118.

749 121 22
                                    

Dentingan jarum jam dan suara angin yang masuk lewat jendela besar yang menampilkan jalanan ramai di luar sana menjadi pengisi keheningan di siang hari yang terik ini.

Nyatanya tidak mampu mengusik seorang Yeonjun yang kini duduk tegap di kursi putarnya. Menghadap komputer dan beberapa lembar kertas. Jarinya aktif menari di atas lembar bernoda rangkaian kata oleh tinta hitam di beberapa bagian.

Matanya bergulir ke arah jam dinding. Sudah waktunya makan siang. Dia kembali menunduk ke arah meja kerjanya. Asik membubuhi kertas kertas itu dengan tanda tangannya.

Sampai tidak sadar kalau pintu ruangannya terbuka. Membuat perempuan berambut hitam panjang yang baru saja datang berjalan ke arahnya.

"Sayang?"

Yeonjun mendongak. Menemukan eksistensi istri kesayangannya berjalan ke arahnya dengan sebelah tangannya berada di depan perutnya.

Yeonjun terkekeh gemas. Serentak kedua tangannya merentang. Membuat Yeji mau tidak mau segera meletakkan tasnya di atas meja. Tergerak masuk dalam pelukkan laki laki september itu.

"Gimana hari ini? Capek? Baby nakal gak?"

Yeji terkekeh, melepaskan pelukkannya setelah Yeonjun mengajaknya duduk di atas sofa. Sambil membawa tas yang di bawa oleh Yeji.

Yeji menggeleng. "Engga kok. Tadi ditemenin Hyunjin di rumah. Jadi gak terlalu capek."

"Ryujin gak ada pulang ya?"

Yeji kembali menggeleng. Membiarkan Yeonjun membuka tasnya, mengeluarkan beberapa wadah rapat berisi nasi, lauk, dan sayur beserta satu botol air minum. "Hyunjin gak jahil kan?"

Yeji mengendikkan bahunya. "Jahilnya sih tiba tiba suka pegang perut. Udah tau baby benci banget sama Hyunjin."

Yeonjun terkekeh. Teringat pertama kali Hyunjin mencoba memegang perutnya Yeji. Menjadi kali kedua janin itu menendang perut ibunya. Dan waktu waktu selanjutnya ketika Hyunjin mencoba menyapanya, bayi di dalam perut itu selalu menunjukkan keenggannya dengan cara menendang, membuat Yeji akhirnya kesal karena tingkah Hyunjin yang malah menggunakan hal ini untuk melaksanakan kejahilannya.

Yeonjun tersenyum kecil. Mengusap pelan perutnya Yeji. "Baby jangan nakal, gak boleh gitu sama Om Hyunjin. Gak boleh nyusahin mama. Okey?"

Yeji mendesis merasakan tendangan di perutnya. Membuat Yeonjun melebarkan senyumnya. Semakin gencar mengusap permukaan itu, membuat yang di dalam sana semakin nyaman.

"Kamu udah makan siang?"

Yeji mengangguk. "Udah, tadi sama Hyunjin disuruh makan duluan sebelum kesini."

"Hyunjin tumbenan banget di rumah?"

Yeji memisahkan bagian cabai dari cap jay di dalam wadah sayur. "Iya, nunggu hasil lamaran kerjanya."

Yeonjun mengangguk mengerti. Tersenyum kecil melihat makanannya sudah siap tinggal dimakan saja. "Makasih ya sayang. Seharusnya kamu gak repot repot kesini. Biar gak kecapekan. Aku juga bisa makan di kantin."

Yeji menggeleng. "Engga kok. Di rumah bosen. Mumpung ada yang nganterin juga."

"Dianter Hyunjin?"

Yeji mengangguk. "Iya, sekarang dia di bawah, ngobrol sama pak satpam."

Yeonjun tertawa sebelum memasukkan satu suapan di mulutnya. "Enaknya, makasih ya makanannya," mengusap rambut legam itu penuh kelembutan.

"Sama sama."

Yeonjun menghabiskan makanannya dalam diam. Yeji juga diam, memainkan ponselnya membalas pesannya Lia yang beberapa saat lalu menanyakan keberadaannya.

Tetangga [TXT X ITZY]Where stories live. Discover now