Chapter 2g

14.6K 224 24
                                    

--->

"Wow, ini keren bukan? Aku akan menyimpannya di kamar."

Kenzie mengeluarkan sebuah botol dari dalam kotak kadonya, ada sebuah miniatur kapal pesiar di dalam botol itu. Kenzie membuka tutup penyumbatnya dengan hati-hati. Lampu-lampu miniatur kapal itu menyala, berkelap kelip penuh warna seperti aslinya saja.

"Terimakasih Ryu, ini sangat keren."

"berterimakasihlah padanya Kenzie, ia yang memilihkannya."

Ryu melirik ke arah Yuri.

"tentu, terimakasih Yuri. Kalian berdua sangat serasi, benarkan Toru?"

Toru mengangkat kedua jempolnya sambil tersenyum.

Wajah Ryu dan Yuri memerah, mereka jadi salah tingkah.

"Hei Ryu, mana ibumu?" tanya Yoshi tiba-tiba.

Toru segera menyikut perutnya.

"Apa aku salah bicara? Biasanya bibi Yoroshii selalu menemanimu ke pesta. Ah, kau tau aku sangat merindukannya...Ups...maaf"

Yoshi segera memahami keadaan sekitarnya, setelah Kenzie dan Toru menatapnya tajam.

Dan lagi-lagi Ryu memandang Yuri dengan tatapan meminta maaf. Ketiga temannya memang punya sifat-sifat aneh seperti ini. Kenzie yang tidak sabaran dan Yoshi yang tidak tau aturan dalam berbicara. Sedangkan Toru yang tergolong agak pendiam, memiliki emosi yang cepat meledak.

Yuri tersenyum kembali, ia heran pada dirinya sendiri kenapa jadi ikut-ikutan pendiam seperti Ryu, padahal biasanya ia sangat cerewet.

Yoshi yang baru melihat pemandang aneh di depannya siap membuka mulutnya, namun Toru yang berdiri di sebelahnya segera melingkarkan tangan kanan di bahu Yoshi dan membekap mulut Yoshi dengan tangan kanannya. Menjaga mulut Yoshi agar tidak aneh-aneh.

"Yuri, perkenalkan dia juga sahabatku namanya Ando Yoshi" kata Ryu.

Yuri menyambut uluran tangan Yoshi yang nampak pasrah dengan apa yang di lakukan oleh Toru padanya.

"Kau boleh memanggilnya Yoshi, bukan begitu Yoshi?" kata Toru.

Yoshi menganggukan kepalanya, mulutnya masih di bekap. Butuh tenaga yang besar untuk bisa melepaskan diri dari Toru.

"Ok, yuri. Kau tidak keberatankan, kalau kami pinjam Ryu sebentar? yah?"

Kenzie menarik paksa tangan Ryu.

Yuri bingung mendengarnya tapi kemudian memutuskan untuk mengangguk.

"Ah, terimakasih."

Ryu mencoba melepaskan diri namun Kenzie segera melingkarkan tangannya di bahu Ryu.

"Duduklah disini, pilih makanan yang kau suka. Kami tidak akan lama," Toru membantu Kenzie menarik Ryu menjauh.

"Hanya sebentar, tunggu kami disini. Jangan kemana-mana. Ok!" Yoshi mengedipkan sebelah matanya sebelum berlari menyusul mereka.

Yuri mengangkat bahunya dan menggelengkan kepalanya.

"Seperti anak-anak saja" gumannya sambil duduk di kursi sudut berwarna hitam yang terletak di dekatnya.

Alunan musik semakin lembut terdengar keseluruh ruang hall besar hotel berbintang ini.

Beberapa lampu hias menggantung di atas ruangan pesta.

Terdapat sebuah panggung kecil di sisi kanan dengan para pemain biola, piano dan harfa yang terus menyemarakan suasana secara bergantian.

Banyak wanita-wanita cantik bergaun yang berdandan habis-habisan, banyak juga diantaranya yang nampak sudah dewasa bila dilihat dari penampilannya.

Para pria muda juga tidak kalah banyaknya.

Ternyata Kenzie memiliki banyak teman, pikir Yuri.

Tangannya bergerak mengambil sepotong tiramishu yang ada di atas piring, ia menikmatinya sambil memerhatikan kearah panggung melihat para pemain alat musik beraksi.

Sementara itu Kenzie dan Toru terus membawa Ryu menjauh.

Setelah sampai di sudut ruangan lain yang agak sepi, mereka berdua melepaskan Ryu.

"Kau hebat kawan, dia sangat cantik"

"dan terlihat masih sangat muda. Apa dia masih bersekolah dengan memakai seragam?"

"Kau menyukainya? Kalau tidak, boleh kudekati dia?"

Tangan Ryu bergerak memukul kepala Yoshi.

"Dia milikku, awas saja kalau kau berani mengganggunnya," kata Ryu sambil meregangkan kedua tangannya.

Kenzie dan Toru tertawa melihatnya.

"Ryu,aku kan hanya bertanya," bela Yoshi.

Ia bersembunyi di belakang badan besar Toru sambil mengelus-elus kepalanya.

"Kau bertemu dengannya dimana?"

"Hmm...sebentar sepertinya aku pernah melihat dia, tapi dimana yah?"

Kenzie berusaha mengingat.

"Festival layang-layang, musim panas kemarin" kata Ryu, matanya tidak lepas dari Yuri yang terlihat dari kejauhan tengah duduk menopang dagu sendirian.

"Ya ampun, dia kan gadis yang menabrak punggungmu?" pekik Kenzie.

"Emm...bukankah dia gadis yang menabrak punggungmu pada saat festival origami waktu itu?" Toru turut memerhatikan Yuri.

"Memang, dia gadis yang sama" tegas Ryu.

"Apa yang kalian bicarakan? Kenapa aku tidak tahu?"

Yoshi sewot sendiri.

"Musim panas kemarin kau kan pergi ke Bali," kata Ryu sambil merapikan pakaiannya.

"Benar juga, tapi kenapa kalian tidak menceritakannya padaku?" sewot Yoshi kembali.

"Haruskah?" tanya Kenzie pada Toru.

"Tidak," jawab Toru datar kemudian mereka berdua tertawa.

Ryu hanya tersenyum, Yoshi memang paling kecil diantara mereka sehingga terkadang ia selalu menjadi korban kejahilan ketiga temannya.

"Jangan cemberut kawan."

"Seperti wanita saja," celetuk Toru.

Yoshi kesal mendengar suara tawa mereka bertiga, setelah menyikut perut Kenzie ia berjalan meninggalkan mereka.

"Yah marah"

"Kalian keterlaluan" Ryu masih tertawa.

"Biarkan saja, bukankah sudah biasa. Eh Ryu, apa kau sudah menyatakan cintamu padanya?" tanya Kenzie.

"Aku..."

"Gawat, lihat..." pekik Toru tiba-tiba.

Matanya memandang ke tempat dimana Yuri berada.

"Mau apa wanita itu mendekati Yuri?"

Tanya Kenzie.

Ryu tidak bisa diam saja ia hendak melangkah namun Toru mencegahnya.

"Tenang Ryu, wanita gila itu akan senang bila kau mendekat."

--->

Early weddingWhere stories live. Discover now