93.

837 134 68
                                    

Lia diam sebentar ketika Soobin menarik satu helai pashmina hitam di gantungan jilbabnya. Menyerahkannya ke arah Lia.

Lia tampak kebingungan. Dia mengangkat satu alisnya. "Kenapa Bin? Kita mau kemana? Kamu pakek baju hitam gini? Mau ke makam?"

Soobin mengangguk. "Kita minta restu ke ibu kamu ya. Aku udah kesana sebelum ngelamar kamu waktu itu. Sekarang, waktunya kita kesana bareng."

Lia terpaku untuk sesaat, senyuman hangat yang dilemparkan padanya dia balas dengan tatapan matanya yang meredup. "I-iya."

Pandangannya beralih pada helai kain di genggamannya. "Kamu udah bilang mami?"

Soobin mengangguk kecil. Merengut ketika sadar Lia masih tetap di tempatnya. "Cepet ganti Li. Gak kangen ibu emangnya?"

Lia menukikkan alisnya tajam. Melayangkan tabokan pada lelaki di depannya. "Ya kamu keluar dulu lah!"

Soobin diam sebentar. "Iya juga ya."

Lia kesal sekali. Ingin rasanya menendang Soobin yang sekarang dengan santai melenggang keluar kamarnya.

"Asstaghfirullahh."

---Tetangga---

Lia menggenggam ujung kemeja hitam yang dipakai Soobin, berjalan di belakangnya sambil menunduk agar tidak tersandung. Jejeran makam yang rapi terlihat di sisian jalan yang mereka tapaki.

Lia menarik pelan yang dia pegang.

Soobin menoleh. "Apa hmm?"

"Nanti pulangnya sekalian ambil undangan ya? Biar cepet kalo ada koreksinya."

Soobin mengangguk. "Boleh, udah bilang Yoshi?"

Lia mengangguk.

Mereka akhirnya sampai di salah satu gundukan tanah dimana tempat peristirahatan terakhir ibunya Lia.

"Assalamualaikum, bu. Lia dateng! Sama Soobin kali ini, hehe."

Mereka berjongkok. Lia mulai melepaskan pegangannya. Meletakkan bunga yang dia genggam sedari tadi di atas tanah itu. Tersenyum kecil melihat foto ibunya yang tersenyum manis di sisian batu nisan.

"Maaf bu, jum'at lalu gak bisa ikut Taehyun ngunjungin kesini. Lia lagi ada halangan."

"Assalamulaikum bu, ini Soobin."

Soobin menipiskan bibirnya. Mengusap papan nama disana dengan kain yang dia bawa. Memastikannya kembali bersih memperlihatkan identitas Ibu Wendy yang tertera disana.

"Bu, ibu udah denger dari Soobin ya? Lia mau nikah bu."

Soobin melirik Lia. Gadis itu tampak baik baik saja. Bahkan saat ini dia sudah duduk di tanah, memeluk kakinya dengan pashminanya yang beberapa kali melambai karena ulah angin. Soobin ikut mendudukkan dirinya.

"Ibu bahagia kan disana? Lia udah dewasa, satu tahun setengah lagi Lia udah PPD, jadi dokter muda ehehe. Habis itu dua tahun lagi disumpah dokter. Jadi dokter ya bu. Habis itu internship. Lia mau ngambil PPDS juga bu."

Soobin memerjatikan calon istrinya lamat lamat. Gadis itu sama sekali tidak melunturkan senyumannya. Matanya terlihat antusias. Soobin mengerti. Lia sudah terlampau terbiasa akan hal ini. Sejak kecil ditinggal oleh ibu. Dan rasanya sudah terbiasa akan ketidakhadiran ibu kandung di sisinya. Mampu berdiri sendiri dan mengerti dengan baik keadaan keluarganya yang hidup tanpa adanya ibu kandung.

Tetangga [TXT X ITZY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang