Chapter 2k

14K 206 2
                                    

--->

"Yah, Toru cepat. Ryu semakin menjauh," Yoshi panik sambil mengelus jidatnya yang tadi menabrak jok depan.

"Ya-ya, tenang kawan kita kejar mereka. Pegangan...!" teriak Toru.

Ia menginjak pedal gas mobil dalam-dalam. Mobil pun melaju cepat.

Yoshi dan Kenzie berteriak histeris dari dalam mobil.

Beberapa kali mobil yang mereka tumpangi hampir menabrak mobil lain.

"Yah-yah, Toru awas...!" teriak Kenzie sambil menundukan kepalanya.

Di depan mobil mereka sebuah truk pengangkut kontainer berhenti secara tiba-tiba.

Toru membanting stirnya ke kanan kemudian mobil pun berputar mulus tiga kali hingga menimbulkan suara ban yang berdecit dengan jalan.

Asap mengepul di sekitarnya, Toru segera keluar dari mobil sambil terbatuk, kemudian ia membuka pintu belakang. Ia menarik keluar Yoshi dan Kenzie yang masih mematung di tempatnya.

Mereka bertiga berjalan tertatih-tatih menjauhi mobil yang mereka tumpangi tadi.

Toru menjatuhkan diri diatas jalan trotoar, ia mengatur napasnya sambil memandangi langit malam.

Yoshi dan Kenzie terduduk tegang di dekatnya.

Napas mereka tersengal-sengal, wajahnya juga pucat.

Lima belas menit berlalu, hari sudah terlalu malam sehingga jalanan sepi. Truk yang tadi berhenti mendadak juga sudah pergi tidak bertanggung jawab. Beberapa mobil yang lewat pun tidak ada yang berhenti.

"Huh, tidak seperti di film," gerutu Toru.

"Apa?"

"Mobilnya," kata Toru datar.

"maksudmu?" tanya Kenzie heran.

"Kenapa tidak meledak?! Kalau di film biasanya mobil yang sudah berasap akan meledak," sewot Toru.

Ia bangkit duduk memerhatikan mobil yang tadi di kemudikannya.

Satu detik dua detik kemudian tawa Kenzie dan Yoshi meledak.

"Kau terlalu banyak menonton film," kata Kenzie setelah tawanya mereda.

"Hmm...benar, untung kita selamat tadi," Yoshi berdiri menarik tangan Toru supaya ikut berdiri.

"Kalian tidak apa-apa kan?" tanya Toru.

Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil memasang wajah menyesal.

"Hampir saja jantungku tertinggal disana," sewot Kenzie.

"Sudahlah, mana kuncinya? Ayo pulang, malam ini kita tidur di apartemenku saja."

Toru tersenyum sambil menyerahkan kunci mobil pada Yoshi. Ia juga membantu Kenzie berdiri.

"Tunggu, bagaimana dengan Ryu?" tanya Kenzie tiba-tiba.

"Yah, sudahlah. Mungkin aku berlebihan tadi. Wajar bukan bila Ryu begitu, dia kan baru pertama kali jatuh cinta. Akhirnya tuan pendiam kita telah berhasil di taklukan oleh seorang anak sekolah menengah atas. Huh, ajaib..." kata Yoshi sambil duduk di belakang kemudi.

"Cinta memang ajaib sobat, kalian berdua juga akan merasakannya nanti." Toru duduk di sebelah Yoshi.

"Kau yakin?" tanya Kenzie yang duduk di belakang.

"Kenapa tidak, aku dan Ryu contohnya" jawab Toru sambil tersenyum penuh arti.

Yoshi dan Kenzie menghela napas bersama. Mobil Mercy merah yang mereka tumpangi melaju dengan tenang menuju apartemen Yoshi yang terletak di kawasan shibuya.

***

"Yuri chan, sakit nih."

"Kakiku juga sakit Mine, tahan sebentar."

"Aww, pelan-pelan dong!!" teriak Mine.

Yuri menghela napas kemudian menghentikan kegiatan tangannya.

Pagi tadi Mine mengajak Yuri berolahraga pagi. Sebenarnya Yuri masih mengantuk karena tadi malam baru sampai ke apartemen pukul setengah satu malam. Itu semua karena teman-teman Ryu terus menahan mereka di tempat pesta. Yuri jadi ingat kejadian tadi malam.

"Yuri chan kenapa melamun?" tanya Mine cemas.

"Ah, apa? Kau bilang apa?"

"Huh...kenapa kau melamun..!"

"Siapa yang melamun?"

Tangan Yuri kembali mengobati kaki Mine, tadi mereka berdua terjatuh dari sepeda Mine.

Yuri memang tidak bisa naik sepeda. Maka dari itu Mine memboncengnya tadi.

Sebuah mobil yang kelihatannya tidak sengaja menyerempet membuat mereka berdua terjatuh ke jalan.

Yuri dan Mine sempat marah-marah tadi karena si empunya mobil malah terus melajukan mobilnya tidak berhenti.

"Dasar gila!!" teriak Yuri kesal.

"Siapa?"

"Pengendara mobil tadi Mine, untung kita cuma lecet-lecet begini."

Yuri mengobati luka di tangannya sendiri dengan menggunakan obat merah.

"Supirnya wanita."

"Apa?"

"Tadi benar-benar terlihat jelas Yuri chan. Orang yang hampir menabrak kita itu seorang wanita."

"Oh, begitu yah? Mungkin dia baru belajar menyetir."

Yuri meringis menahan perih di tangan dan kakinya. Mine membereskan kotak obat yang isinya berserakan di meja kemudian menyerahkannya pada seorang pelayan cafe. Tidak berselang beberapa lama pesanan mereka datang. Es krim stroberi dan coklat dalam porsi besar.

"O ya, bagaimana?" tanya Mine sambil memasukan sesendok es krim kemulutnya.

"Apa?"

"Ciuman pertama itu?" bisik Mine.

Yuri terbatuk mendengarnya.

"Kau tidak apa-apa Yuri chan? Ya ampun, makan es-nya pelan-pelan dong."

Mine mengusap-ngusap punggung yuri dengan cemas.

"Aku tidak apa-apa Mine," kata yuri sambil berdehem dan pura-pura meneruskan makannya.

"Jadi kau sudah mengerti ciuman pertama itu seperti apa?" tanya Mine lagi.

Sebagai jawabannya Yuri hanya mengangguk.

"Tentu saja aku tau, Ryu sudah mengambilnya Mine. Ah ciuman pertamaku..." kata Yuri di hati.

Ia jadi membayangkan kejadian waktu itu, tanpa sadar wajahnya telah merona merah.

Mine yang melihatnya jadi panik. Tangannya sibuk meraba kening dan menepuk-nepuk pipi Yuri.

"Yuri chan!!!" teriaknya

Untuk kesekian kali.

Yuri menautkan alisnya kemudian memandang sekitarnya. Para pengunjung cafe memandang aneh pada mereka berdua.

"Mine, disini bukan hutan. Kenapa kau malah teriak-teriak begitu," gemas Yuri.

"Habisnya, kau ini. Huh...setelah liburan musim panas kemarin kau jadi berubah.--->

Early weddingTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon