77.

921 140 43
                                    

Yeji membuka matanya pelan pelan. Mengernyit dalam ketika sadar atap yang dia lihat pertama kali, bukan atap kamarnya sendiri. Tapi, ini familiar kok, dia tidak diculik.

Dia ingat sesuatu. Kemudian langsung terbangun dari posisi berbaringnya. Mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan ini.

"Yeonjun?"

Tidak ada sahutan apapun. Yeji menekan pelan kepalanya yang pusing akibat perubahan posisi yang tiba tiba, dan terlalu keras.

"Udah bangun?"

Yeji mengalihkan pandangannya ke asal suara. Yeonjun masuk ke dalam kamar, membawa beberapa buku dan satu bungkus rokok.

Yeji mengangguk kecil. "Kok aku bisa disini?"

Yeonjun mengendikkan bahunya. Melanjutkan jalannya ke arah meja belajar. Kembali menghadap ke arah laptopnya.

Yeji mengernyit. Seingatnya tadi, dia pulang dari kampus dengan Junkyu. Dan- tidak, jangan katakan kalau dia ketiduran di mobilnya Junkyu. Yeji menepuk dahinya.

"Aku ketiduran di mobilnya Junkyu ya? Kok bisa disini?"

Yeonjun tampak tidak peduli. Tapi akhirnya tetap menjawab. "Rumah kamu dikunci. Mami sama papi belum pulang. Kuncinya di bawa sama Hyunjin kayaknya. Dia gak ada di rumah."

Yeji menghembuskan napasnya. "Aku gak sengaja Njun, tadi ketiduran."

Yeonjun tampak mengangguk. Tapi tetap fokus pada laptop di hadapannya.

Yeji cemberut ketika sadar dicuekkan begitu saja oleh kekasihnya. Kembali berbaring. Menutup tubuhnya sampai sebatas dada dengan selimutnya Yeonjun. Menyesapi dengan benar aroma yang menguar dari sana.

Yeonjun meliriknya sebentar, lalu melengos tidak peduli.

Yeji masih asik menghirup aroma tempat tidurnya Yeonjun. Rasanya seperti benar benar berada di pelukkan kekasihnya itu. Sepercik rasa rindu yang sempat ditahan kemarin rasanya menguar begitu sampai disini. Apalagi melihat si kekasih yang tampak masih sehat walaupun dia sendiri tidak tau kenapa Yeonjun jadi cuek dadakan seperti itu. Setidaknya dia bersyukur melihat bukti kalau Yeonjun masih merawat dirinya sendiri walau ditelantarkan oleh mami dan papi yang sejak dua hari lalu menjalani kunjungan ke Singapura.

Yeji memutuskan mengangkat kepalanya sedikit. Melihat Yeonjun yang memantik rokok di sela sela bibirnya. Mendengus kesal ketika si lelaki mulai mengepulkan asapnya.

"Kok ngerokok di kamar sih?"

Mendengar protesan Yeji, Yeonjun melirik lewat ekor matanya. "Gak boleh?"

Yeji duduk lagi, mengangguk keras. "Kamarnya nanti bau rokok."

Yeonjun menghela napas. Tapi memang benar sih. Bahkan Yeonjun sendiri belum pernah merokok di kamar. Akhirnya dia mendorong mejanya keluar.

Hal itu tidak luput dari pengelihatannya Yeji yang sekarang mulai tersenyum. Melihat Yeonjun yang membuka pintu balkon. Mendorong mejanya dan menyeret kursinya ke arah balkon. Yeji kembali memeluk selimut.

"Kangen."

Kakinya bergerak turun dari tempat tidur. Merapikan roknya sedikit, berlari kecil ke arahnya Yeonjun.

"Sayang?"

Yeonjum tidak menoleh. Hanya berdehem untuk menjawabnya. "Hmm?"

Yeji melingkarkan lengannya pada lehernya Yeonjun dari belakang. Menghirup aroma segar buah buahan dari rambut kekasihnya. Tapi langsung mengernyit tidak suka ketika mencium asap rokok di sekitarannya.

"Buang dong Njun. Bau, gak suka."

Yeonjun melirik ke arahnya sebentar. Helaan napasnya keluar, diikuti dengan tangannya menjentikkan abu rokoknya. Setelah itu mematikan ujung rokoknya yang terbakar. Membuatnya padam. Menggerutu kecil, tadi di kamar tidak boleh karena merokok, sekarang di luar gak boleh merokok karena bau. Yeji memang banyak maunya.

Tetangga [TXT X ITZY]Where stories live. Discover now