120.

831 122 58
                                    

Yeji mengernyit kecil. Matanya menatap layar ponselnya dengan cemas. Tangan kiri sesekali mengusap perutnya, dengan bibir yang beberapa kali berdecak kecil.

Yeonjun semalam tidak pulang. Bukan itu masalahnya.

Yeonjun menjadi semakin sibuk belakangan ini. Waktunya nyaris dihabiskan di dalam kantornya. Seolah olah dia pulang ke rumah hanya untuk tidur, lalu berangkat lagi. Yeji khawatir kalau kesehatannya jadi terganggu.

Yeji menggigit bibirnya kecil. "Yeonjun udah sarapan belum ya?"

Mami Irene datang, membawa beberapa buah di atas piring beserta mangkuk kecil dan pisau buah. Tidak lupa tempat sampah untuk wadah kulit buahnya. "Sayang? Kenapa?"

Yeji menoleh. Menatap Mami Irene dengan tatapan melas. "Yeonjun semalem gak pulang mi."

Mami menghela napas. "Kebiasaan banget anak itu. Semalem kasih kabar? Tadi udah ditelfon?"

Yeji diam sebentar. "Semalem ngabarin lewat chat aja. Tadi waktu aku telfon, ponselnya gak aktif."

Mami ikut menghela napas, mengambil suapan pertama buah apel yang baru dia kupas. "Makan buah dulu. Bentar ya, mami tanya Ryujin."

Yeji menggeleng. Menahan mami yang hendak mengambil ponsel. "Gak usah mi. Ryujin kan ada di kantornya papi. Yeonjun udah gak disana. Dia pindah tugas."

Mami mengangguk mengerti. "Yaudah, nanti aja waktunya makan siang kita kesana ya."

Yeji mengangguk kecil. "Papi udah nelfon hari ini?"

Mami mengangguk. "Udah, dan katanya disana kondisinya udah mulai baikan. Besok papi udah pulang."

Yeji mengangguk mengerti. "Syukurlah kalo gitu. Kasihan sama Ryujin kalo cuti kuliahnya kelamaan. Takut kelabakan ngejar materinya."

Mami mengangguk setuju.

Pukul 11 siang, Yeji segera berkutat di dapur. Membuat makanan untuk dibawa makan siang untuk Yeonjun. Sampai sekarang Yeonjun bahkan belum membalas pesannya.

Yeji diam diam merasa Yeonjun sedikit berubah. Yeji merasa Yeonjun menjadi lebih workaholic. Dia merasa itu sedikit keterlaluan. Padahal sebelumnya Yeonjun tidak seperti ini.

Hingga tepat jam makan siang kurang dari 30 menit, makanan itu sudah siap di dalam kotak bekal. Yeji melihat mami yang tertidur di sofa ruang tengah yang sudah menjadi kasur.

Mami tadi mengeluh sedikit pusing. Yeji menyuruhnya istirahat. Yang berarti Yeji akan berangkat sendiri. Eum- atau mungkin mengajak Lia?

Yeji memakai flaft shoesnya. Mulai melangkah keluar dari rumah sambil menenteng tas dan memegang ponselnya ke dekat telinga. "Halo Lia. Dimana?"

"Aku di rumah sakit."

"Oh, aku kira udah pulang."

Terdengar tawaan gadis juli dari seberang telfon. "Belum, Yeji. Aku baru keluar dari OK, beru selesai CITO. Kamu ngapain?"

Yeji membuka pintu mobilnya. "Mau ngirim makan siang ke kantornya Yeonjun. Kamu udah makan siang belum?"

Lia menghela napas. "Aku gak bakal bisa makan siang. Jadi koass tuh sengsara. Ini baru selesai CITO. Dari departemen obsgyn ke lobi jaraknya jauh banget. Sedangkan kantin ada di depan, di deket gerbang depan. Jam makan siang daripada buat makan malah digunain buat leha leha bentar. Istilahnya narik napas dulu. Ini aja belum karuan kalo gak ada pasien dadakan."

Yeji terkekeh. Lia lebih sering mengeluh sekarang. "Yaudah kamu istirahat dulu. Lain kali makanya bawa roti."

Lia terkekeh. "Iya, kalo roti sih selalu bawa, Soobin yang nyiapin. Tapi aku taruh di ruang koass sih, males mau ambil. Yaudah aku mau beres beres bentar ya. Kamu hati hati."

Tetangga [TXT X ITZY]Where stories live. Discover now