Chapter 1k

17K 261 2
                                    

Riyu segera menggeser pintu kaca di hadapannya "wah keren..!" Yuri melihat kagum.

Riyu masuk ke dalam garasi sambil menarik tangan yuri.

Lantai garasi itu berwarna putih mengkilat di bagian tengahnya terdapat dudukan mobil yang terbuat dari baja sehingga dapat memutar dan mengangkat mobil secara otomatis. Deretan rak-rak peralatan serta sebuah kursi lipat turut memenuhi garasi apartemen hananomiya no 7 ini.

"Keren, aku tidak percaya di distrik shinjuku yang padat penduduk terdapat apartemen yang seperti ini." Riyu berjalan ke tengah-tengah ruangan.

"Ini tombol apa?" Yuri memencet tombol berwarna biru yang menempel di dinding.

'Pliip pliip pliip'

Tiba-tiba terdengar suara dan saat itu juga tirai melengkung yang terbuat dari baja terbuka perlahan. Riyu tidak dapat menutupi rasa kagumnya.

"Wow.." Yuri memandang tidak percaya ternyata di balik tirai itu terdapat kaca jendela tebal yang menampilkan pemandangan taman apartemen yang ramai di sore hari.

"Suatu saat aku ingin merancang rumah yang unik untuk kita." Tanpa sadar riyu berkata.

"Apa?" Yuri tidak mempercayai pendengarannya.

"A..apa? Tidak-tidak lupakan saja." Riyu kaget entah dorongan apa yang membuatnya mengatakan keinginannya.

"Apa itu cita-cita mu?" Yuri memandang lembut.

"Apa?" Riyu berusaha menutupi rasa gugupnya karena baru kali ini yuri memandangnya seperti itu.

"Jadi arsitek, merancang bangunan-bangunan unik dan keren?" Yuri menatap mata hitam riyu dalam-dalam.

Riyu mengangguk.

"Baiklah kalau begitu kau harus berusaha menjadi arsitek yang hebat, aku akan selalu mendukungmu." Kata yuri meyakinkan.

"Apa?" Riyu tidak percaya.

"Kau ha..rus ja..di ar..si..tek yang he..bat a..pa su..dah je..las." Yuri memperlambat kata-katanya.

Riyu hanya mengangguk lalu tersenyum senang dan semakin menggenggam erat tangan yuri.

"Emm.. Ayo kita lihat kamar kita sekarang." Riyu semangat menarik tangan yuri.

Tetapi yuri malah diam tidak bergerak.

Riyu memandang dengan pandangan bertanya sebelah alisnya di naikan ke atas.

"Huh semangat sekali." Yuri cemberut dan mulai berpikir 'jangan-jangan aku akan tidur satu ruangan lagi dengannya. Ah... Aku belum siap.. Aduh bagaimana ini?' Yuri berkata di dalam hati sambil memelintir ujung bajunya.

Riyu memandang yuri sambil mengangkat alisnya sekali lagi.

'Aduh apa aku jadi aneh yah? kenapa dengan pandangannya saja aku dapat mengerti apa yang di maksud olehnya. Apa aku sudah gila..?" Yuri panik lalu berkata di hati sambil menggigit kerah jaketnya.

Lagi-lagi riyu memandang yuri dengan mengangkat alisnya.

"Ya ampuuun.. Berhenti memandangku seperti itu." Yuri menutupi matanya dengan rambut panjangnya yang di ikat sebagian.

Lalu menambahkan "Aku tidak apa-apa ayo kita lihat kamarnya sekarang." Yuri berusaha menutupi perasaannya lalu berjalan meninggalkan riyu sendiri.

Riyu memandang punggung yuri lalu tersenyum.

Setelah berjalan melewati dapur dan ruang santai yuri berjalan memasuki lorong lebar di ujung ruangan santai yang berdinding putih.

"ASIII..K !!!" yuri tiba-tiba berteriak senang sambil melompat-lompat seperti kelinci.

Riyu mempercepat langkahnya saat melihat tingkah yuri, riyu segera bertanya dengan heran "Ada apa? kenapa kau lompat-lompat seperti itu?"

"Lihat riyu ada dua pintu itu artinya kita tidak satu kamar ha..ha..ha" Yuri menunjuk dua daun pintu yang berdampingan di hadapannya lalu tertawa senang.

Riyu segera melihat arah telunjuk yuri, dan benar saja di hadapannya berdiri dua pintu yang berdampingan. Di pintu yang satu tertulis nama yuri dengan huruf tempel yang berwarna warni, sedang di pintu satunya tertulis nama riyu dengan huruf tempel berwarna biru.

"Huh.. Kau senang sekali." Riyu menghela nafas.

"Tentu saja kau kan iseng dan genit bukankah lebih baik seperti ini?" Yuri tersenyum lebar.

Riyu tampak berfikir sejenak "Emm... Mungkin kau benar walau bagaimanapun aku memiliki hasrat." Riyu berkata serius.

"Hasrat???" Kata yuri tidak mengerti.

"Aku kan lelaki normal jadi memiliki hasrat apa kau mengerti?" Riyu menyender di tembok melipat tangannya di dada lalu mengedipkan sebelah matanya.

Yuri terpesona sejenak lalu menggeleng 'Tampan sekali.. Ah tidak tidak' Yuri berkata di dalam hati lalu tanpa sadar menggeleng cepat.

Riyu menepuk jidatnya "Ya ampuu..n bukankah umurmu sudah 17 tahun? Kenapa belum mengerti?"

Yuri mengangkat bahunya.

"Apakah kau belum pernah pacaran, ciuman dan lain-lain?" Riyu memandang menyelidik.

Wajah yuri memerah riyu memandang sangat tajam seperti hendak memaksa masuk melihat hati dan pikirannya 'boro-boro ciuman pacaran saja belum pernah. Ah.. Apa aku aneh?' Yuri berkata di dalam hati, ingin rasanya berkata langsung pada riyu tapi apa daya bibirnya serasa kaku karena gugup dan malu. Akhirnya yuri hanya bisa menggeleng pelan.

Riyu memandang tidak percaya "Jangan bilang kalau kau belum pernah pacaran?"

Yuri tersenyum manis "Belum memangnya kenapa?" Kata yuri polos.

Sesaat riyu memandang kedalam mata coklat yuri seperti mencari kebenaran lalu tersenyum senang.

"Tidak apa-apa. Ayo kita buka pintunya sama-sama." Riyu berusaha menyembunyikan rasa senangnya 'berarti aku yang pertama untukmu.. Kenapa perasaanku senang sekali? Apa aku jadi aneh yah?' Riyu berkata di dalam hati sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Sebenarnya riyu juga belum pernah memiliki kekasih walau umurnya sudah 23 tahun memiliki wajah yang tampan dan berbadan tinggi tetapi riyu selalu bersikap acuh dan dingin pada teman-teman wanita di kampusnya yang selalu mencari muka dan perhatian di depannya.

"Ok kita buka dalam hitungan ketiga siap?"

Early weddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang