67.

920 148 24
                                    

Soobin menghampiri Mami Chaeyoung di ruang duduk. Langsung menempatkan kepalanya di pangkuan Maminya.

Wanita itu mengernyit pelan melihat tingkah sulungnya. "Kenapa, Bin?"

Soobin mengambil biskuit dari dalam toples, mengambil satu gigitan kemudian mengunyahnya pelan.

"Capek mi."
"Papi belum pulang?"

Mami menggeleng. "Udah, sekitar 30 menit lalu. Sekarang lagi jemput Yuna di tempat les. Gimana?"

Soobin menggeleng kecil. "Vitaminnya Soobin habis, mi. Mami belum beli ya?"

Mami menggeleng. "Mami jarang keluar belakangan ini."

Soobin mengernyitkan dahinya. "Tumben?"

Mami terkekeh. "Iyalah! Tiap mau belanja atau kemana, beli apa, pasti kamu yang berangkat, ngajak Lia sama Yuna. Kedok bantuin mami, tapi asliannya mau jalan jalan. Ngaku!"

Soobin terkekeh. "Gak gitu juga sih mi. Cuman pas lagi jenuh aja kok."

Mami berdecih kecil kemudian mengusap tangannya dengan tisu. Setelah itu mulai menyentuh rambut sulungnya. Mengusap usapnya pelan. "Rambutnya kasar gini."

Soobin ikut merasakan tekstur rambutnya. "Oh? Rambutnya Soobin kayaknya rusak deh sering diganti warna. Apalagi belakangan ini turun ke lapangan. Terus terusan kena panas, mana jarang dirawat. Akhirnya begini."

Mami mengangguk mengerti. "Lain kali ke salon dulu, rambutnya dibenerin. Mana udah agak panjangan gini. Acak acakan, gak malu dilihat Lia?"

Soobin terkekeh. Kembali mencomot biskuit.
"Mami udah siap gak sih kalo Soobin nikah?"

Mami berpikir sebentar. "Siap, kenapa emang? Masih mau manja sama mami? Yang harusnya ditanya siap atau gak sih ya kamu. Bukan mami."

Soobin mengangguk kecil. "Kadang tuh- pernah, rasanya tiba tiba kangen sama mami. Padahal kita serumah. Kangen masa masa kita kayak gini. Sering ngobrol bareng, bercanda bareng, walau mesti akhirnya kita saling teriak teriakan gak jelas."

Mami terkekeh kecil. "Mami juga kadang kadang kangen. Dulu kamu suka banget kayak gini. Nonton televisi, sambil tiduran di pangkuangannya mami. Sambil makan roti, sambil minum susu almond, minta diusap usap kepalanya. Tibanya sekarang udah besar, udah bisa ngapa ngapain sendiri, ya walaupun belum bisa setrika baju sendiri sih. Udah dewasa, udah berani minta ijin confess ke orang tua gebetannya. Udah bisa cari uang sendiri."

Soobin tersenyum kecil. "Mami-"

"Mami banga... banget sama kamu. Ya walaupun sempet kecewa gara gara hubungan kamu sama Yiren kemarin sih. Kayak dua tahun kamu terbuang sia sia aja. Mami cuman pesan, jangan berani beraninya nyakitin Lia mulai sekarang. Dia- yang terbaik dari yang terbaik."

Soobin mengangguk mengerti. Bersamaan dengan seseorang yang masuk ke ruang duduk sambil mengucap salam.

"Eh Li? Panjang umur."

Lia terkekeh, tau jika sedang dibicarakan oleh dua orang ini. Gadis itu meletakkan satu kantung kresek di atas meja. Kemudian duduk di sebelah mami. "Vitaminnya Soobin sama Yuna udah aku beliin juga mi. Terus aku juga beliin beberapa suplemen aman buat mami sama papi. Biar tulangnya tetep kuat!"

Mami terkekeh. "Wahh, makasih. Belanja sama siapa tadi?"

"Lia belanja sendiri. Kebetulan pengen sendiri aja."

Mami dan Soobin mengangguk mengerti.

"Belakang ini rambut kamu suka kusut, tadi juga aku beliin hair vitamin. Dipakek yang rutin."

Tetangga [TXT X ITZY]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ