. “Kurasa tidak, tapi aku pernah mendengarnya dari temanku,” jawabnya.

“Aku membutuhkan bantuanmu, agar bisa melenyapkan rumor tentangku ... kalau kau tidak bisa mungkn aku akan mencari perempuan lain. Dan ini berlaku penawaran yang khusus untukmu,” kata Suho.

Kemudian pria itu berbalik lalu pergi, dan kini Gaby bingung apa yang sebenarnya ia maksud.

Tentang hubungan menikah dan pacaran, dua hal tersebut jelas jauh berbeda dan Gaby tahu itu.

Tapi jika seorang artis semacam Cha Suho ini sudah meminta bantuannya apa kemungkinan ini memang jalan yang harus Gaby lalui, tapi ia tidak ingin masuk ke dalam suasana para artis walau esoknya ia harus mengikuti syuting bersama Suho sebagai pasangan actingnya di depan kaca.

***

Dua hari kemudian, Gaby pergi ke Busan bersama dengan Suho dan manajernya. Seperti yang sudah diketahuinya, bahwa pelaksanaan pembacaan naskah sekaligus lokasi syuting pertamanya ada di kota Busan.

Dan baru pertama kalinya ia pergi ke sana, karena sejak lahir dan besar pun Gaby berada di Indonesia walau ia keturunan Korea namun pengalamannya belum begitu luas karena ia termasuk orang yang gemar beraktivitas di dalam rumah---anak rumahan.

“Jung Minji, bisa kau jaga Suho sebentar di sini?” tanya Jihyang yang sibuk dengan ponsel yang terus berdering.

Sementara Cha Suho baru saja keluar dari mobil van-nya, sudah memakai topi beserta masker dan kini ia menggunakan outfit hitam yang ia padukan dari kemeja garis putih horizontal dan celana black cotton.

Pria itu berjalan menghampiri Gaby setelah mendapat sinyal dari manajernya, ia ditinggalkan bersama gadis itu untuk menunggu.

Lalu datang juga penulis naskah, beserta asistennya menyapa mereka berdua dengan ramah. “Halo, kalian yang akan memeriahkan acara ini ya? Mohon bantuannya ya, aku sudah menulis banyak naskah yang kupersiapkan untuk kalian berdua,” ucapnya antusias namun tetap pada sikap yang tegas karena jika dilihat dari sisi Gaby bahkan si penulis itu tampak seperti kakak perempuan Yumi yang sudah berumur puluhan tahun namun tetap terlihat awet muda.

“Ya, mohon bantuannya juga, Bu penulis.” Suho menyahut lalu membungkukkan tubuhnya sesaat lalu tegap kembali.

“Ah, kalau begitu sampai jumpa, kalian berdua terlihat cocok sekali. Aku yakin acara ini akan booming nantinya,” ujar Kang Sinhye yang tak lain adalah seorang penulis naskah senior yang telah bekerja begitu lama untuk perusahaan BE-Live.

Berdua dalam keheningan menunggu si manajer datang, Suho dan Gaby terlihat tidak nyaman dengan suasana mereka masing-masing dan memutuskan untuk berbicara.

“Kau!”

“Kau ....”

Alhasil mereka bicara bersamaan.

“Kau duluan saja,” ucap Gaby mengalah.

“Ekhem, bagaimana dengan pendapatmu atas tawaran yang kuberikan?” tanya Suho menatapnya dari bali masker dan kacamata yang ia kenakan saat ini.

“Aku tetap menolak, lagipula kau bilang hanya menjadi pasanganmu di lokasi syuting---setelahnya mari kita bersikap tidak saling kenal,” jawab Gaby tetap bersikukuh.

Memang tawaran menggiurkan apa yang bisa Gaby tolak setelahnya, hanya saja ia mungkin akan berkorban lebih banyak jika menuruti semua permintaan pria itu. Lebih lagi ia hanya seorang stylist yang melayani Suho saat ini, tetap saja dia harus bekerja di tempat yang seharusnya.

Penata gaya butik bomi di pusat kota, itu adalah lokasi tempat kerjanya. Bukan terus mengekori si aktor menyebalkan itu.

“Tapi ... mungkin saja kau berubah pikiran?” tanya Suho lagi mencoba membujuknya.

“Tidak, Tuan ... saya masih sadar akan jawaban sebelumnya. Tidak akan pernah menjadi pacar Anda,” jawab Gaby dengan suara yang dibuat formal padanya.

Suho mendengus kecil lalu mendapati orang yang tampak membawa kamera hendak membidiknya, dengan cepat ia merengkuh pinggang Gaby tanpa izin membuat mata gadis itu terbelalak metatapnya tajam dan aneh.

Secara berontak ia berusaha melepaskan diri dari dekapan pria itu, namun bukannya dilepas justru dipererat lagi oleh Suho lalu ia mendekatkan mimirnya ke daun telinga Gaby untuk membisikkan sesuatu.

“Ada wartawan di sana, diamlah ....”

“Apa? Kau pasti berbohong, ‘kan?” tanya Gaby tidak percaya.

“Terserah saja jika kau ingin wajahmu terekspos lebih dulu sekarang,” timpal Suho masih tetap mendekapnya.

Dalam sesaat, kenapa jantung Gaby terasa aneh. Apa karena pria yang mendekapnya adalah seorang aktor terkenal, mereka berpelukan cukup lama entah sampai kapan Suho akan melepaskannya.

‘Dag.Dig.Dug.Dag.Dig.Dug.’

“Apa masih ada?” tanya Gaby tetap menyandarkan kepalanya pada dada bidang milik Suho.

“Hah? M-masih,” ucap Suho berbohong, padahal wartawan itu telah menghilang beberapa saat sebelumnya. Kenapa dia merasa nyaman saat memeluk Gaby, terasa berbeda ketika ia berakting drama romantis dengan beberapa aktris cantik hanya saja ini berbeda.

Jika dia lihat, Gaby lebih pendek darinya mungkin nampak peluk-able.

‘Dag.Dig.Dug.Dag.Dig.Dug.’

Hingga terdengar suara degupan yang begitu tidak teratur, ia bisa mendengarnya dengan jelas.

Gaby memutuskan untuk menjauhkan dirinya dari pria itu karena cukup terasa lama terbenam di sana membuatnya sesak.

Dan ia melihat sekeliling yang hanya terhampar pasir lalu ombak yang membentur batu karang di tepi pantai, wartawan berkamera seperti yang diucapkan Suho sudah tidak nampak lagi.

“Cha Suho, apa kau belum makan sejak tadi? Kenapa aku mendengar deguban jantungmu dengan keras?” tanya Gaby polos.

“A-apa?” tanya Suho aneh. Gadis ini benar-benar polos ya! Pikirnya dalam hati.

“Ya sudah, bagaimana jika aku yang traktir makan? Aku tahu restoran yang enak dekat sini,” tawar Gaby hendak pergi namun tangannya kembali dicekal oleh Suho.

“Tunggu.”

Stylist Love | Oh SehunWhere stories live. Discover now