24.

1.2K 194 46
                                    

Hueningkai mengintip di balik pintu. Matanya menangkap sosok Yuna yang masih berbaring di atas ranjang rumah sakit dengan peralatan medis yang terpasang di tubuhnya. Lelaki kelahiran agustus itu menghela nafas kemudian membuka pintu. Benar dugaannya. Yuna sendiri di dalam sini.

Dia menaruh sekantung kresek kecil berisi susu almond titipan Soobin kemudian berjalan lagi menuju ranjang Yuna.

Lelaki yang sering disapa Kai itu tersenyum miris kemudian duduk di samping Yuna. Bukan di kursi lain lagi. Dia duduk di atas ranjang di sebelah Yuna tepat. Dia merunduk memberikan ciuman di pucuk kepala gadis yang paling dia sayangi. Kemudian mengusap usapnya halus.

"Maaf ya. Gue baru bisa dateng lagi sekarang. Eh iya. Btw pensi dibatalin gara gara kejadian kemarin. Rasanya lega banget. Akhirnya gue bisa nemenin lo terus sekarang. Lo seneng gak?"

Bola mata yang masih tertutup kelopak mata itu terlihat bergerak bersamaan dengan alat bantu pernapasan yang mengembun.

Perasaanya kembali sesak. Yuna satu satunya yang selalu ada untuknya. Selama dia hidup, Yuna yang selalu mendengarkan seluruh keluh kesahnya. Mereka berdua sudah berbagi dari dulu. Dan rasanya akan sangat menyakitkan melihat Yuna yang terbaring seperti ini.

Air matanya kembali menitih. Menyesali kenapa dia bisa setidak tau itu terhadap apa yang dialami Yuna. Bagaimana gadis itu menjalani hari di kalangan teman temannya? Bagaimana gadis itu disakiti? Bagaimana masalahnya? Bagaimana rasa sakitnya? Kai menyesal tidak pernah mengetahui dari awal.

Apalagi fakta yang paling menjatuhkan adalah dia yang paling dekat dengan Yuna. Selain Soobin, Chanyeol dan Chaeyoung tentunya. Tapi dia yakin. Mereka sama. Sama dalam berbagi keluh kesah. Selama ini mereka selalu berbagi.

Hueningkai mengusap air matanya. Dia meraih tangan Yuna yang tidak terdapat infus. Kemudian mengusapkannya di pipinya. "Yuna, gue kangen. Plis bangun Yuna. Gue gak bisa lama lama pisah sama lo. Bangun Yun!"

Selalu seperti ini. Tujuan awalnya dari rumah adalah bercerita tentang segala hal yang dia alami selama ini pada Yuna. Berusaha menumbuhkan respon lebih dari Yuna. Tapi selalu berakhir seperti ini.

Bilang saja dia cengeng. Mungkin memang benar. Sejak kecil Soojung mendidik Hueningkai dengan baik. Mengajarkan segala kelembutan seorang ibu. Apalagi dia adalah anak satu satunya. Begitu pula dengan Seokjin. Selalu sabar dan penuh kelembutan dalam mendidik Hueningkai- anak satu satunya.

Dan inilah dampaknya. Semuanya harus sesuai porsi. Sama dengan sebuah kelembutan. Porsi itu terlalu besar untuk Hueningkai. Belum pernah ada yang sekasar Yeji bagi Hueningkai. Makanya dia belum perah sanggup menghadapi segala tudingan dari Yeji tempo hari. Bahkan mereka semua berusaha untuk tidak menyakiti Hueningkai dari dahulu. Mereka semua tau seberapa berharganya Hueningkai bagi kedua orangtuanya dan seberapa besar akibat jika anak itu tersakiti.

Tapi sekarang bukan perkataan Yeji lagi yang menyakitinya. Yeji sudah tidak ketus lagi kepadanya. Bahkan gadis sipit itu mulai perhatian lagi kepadanya.

Yang membuatnya tersakiti sekarang adalah Yuna yang belum kunjung bangun di hari ke empat belas ini.

"Yun? Lo tau? Gak ada yang istimewa di ulang tahun gue tahun ini."

Mengusap air matanya sedikit kasar, Hueningkai menunduk dalam sebelum menghela nafas berat untuk kesekian kalinya dalam hari ini.

Matanya menatap wajah cantik yang masih betah tertidur. Kemudian kembali terisak. "Coba gue tau duluan. Pasti kejadiannya gak kayak gini Yun."

Hueningkai berusaha menahan air matanya. Dia tidak ingin Yuna semakin bersedih karena mendengar tangisannya. Kebanyakan orang mengatakan orang koma bisa mendengar apa yang didengar orang di sekitarnya.

Tetangga [TXT X ITZY]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα