86.

831 136 34
                                    

Lia memasukkan beberapa plester demam dan gulungan plester luka ke dalam kotak kecil berwarna bening dengan sticker bintang di atasnya. Tangannya dengan cekatan menggulung kasa yang memang belum sempat dia rapikan setelah terakhir kali digunakan.

"Li?"

"Em?"

Soobin menggaruk tengkuknya sebentar kemudian menoleh ke arah maminya yang berdiri di ambang pintu.

"Aku pergi cuman beberapa hari aja kok."

Lia kemudian menoleh. Langsung bersitatap dengan si kelahiran desember yang terlihat seperti orang bodoh. "Itu-"

"Ya tapi kan buat jaga jaga. Siapa tau kamu butuh obat. Atau pertolongan buat luka. Gak bakal ada yang tau ke depannya kan?"

Soobin berdecak. Kemudian berjongkok. Mensejajarkan dirinya dengan Lia yang sedang duduk di kursi kecil. "Aku gak pergi ke daerah pedalaman, Li."

Lia meliriknya malas. "Tetep aja kalo ada apa apa biar gak repot. Kalo udah ada persediaan kan enak. Bener gak mi?"

Mami Chaeyoung mengangguk. "Nurut aja deh Bin."

Lia mengangguk. "Nurut apa susahnya sih."

Soobin tersenyum tipis. Okay, dia diserang oleh dua perempuan.

"Mami tinggal ke bawah dulu."

Sepeninggalannya mami, Soobin masih berjongkok di tempatnya. Sambil memerhatikan seberapa terampil tangan calon istrinya itu ketika menata semuanya dengan rapi ke dalam kotak.

"Kalo kepanasan, atau lagi panas kepalanya, pakek plester demam, aku biasanya suka gitu kalo lagi ngebut belajar. Sebenernya pengaruhnya gak besar sih, cuman bikin sejuk aja kalo buat aku."

Soobin terkekeh kecil. "Lucu banget."

"Kalo habis pakai kasa, digulung lagi. Jangan sampek berantakan. Plesternya juga ditandain lagi, jangan sampai hilang penandanya. Aku kasih aspirin sama mefenamic acid. Ada paracetamol juga. Siapa tau butuh. Kalo belum makan, jangan minum aspirin, aspirin bisa bikin maag, jadi harus makan dulu. Ada obat flu juga. Ada termometer, ada inhaler. Udah nih, kamu bisa lihat sendiri. Jangan sampek ada yang ketinggalan atau hilang," Lia memindahkan kotak yang audah dia tutup rapat, pada Soobin. Kemudian berdiri menutup pintu balkon.

Soobin ikut berdiri sambil menenteng kotak dari Lia. Menerbitkan senyuman tipis ketika melihat Lia berbalik badan dengan bibirnya yang cemberut.

"Jaga kesehatan."

Soobin terkekeh. "Li, aku KKN cuman bentar doang kok. Janji gak bakal sakit, gak bakal macem macem, janji bakal berhasil, janji bawa pengalaman yang baik, janji pulang nanti- kita cari cincin."

Lia terkekeh sekian detik setelahnya. "Jangan lupa kasih kabar. Kasian mami kalo nungguin."

Soobin menipiskan bibirnya, mengangguk keras. "Iya Li, khawatir banget."

Lia cemberut. "Ya kamu tuh gak terlalu akrab sama temen yang ada di kelompok kamu, palingan ya Sanha doang, makanya aku khawatir. Takutnya nanti gak nyaman."

Soobin menggeleng gelengkan kepalanya. Lia mengambil perspektif dari sisi perempuan. "Cowok walaupun gak kenal, gak canggung canggung banget kayak cewek kok Li. Beda, menurut kamu sama menurutku itu beda. Udah, gak usah mikir macem macem."

Helaan napas keluar dari labium kemerahan Lia. Gadis itu segera mendudukkan dirinya di kursi belajar milik si lelaki. Kemudian meluruskan kakinya yang pegal sehabis berlari ke rumahnya Junkyu demi mengambil lagi termometernya yang dipinjam.

Tetangga [TXT X ITZY]Where stories live. Discover now