132.

921 131 34
                                    

Yuna menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa yang dia duduki. Menyesap teh manisnya yang tinggal sedikit, kemudian diletakkan lagi di atas meja. Matanya bergulir ke arah lelaki yang duduk di sampingnya. Menghadap laptop yang menyala.

Dia tutup bukunya. Kemudian menumpuknya bersama buku lainnya. Tangannya diangkat untuk diregangkan. "Kai, belum beres?"

Hueningkai menggeleng. Satu tangannya menarik tangan Yuna yang bebas, membawanya untuk dicium telapak tangannya. "Bentar lagi ya. Capek?"

Yuna menggeleng. Kepalanya dia sandarkan di pundak Hueningkai. Memerhatikan wajah rupawan itu dari jarak sedekat ini sambil terus mengembangkan senyumnya. "Kai, ganteng banget."

Hueningkai bergumam. Menumpukan telapak tangan di atas meja. "Hmm? Siapa?"

"Lo," Yuna tersenyum manis ketika sadar Hueningkai hanya terkekeh.

"Jangan gitu."

Yuna menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa?"

Hueningkai tidak menjawab. Kembali fokus dengan pekerjaannya. Mengabaikan Yuna yang diam diam cemberut karena merasa diabaikan.

Gadis itu melingkarkan lengannya di leher yang laki laki. Semakin gencar memerhatikan si pujaan hati sedekat ini. "Tuh kan ganteng banget. Kuat banget gue tiap hari lihat orang ganteng kayak lo."

Hueningkai tersenyum tipis. "Kenapa sih?"

Yuna mengerutkan dahinya. Menyandarkan dagu di pundai Hueningkai. Terdiam cukup lama, membuat si blasteran itu meleparkan lirikan padanya. "Apa?"

Yuna mendekat ke telinganya. Berbisik pelan. "Kai, gak mau jadi anak nakal?" tersenyum miring sambil mengusap sebelah pipi Hueningkai yang perlahan memerah.

Hueningkai hanya diam. Kembali terfokus dengan layar laptopnya. Dia tau Yuna sedang bosan, makanya sedang gencar gencarnya menggoda. Coba saja kalau sebentar lagi dia sudah menemukan kesibukan baru, pasti Hueningkai yang diabaikan.

Yuna cemberut. "Kai~"

"Eung?-akh! Sakit loh!" bohong kalau Hueningkai tidak terkejut saat pundaknya mendadak digigit oleh Yuna. "Kenapa sih?"

Yuna memelas, mengusap pelan pipinya di lengan Hueningkai. Setelah itu mendongak, menunjukkan tatapan melas. Tatapannya fokus di bibir Hueningkai yang mengomel kecil karena ulahnya barusan.

Dia menghela napas sebentar. "Rumah lagi kosong kan? Ayo jadi anak nakal sehari aja!"

Hueningkai tau Yuna hanya bercanda, berdecak keras. Tangannya menepis lengan Yuna yang hendak menyentuh pipinya kembali. Kemudian menggendong gadis itu layaknya karung beras dan langsung dia hempaskan di atas tempat tidur yang masih rapi.

Si agustus itu berkacak pinggang.

Mengambil remote televisi, menyalakannya, kemudian menyetel AC, setelah itu, membenarkan bantal yang menampung kepalanya Yuna.

Yuna menciut melihat Hueningkai yang menatapnya tajam dari atas sana, tatapan itu terlihat kesal?

Selimut yang baru diberikan untuk menutupi setengah tubuhnya, dia tarik ke atas untuk menutupi wajahnya. "Maaf."

"Gue harus selesaiin tugasnya sebelum jam 4. Jadi maaf, lo lagi gak bisa ganggu gue sekarang. Tidur aja kalo ngantuk, nanti gue bangunin kalo udah sore."

Yuna membuka selimutnya, melihat Hueningkai sudah kembali ke tempatnya semula.

Yuna menggigit bibir bawahnya. Hueningkai sibuk ya belakangan ini? Dia lebih sering di perpustakaan dari pada biasanya. Bahkan kapan hari Yuna mendapatkan telfon orang asing lewat kontaknya Hueningkai karena lelaki itu demam di perpustakaan dan tidak bisa bangun untuk sekedar pulang. Untung saja masih ada orang yang berbaik hati membantu.

Tetangga [TXT X ITZY]Where stories live. Discover now