136.

725 97 12
                                    

Kiranya dia sudah cukup sakit hati karena perkataan Yuna hari itu. Tapi ujung ujungnya dia tetap disini. Di kamar milik gadis pujaan hati yang kini terbaring lemas di atas tempat tidur.

Setitik penyesalan mampir mengingat dia sudah mengabaikan Yuna selama seminggu ini. Dan hari ini dia akhirnya datang setelah Mami Chaeyoung memberi kabar kalau Yuna sakit dan sempat ingin kabur untuk bertemu Hueningkai.

Kaki jenjangnya melangkah perlahan. Mendekati perempuan yang masih terlelap dengan tenang. Tangannya menyentuh dahi yang ditempeli oleh plester demam. Kemudian menyentuh pipinya yang terasa hangat.

Dia mendesis kecil merasakannya. Suhu badan Yuna sangat tinggi.

"Huening Kai?"

Menoleh, mendapati Soobin yang berdiri di ambang pintu dengan tangan terlipat di depan dada.

"Sejak kapan?"

"Barusan."

Soobin berjalan mendekat, berdiri di sebelah si lelaki agustus. "Gue gak tau kalian ada masalah apa. Gue juga gak tau selama ini kalian gimana. Tapi tolong, selesain semuanya baik baik ya. Gue gak mau di antara kalian sama sama ada trauma batin."

Hueningkai menunduk. Sadar akan kesalahannya sendiri. "Iya bang."

Soobin tersenyum tipis. "Udah besar loh kalian. Gak seharusnya kayak gini. Gue titip Yuna ya. Ada mami sama papi di bawah, tapi tolong temenin Yuna hari ini. Dia kebanyakan belajar sampek sakit. Kualitas tidurnya juga lagi buruk banget," mengangkat tangannya untuk mengusap rambut blonde si lelaki agustus.

Hueningkai ingin menolak, tapi rasanya kaku. Dunianya kembali terpaku pada gadis ini lagi.

Soobin sudah keluar dari ruangan ini. Menyisakan Hueningkai dengan segala renungannya.

Apa dia salah kalau kecewa?

Apa dia berlebihan?

Apa dia terlalu tidak tau diri?

Karena memang benar nyatanya mereka bukan siapa siapa. Kecuali teman yang memang memiliki perasaan lebih dari teman. Fakta yang cukup menampar, sebenarnya.

Membawa dirinya berbaring di sebelah Yuna. Menarik satu satunya guling yang dipeluk Yuna. Mengganti dengan tubuhnya. Mendekapnya di depan dada, mengusap kepala milik si pujaan hati dengan lembut.

Hingga tanpa sadar usapannya membuka kedua kelopak mata itu terbuka secara perlahan dan mendapati dirinya berada di dekapan Hueningkai.

"Kai?"

"Iya?"

"Gue lagi mimpi?"

"Engga."
"Kenapa lo mikir lagi mimpi?"

"Hueningkai marah."

Yang laki laki terdiam. Menunduk, mengangkat wajah gadis di dekapannya. Keduanya saling menatap dalam diam. Hingga setelahnya si lelaki mendekatkan wajahnya lebih dulu. Mencium lembut pelipis terkasihnya.

Kedua pasang mata itu saling terpejam.

Yuna menggenggam baju depan yang dipakai Hueningkai. Kembali memastikan kalau dia tidak hanya sedang bermimpi.

Saling menarik diri beberapa saat kemudian. Mata Yuna terlihat berkilau dengan genangan air mata. Menatap Hueningkai dengan tatapan melas. "Jangan marah lagi."

Hueningkai menggeleng. "Engga."

Yuna menunduk, menghindari tatapan Hueningkai. "Jangan jauhin gue, jangan tinggalin gue, jangan jadi orang lain, gue pengen kita balik kayak biasa."

Tetangga [TXT X ITZY]Where stories live. Discover now