Chapter 2e

14.4K 230 5
                                    

--->

Tidak sampai seperempat jam Ryu telah selesai bersiap. Kemeja putih polos, setelan jas hitam, rompi dalam berwarna blue sapphire dan dasi kupu-kupu hitam telah melekat di tubuhnya yang tinggi dan sedikit berotot. Rambut hitam yang biasanya di biarkan berantakan kini telah dirapihkannya. Ia membuat rambut atasnya sedikit tegak keatas memberi kesan berantakan yang tetap terlihat sopan.

Sepatu hitamnya telah mengkilat, jam rolex berwarna silver tidak lupa melingkar di pergelangan tangannya. Setelah cukup puas mematut diri Ryu keluar dari kamarnya.

Yuri berdiri membelakangi, ia tengah mengintip keluar pintu kaca besar yang menampilkan pemandangan malam taman apartemen yang berhiaskan lampu berwarna-warni.

Ryu berdehem pelan, Yuri yang mendengarnya langsung membalikan badan.

"Kau sudah siap?" tanya Yuri.

Mata coklatnya memandang penampilan Ryu dari atas ke bawah. Benar-benar berbeda dari penampilan sehari-harinya. Ryu nampak lebih dewasa mengingatkan Yuri pada saat melihatnya di acara upacara pernikahan mereka.

Untuk beberapa saat mereka berdua saling terdiam karena sibuk saling memerhatikan penampilan.

Mata Yuri nampak berbinar, ia tidak dapat menyembunyikan kekagumannya. Begitupun halnya dengan Ryu.

"Apa dia Ryu suamiku? Benar-benar sempurna" kata hati Yuri.

"Kau sangat cantik," puji Ryu.

Tanpa berkedip mata hitamnya terus memerhatikan Yuri.

Gaun cocktail selutut berwarna blue sapphire senada dengan rompi dalam yang di pakai Ryu membalut tubuh Yuri yang mungil.

Bahannya mengkilat dan sangat halus, aksen hitam melingkar di bawah dadanya dengan hiasan pita besar berwarna hitam yang menempel di bagian belakang gaunnya.

Gaun yang Yuri pakai bermodel simple dengan tali spagheti yang mempermanis kulit bahunya yang putih mulus. Sepatu berhak tinggi berwarna senada telah terpasang dikakinya. Rambut coklat panjangnya di ikat satu disamping kiri setelah ujung-ujung rambutnya sengaja di buat bergelombang. Poninya dibiarkan menyamping menutupi sebagian keningnya. Yuri hanya memoles sedikit wajahnya sehingga berkesan natural. Nampaklah keangunan Yuri yang tetap memperlihatkan sisi remajanya.

Ryu terus memerhatikan yuri tanpa berkedip sambil berjalan mendekatinya.

Anting-anting menjuntai dua senti ke bawah telinganya dengan sebuah batu sapphire menggantung manis di ujung antingnya, serta gelang rantai yang bertabur berlian setelannya semakin menyempurnakan penampilan Yuri.

"Kenapa kalung setelannya tidak dipakai?" tanya Ryu.

Seperangkat perhiasan itu adalah hadiah darinya di hari pernikahan mereka.

"Kalungnya aku simpan dulu, untuk saat sekarang aku lebih senang mengenakan ini" jawab Yuri.

Tangannya menyentuh kalung berbandul huruf 'YR' yang melingkar di lehernya.

"Aku juga senang memakainya. Setidaknya sampai kita bisa bebas memakai cincin pernikahan."

Riyu menunjukan kalung yang sama berbandul 'RY' yang selalu di pakainya. Kalung itu adalah simbol tanda mereka telah menikah. Tiada orang lain yang tahu hanya mereka, orangtuanya dan beberapa kerabat dekat saja yang tahu.

"Baiklah istriku. kita berangkat sekarang, awas jangan ada yang ketinggalan."

Ryu memperingati, Yuri segera memeriksa tas kecilnya yang berwarna senada dengan bajunya.

"Hmm..tidak ada yang tertinggal, Ayo."

Yuri melangkah mendahului, Ryu berjalan mengikuti.

"Tunggu, kadonya..dimana?" tanya Ryu.

Matanya mencari kesekeliling ruangan.

"Ah...ya, di dapur tadi aku membawanya saat mengambil air minum."

Yuri kembali masuk sambil melemparkan senyum penyesalan saat melewati Ryu.

Ryu hanya menggelengkan kepala, "tidak berubah," gumannya. Yah, begitulah istrinya.

Ryu membukakan pintu mobil Lamborghini putih miliknya untuk Yuri. Kemudian melajukan mobilnya dengan santai.

Masih tersisa waktu satu jam sebelum pesta temannya dimulai.

Matahari telah tenggelam setengah jam yang lalu.

Mereka berdua tiba di sebuah hotel berbintang di pusat kota Shinjuku. Setelah melewati gerbang utama, mobilnya melaju pelan mengikuti jalan yang sedikit menanjak dan mengitari sebuah taman sebelum sampai di tangga pintu masuk.

Ryu memberhentikan mobilnya tepat di pintu masuk hotel.

Dua orang pelayan segera sigap membukakan pintu mobil untuk mereka.

Ryu menyerahkan kunci mobilnya pada seorang di antara mereka. Orang itu segera membawa mobil Ryu untuk di parkirkan ke tempat yang telah tersedia.

Suasana nampak ramai, satu mobil datang disusul mobil-mobil berikutnya di belakang.

Para pelayan sibuk menyambut para tamu.

Angin malam musim gugur yang agak kencang malam ini membuat Yuri sedikit kedinginan.

Ryu yang melihatnya segera merangkul bahu Yuri dan mengajaknya masuk setelah istrinya itu puas memandangi kolam air mancur dengan berhiaskan lampu-lampu yang berada di taman depan pintu masuk. Hampir semua yang hadir mengendarai kendaraan-kendaraan mewah. Khusus malam ini para tamu undangan yang hadir terdiri dari teman-temannya saja.

Sementara itu para kolega orang tuanya telah di undang pada waktu siang harinya.

Kenzie tidak pernah memilah-milah temannya. Ia mengundang semua temannya dari berbagai kalangan.

Tidak heran bila banyak di antara para tamu yang baru datang berfoto-foto ria, dan terkagum-kagum melihat tempat yang sangat mewah ini.

"Pesta yang meriah."

Komentar Yuri saat menginjakan kakinya di pintu masuk.

Ryu hanya menanggapi dengan senyuman sambil melihat-lihat keadaan sekitarnya.

Seorang pelayan berjalan mendekat, ia menawarkan diri untuk membawakan sebuah kotak kado berukuran agak besar yang di bawa oleh Ryu.

Ryu segera menyerahkannya kemudian mengandeng tangan Yuri.

-->

Early weddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang