100.

927 120 62
                                    

Hueningkai yang baru keluar dari kamar sambil memakai kaosnya, berlari ke teras ketika mendengar suara dua gadis yang beberapa bulan belakangan ini mengisi rumahnya. Anak tengah itu kemudian langsung berbaring di paha yang paling tua tanpa permisi. Membuat rambut basahnya  bertemu dengan kain training yang dikenakan kakaknya

"Dek? Udah mandi emang?"

Hueningkai mengangguk, menunjuk rambutnya. Memainkan ponsel setelahnya. Membalas pesan dari Kak Lia yang mengingatkan kelompok remaja masjid untuk mempersiapkan kebutuhan yang mereka butuhkan selama bulan ramadhan mendatang.

"Yuna jadi jarang main kesini loh."

Hueningkai mengangkat kepalanya sebentar. Bersitatap dengan kakaknya.

"Kenapa?"

Hueningkai menggeleng. "Kak Lea gak ada kegiatan ya?"

Lea mengerutkan dahinya. "Maksudnya?"

"Biasanya keluar mulu sama Kak Noa. Sekarang kok gak pernah. Marahan ya?"

Hayi melirik dua kakaknya. Kemudian berkedip kedip untuk beberapa saat. "Kak Kai gak tau? Kak Noa pindah ke Jepang udah dua mingguan."

Hueningkai kaget. Tapi setelahnya langsung tersenyum lebar. "Bagus kalo gitu."

Lea mengernyit. "Bagus gimana?"

"Kalo gak ada dia, Kak Lea lebih sering di rumah, bisa ngelakuin banyak hal bareng kita dong."

Hayi segera mengangguk setuju. "Iya iya bener. Gak keluar mulu. Lagi pula sekarang udah ada mama sama papa kan kak? Udah gak perlu kerja keras lagi."

Lea terkekeh. "Kakak tuh sama Noa gak ada apa apa. Gak kerja jugaa. Kita sering bareng ya karena arah kita selalu sama. Dan kebetulan emang belakangan ini kegiatan organisasi lagi longgar banget. Makanya lagi sering di rumah. Bukan gara gara Noa! Hahahaha!"

Hayi merengut. "Tapi Kak Noa-"

"Tapi Kak Lea suka deket Kak Noa," Hueningkai menyahut lebih dahulu.

Hayi mengangguk. "Iya! Kelihatan banget kok kalo Kak Noa juga suka sama Kak Lea."

Lea geleng geleng kepala. "Udah udah. Kai, lo kok santai santai gini udah kelas akhir?"

Hueningkai meringis. "Biasa, anak pinter. Tinggal nunggu ujian aja."

Lea mendengus. "Awas aja kalo gak lulus SNMPTN."

Hueningkai meletakkan ponselnya. "Tipsnya kak."

Lea mengernyit. "Ya gak ada lah! Yang penting nilai lo udah bagus sejak awal SMA, ya lancar lancar aja. Tergantung potensi aja.."

Hueningkai sempat terdiam sebentar. "Gue jadi takut, njir."

Hayi memukul paha si anak tengah cukup keras. "Apasih kok malah takut?! Semangat!!!!"

Hueningkai dan Lea terkekeh melihat si bungsu mengepalkan tangan dengan suara yang berapi api.

"Yuna!!!"

Orang berjalan ke arah mereka langsung terlonjak kaget dengan teriakan Hayi.

Yuna melotor garang pada temannya yang satu itu. "Kagetin aja deh!"

Hayi meringis. Menepuk tempat sebelahnya. Yuna segera duduk disana.

Hueningkai memerhatikan gadis berambut panjang itu dengan senyuman tipisnya. Mereka cukup renggang selama beberapa hari ini. Rasanya berada dalam satu frekunsi lagi seperti ini membuatnya bisa lebih tenang.

Yuna tampak baik baik saja.

Itu artinya Yuna sudah mandiri. Gadis itu sudah tidak terlalu bergantung pada orang lain.

Tetangga [TXT X ITZY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang