18.

1.2K 210 24
                                    

Yeji baru saja membuka mulutnya untuk menyentak orang di sebrang telepon sana ketika sesuap makanan gagal masuk ke dalam mulutnya. Tapi urung ketika suara kembarannya terdengar berbeda.

"Plis Ji. Jangan marah dulu. Gue gak kemana mana kok. Ada insiden, nanti gue ceritain. Yuna parah di RS sekarang. Gue minta tolong kabarin yang lain sama kabarin orang rumah. Gue lagi pawangin Ryujin. Dia hampir lepas kendali ngamuknya."

Tutt-

Yeji tidak tau apa apa. Tapi entah kenapa firasatnya tidak enak. Ketika sambungan telepon dengan Hyunjin sudah terputus, dia langsung mencari satu kontak kemudian menekan tombol telepon. "Tante Rose? Yuna di RS. Yeji belum tau apa apa. Tapi katanya ada insiden. Keadaannya Yuna parah."

"Ha? Apa?!"

"Pokoknya gitu te. Yeji belum tau detailnya. Tapi kata Hyunjin emang parah. Tante jangan panik, langsung aja kesana aja sama Om Chanyeol. Ini Yeji mau nyusul ke RS, masih mau cari Yeonjun."

"Yaudah Ji. Tante makasih banget. Ya Allah Yuna kenapaa?" Wanita itu terdengar frustasi.

Setelah sambungan terputus, Yeji bergegas membereskan barangnya. Dia meninggalkan makanannya yang bahkan masih belum sempat dia suapkan ke dalam mulutnya barang sedikitpun. Tidak, Yeji bukan tipe yang suka menyia nyiakan makanan. Tapi mendengar Hyunjin yang berkata dengan serius, apalagi mendengar raungan tangis Ryujin di sebrang telfon membuatnya panik dan kalut. Bahkan jantungnya berdegup dengan kencang saking paniknya.

Yeji bahkan sempat tersandung dan menabrak beberapa orang. Tapi dia abai. Yang dia inginkan hanya segera sampai di rumah sakit dan memastikan keadaan Yuna dan tentunya apa yang terjadi dengan gadis itu.

Matanya menangkap Yeonjun yang duduk di tempat duduk keramik koridor perpustakaan, dia berlari kecil karena sudah kehilangan tenaganya. Kemudian menepuk punggung tegap itu dengan keras.

"Bujug anjir! Kaget gue sat!"

Yeonjun sedikit heran melihat Yeji. Kemudian mengangkat dagunya bertanya.

"Ayo ke RS."

"LHOH? Lo sakit?" berdiri memeriksa Yeji.

Yeji menggeleng keras. "Yuna Njun."

---Tetangga---

Lia menatap ketiga lelaki yang lebih muda darinya itu dengan mata merah bekas tangisan yang menyiratkan emosinya. Di depannya, Beomgyu, Kai, dan Taehyun duduk di kursi tunggu rumah sakit dengan kepala tertunduk. Apalagi Taehyun. Lelaki itu tahu persis kakaknya yang dikuasai amarah sangat sulit dikendalikan. Lia kenapa? Lia tentu kecewa. Yuna yang paling muda di antara sekawanan itu, walaupun terlihat kuat, gadis itu cukup rapuh dari wanita yang lain.

"Kakak-" helaan nafasnya keluar.

"Kakak kecewa banget sama kalian."

"Li udah. Itu bukan sepenuhnya salah mereka," peringat Lino yang tadi datang dengan Lia.

"Seharusnya kalian lebih awas jaga semuanya. Jaga satu sama lain. Kenapa kelihatannya kalian makin kesini malah semakin apatis satu sama lain? Kalian gak sekalipun berusaha mengetahui keadaan Yuna sehari harinya?" gadis Juli itu memang tidak mengucapkannya dengan suara keras ataupun intonasi tinggi. Tapi dengan nada datar itu, siapapun sudah bisa menebak kalau gadis itu sedang dikuasai amarah.

Lia duduk di samping Soobin. Kemudian mengurut dahinya. "Kalian belum pernah dibully sih."

Lino bingung. Dia satu satunya yang tidak termasuk dalam circle pertemanan mereka. Dia hanya bisa menepuk bahu Soobin yang masih menangis diam diam. Sesekali melontarkan kalimat penenang untuk Lia dan menghembuskan nafas lelah.

Tetangga [TXT X ITZY]Where stories live. Discover now