Chapter 2h

14.3K 226 9
                                    

--->

"Tenang Ryu, wanita gila itu akan senang bila kau mendekat."

Toru menenangkan Ryu yang terlihat sangat cemas.

Yuri tengah asik-asiknya mendengarkan alunan biola, membiarkan dirinya terhanyut dalam nada-nada.

Entah datang dari mana, seorang wanita berbaju seksi tiba-tiba duduk di sampingnya.

"Heh, kau. Siapa namamu?" tanyanya sambil memandang sinis pada Yuri dari atas kebawah.

Terang saja Yuri kaget mendengar suara cempreng bernada sinis yang bertanya padanya itu.

"Apa urusanmu?" tanya Yuri berusaha tenang.

"Kau datang bersama Ryu-ku bukan? Cih, berani sekali kau."

"Terang saja dia itu suamiku..!! Dasar gila," teriak Yuri dihati.

Ingin sekali ia meneriakan kata-kata itu tepat di telinganya namun sekuat tenaga ia tahan.

"Ryu-ku? Ha..ha..lucu sekali. Siapa kau? Tidak ada tulisan apapun yang menempel di wajahnya yang menyatakan dia mempunyai gadis selain dari pada aku," balas Yuri tidak mau kalah.

"Brengsek, berani kau..."

"Jangan kau ganggu tamu undangan Kenzie, nona Taniguchi.."

Yoshi menahan tangan wanita berbaju seksi itu yang tengah melayang di udara karena hendak menampar Yuri.

"Kau, masih ingin bersenang-senang bukan?" kata Yoshi kembali.

Ia menekan suaranya saat menyebut kata 'kau', matanya menatap tajam penuh amarah pada wanita itu. Yuri bergidig melihat tatapan Yoshi yang penuh bahaya. Seorang teman Ryu yang memiliki senyum menawan dan nampak ramah itu kini terlihat sangat menyeramkan.

"Ah, ka-kakak kelas. Si-siapa yang mengganggunya? Jangan berlebihan," kata wanita itu tiba-tiba gugup dan berusaha bersuara manja.

Tidak lupa senyum manis sempurna terukir di wajah cantiknya yang khas. Rambutnya hitam lurus tergerai sepinggang, hidungnya kecil tapi mancung dengan muka oval dan berdagu lancip. Matanya bulat dan hitam lengkap dengan bulu mata lentik. Kulitnya putih sangat kontras dengan gaun merah pendeknya yang menyala. Yuri berpikir seandaikan bibir wanita itu tidak tersenyum penuh kelicikan, sempurna sudah wanita yang duduk di dekatnya ini.

Yuri sangat muak melihat senyumannya, "dasar wanita berwajah dua!! Huh, kusumpal juga mulutmu itu dengan piring," katanya gemas di hati.

giginya sudah terasa gatal karena ingin menggigit sesuatu untuk menyalurkan kegemasannya.

Yoshi tidak mengatakan apa-apa, ia melepaskan tangan wanita itu dengan membuka genggamannya perlahan.

Mata wanita itu melirik sekilas pada Yuri. Sebelah tangannya nampak sibuk mengusap pergelangan tangannya yang memerah akibat dari cengkraman tangan Yoshi tadi.

"Ah, lihat sepertinya acara akan segera dimulai. Aku... harus pergi."

Wanita itu cepat-cepat pergi dengan senyum palsu terukir di wajah cantiknya. Sekali lagi matanya mendelik tajam ke arah Yuri mengisyaratkan kata 'ingat, aku belum selesai'. Yuri membalas tatapannya.

"Siapa kau? Dasar sinting. Aku tidak takut padamu," kata Yuri di hati.

Yoshi berdehem keras melihat perang mata di antara mereka. Wanita itu melirik Yoshi sekilas kemudian melangkah pergi menjauh.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Yoshi khawatir.

Yuri hanya menggeleng, ia masih berusaha menenangkan hatinya yang kesal.

"Benar? Kau tidak bohong?"

"Aku tidak apa-apa, terimakasih."

"Syukurlah, jangan dengarkan apa kata wanita itu. Dulu ia mengincar Kenzie, lalu berusaha menjerat aku, kemudian ia pernah berusaha menjebak Toru, untung saja gagal. Dan... sekarang ia selalu berusaha ngejar-ngejar Ryu. Entah apa tujuannya, mungkin otaknya sedikit tidak beres. Wanita sinting," umpat Yoshi.

Yuri terdiam sebentar,

"benar, wanita aneh" gumannya pelan.

Yoshi tertawa kecil mendengar gumanan Yuri.

Tiba-tiba, mata coklat Yoshi berubah lincah. Ia terus menatap dan memerhatikan wajah Yuri kemudian matanya terus turun memerhatikan sesuatu.

Yuri yang melihat pandangan Yoshi seolah terus memerhatikan dadanya menjadi sangat risih. Ia berusaha melindungi dadanya dengan tangan.

Apalagi sewaktu tiba-tiba tangan Yoshi terulur mendekati pangkal lehernya, Yuri tidak tahan lagi untuk bertindak.

"Jangan kurang ajar!!" Teriak Yuri, tangannya melayang menampar pipi Yoshi.

"Aww... kau galak sekali sih," katanya santai sambil mengelus pipinya sekilas.

Jarinya menyusut sedikit darah yang ada di sudut kiri rahangnya.

Ternyata tanpa sengaja kuku Yuri melukainya.

"Yuri, kau tidak apa-apa?" tanya Ryu khawatir.

Mata hitamnya sibuk memerhatikan setiap inci wajah istrinya.

Yuri bengong saja tidak bergerak, entah dari arah mana Ryu datang. Yuri tidak sempat memerhatikan karena masih kaget akan sikap Yoshi tadi.

"Ia tidak apa-apa, jangan khawatir" kata Yoshi masih dengan gaya santai seolah-olah tidak ada apa-apa.

"Terimakasih sobat, untung kau segera melindungi Yuri tadi."

"Tidak usah sungkan. Hei lihat, aku yakin sekarang Kenzie sedang menunggu kita."

Yoshi tertawa melihat Kenzie yang tidak mau diam di tempatnya.

"Ah ya, aku lupa. Tadi Kenzie meminta kita untuk segera berkumpul. Ayo Yuri, kita harus cepat kesana."

"hmm, jangan sampai ia mengacaukan pestanya sendiri Ryu," kata Yoshi menimpali.

Yuri tidak mengatakan apapun. Ia pasrah saja tangannya di tarik-tarik oleh Ryu. Sesekali matanya melirik ke arah Yoshi yang nampak cuek. Ia berjalan dengan santai sambil menggandeng dua gadis sekaligus.

Yuri merasa sedikit bersalah karena tadi ia kelepasan menaparnya padahal Yoshi sudah melindunginya tadi.

Tapi Yuri juga kesal melihat sikap Yoshi yang nampak bersikap kurang ajar padanya tadi.

"Benar-benar, ah...dasar pria mata keranjang," gemas Yuri di hati.

Tanpa sengaja ia melihat Yoshi mencium pipi dua gadis di sampingnya secara bergantian.

-->

Early weddingWhere stories live. Discover now