Chapter 2m

13.9K 210 12
                                    

-->

"Habisnya, kau ini. huh...setelah liburan musim panas kemarin kau jadi berubah. Setiap aku tanya pasti jawabanmu selalu sama. Kau kenapa sih?!" sewot Mine.

"Aku tidak apa-apa Mine."

"Tuh kan, huh...ya sudah kalau tidak mau cerita."

Mine cemberut sambil memainkan sendok es krimnya. Yuri diam saja sambil memandangi wajah sahabat kecilnya itu. Mau bagaimana lagi, ia tidak mungkin bercerita ini-itu pada Mine. Bisa-bisa dia heboh sendiri dan pingsan bila tau apa yang Yuri sembunyikan.

"Maafkan aku Mine," kata Yuri dihati.

Ia memutar otak supaya bisa membuat Mine tersenyum kembali padanya.

"Emm...Mine kita jalan-jalan ke mall yuk? Sudah lama bukan, kita tidak belanja bersama."

"Aku sedang tidak punya uang," jawab Mine ketus.

Ternyata ia masih kesal pada Yuri.

Beberapa detik kemudian Yuri tersenyum penuh misteri ia meletakan beberapa lembar uang yen di atas meja kemudian berlari sambil menarik tangan Mine.

"Yuri chan... lepas, kau mau membawaku kemana?!" teriak Mine.

Yuri tidak menjawab, ia malah terus menarik tangan Mine.

Yuri berhenti di pinggir jalan kemudian memberhentikan mobil taksi. Ia membisikan sesuatu pada supir taksi itu, kemudian mobil pun melaju.

Mine terus bertanya sepanjang jalan kemudian senyumnya mengembang saat tahu Yuri membawanya kemana.

"Kyaa...Yuri chan, ayo cepat kita masuk!!" teriak Mine tidak sabar.

Yuri segera membayar taksi kemudian pasrah karena tangannya di tarik oleh Mine kesana kemari.

Mereka pergi Ke wahana bermain di daerah Tokyo. Mine mengajak Yuri menaiki semua wahana permainan, demi melihat senyum bahagia sahabatnya ia rela di ajak kesana kemari. Naik permainan yang itu kemudian naik lagi permainan yang ini. Padahal ia sudah mual menaiki permainan yang berputar-putar seperti itu.

"Mine chan ayo kita pulang," Yuri sudah lemas.

"Sebentar lagi Yuri chan aku masih mau naik itu."

Mine menunjuk sebuah bianglala besar, padahal mereka sudah menaikinya sebanyak tiga kali tadi.

"Hari sudah sore Mine, paman dan bibi Hanowa akan khawatir nanti. kapan-kapan kita kesini lagi."

Mine melihat jam tangannya.

Waktu sudah menunjukan pukul lima sore. Benar juga apa kata Yuri pikir Mine mereka sudah pergi dari jam 6 pagi. Ayah dan ibunya pasti khawatir sekarang karena mereka berdua tidak membawa handphone.

"Kau benar, ayo kita pulang."

Mine menggengam tangan Yuri. Mereka berdua berjalan melewati tempat parkir sambil mengobrol dan tertawa kecil. Kemudian Mine berlari meninggalkan Yuri sebentar untuk membeli minuman. Kebetulan di seberang mereka ada kios kecil.

"Awas!!!" teriak seseorang disertai dengan mendorong Yuri ke arah dalam jalan trotoar.

"Brengsek, pakai matamu bila menyetir!!" teriak pria yang tadi mendorong Yuri.

Lagi-lagi sebuah mobil hampir menyerempetnya.

Benar-benar hari sial pikir Yuri.

Mine yang sedang berjalan di kejauhan terkejut melihatnya. Ia menjatuhkan dua botol air yang di pegangnya kemudian berlari mendekati Yuri yang tengah terduduk di pinggir jalan.

"Yuri chan... Kau tidak apa-apa?" tanya Mine khawatir.

Yuri sedikit meringis tetapi kepalanya menggeleng.

Kemudian Mine beralih pada seorang pria tinggi yang tadi telah menyelamatkan temannya.

"Maaf, terimakasih anda telah menyelamatkan teman saya. Anda tidak apa-apa bukan?" tanya Mine pelan-pelan.

Pria itu cuek saja seolah tidak mendengar, ia sibuk membereskan bunga lily yang berserakan di jalan.

"Hei, aku bertanya padamu" kata Mine lagi.

Ia kesal, kenapa pria itu lebih mementingkan bunga-bunga yang di bawanya dari pada melihat keadaan Yuri atau melihat orang yang mengajaknya bicara.

"Apa? Oh maaf, aku tidak apa-apa" katanya dalam posisi menunduk, ia masih sibuk mengumpulkan bunga-bunga itu.

Yuri menoleh ia seperti mengenal suara itu.

"Kenzìe?!" kata Yuri ragu-ragu.

Pria itu menoleh kemudian mata agak sipitnya membulat.

"Yuri? Dengan siapa kau kemari? O ya, kau tidak apa-apa kan?" tanyanya khawatir.

Bunga-bunga yang tadi di bawanya masih di pegang olehnya.

"Bersama temanku, Mine kenalkan dia Kenzie."

"Hai," kata Kenzie singkat.

Mine masih bengong dan terpesona melihat penampilan Kenzie yang nampak keren sore ini.

"Ah Kenzie, maafkan temanku yah. Dia memang begitu, terimakasih aku aww..aww..."

"Yuri kau tidak apa-apa?" kata Kenzie dan Mine bersamaan.

"Tidak-tidak aku baik-baik saja."

Yuri menarik napas kemudian mencoba berdiri kembali.

"Biar ku antar pulang" kata Kenzie.

"Jangan-jangan, nanti merepotkan. aku tidak mau mengganggu, kau terlihat seperti akan kencan. Aku tidak apa-apa, sungguh..."

Kenzie terdiam sebentar memandangi bunga di tangannya.

Mine terus menatap Kenzie tanpa kedip.

"Kalau begitu, aku akan menelepon Ryu supaya ia datang menjemputmu."

"Jangan-jangan, kami naik taksi saja. Iya kan Mine?"

Yang di tanya malah menautkan alisnya, yuri menghela napas dan bersiap-siap menjawab pertanyaan dari Mine nanti.

Kenzie berpikir sejenak.

"Baiklah kalau begitu, tunggu disini aku akan carikan taksi."

Kenzie cepat-cepat berlari mencari taksi.

Ia juga segera mengeluarka n ponselnya.

Setelah memencet sebuah angka dan menunggu sebentar terdengar jawaban dari seseorang di sebrang.

"Ya, moshi-moshi, Ryu kau dimana?

Gadismu terluka,

iya tadi...." Kenzie menjelaskan semuanya kepada Ryu.

"Ok, kau tenang saja. Aku akan mengikuti taksi mereka sampai aku melihat mobilmu.

Ah, tidak apa-apa kita kan teman.

Iya, akan ku pastikan gadismu selamat sampai ia bertemu denganmu.

Ok, sampai jumpa."

Kenzie memutus teleponnya.

Early weddingWhere stories live. Discover now