Chapter 1i

17.4K 273 2
                                    

"Baca yang keras," pinta riyu.

"Baiklah, dengar yah."Yuri berdehem, kemudian menarik nafas lalu "LIHAT DAN IKUTI PETA..!!!" yuri berteriak di telinga riyu.

Riyu kaget lalu mendadak mengerem mobilnya. Yuri tertawa melihat wajah riyu yang kaget.

"Tidak lucu," riyu memasang wajah kesal lalu menjalankan mobilnya kembali.

Yuri terus tertawa melihat wajah riyu yang tampak lucu saat kaget. "Jangan marah, tadi kan kau menyuruhku membacakan surat ini dengan keras." Yuri tersenyum menahan tawa.

"Sudah puas ketawanya?cepat lihat petanya," riyu mengambil botol minumnya.

"Ok, sebentar yah.. Emm.. Sepertinya kita harus ke daerah shinjuku, ah coba lihat saja oleh mu aku tidak begitu tau daerah ìtu." Yuri menyerahkan peta itu pada riyu.

Riyu mengambilnya lalu melihatnya sekilas kemudian mengembalikan peta itu pada yuri.

"Lihat yang benar, jangan sampai tersesat." Yuri menyerahkan kembali peta itu pada riyu.

"Tenang saja, aku tau daerah itu." Kata riyu santai.

"Benarkah? bagaimana bisa." Yuri melihat peta yang tampak membuat kepalanya pusing.

"Tentu saja, aku kuliah di daerah shinjuku,apa kau lupa?" Riyu meminum air mineral dari botolnya.

Yuri menggeleng "Aku tidak tau, memangnya kapan kau memberitahu ku?" Yuri berkata lemas mengingat dirinya yang tidak tau apa-apa tentang suaminya.

Riyu batuk karena tersedak.

"ya ampuun.. Minumnya pelan-pelan dong!!" Yuri replex mengusap punggung riyu.

Ada perasaan aneh yang menyusup ke hati riyu, jantungnya jadi berdetak lebih kencang. Riyu jadi salah tingkah.

"E.. Yu..yuri apa saja yang kau tau tentang diriku?" Riyu mencoba menenangkan perasaannya.

Yuri tampak memandang boneka beruangnya. "Aku hanya tau kau adalah putra dari bibi yoroshii, aku juga baru tau namamu saat acara waktu itu akan dimulai."

Riyu kaget sebenarnya gadis yang menjadi istrinya ini polos,bodoh atau apa? Pikir riyu "Benarkah? jangan bilang kau juga belum melihat foto dan biodata ku sewaktu kita belum menikah."

"Memang tidak, itu gara-gara ibuku lupa memperlihatkan foto mu, dan bodohnya aku baru menanyakan hal itu pada saat acara akan dimulai." Yuri kesal mengingat hal itu lalu menarik-narik hidung bonekanya.

"Pantas saja" kata riyu tersenyum.

"pantas apa?" Yuri terlihat bingung.

"Kau tidak mengenaliku saat kita bertemu di festival origami dan festival layang-layang waktu itu." Riyu tersenyum.

"jadi kau sudah mengenaliku?" Kata yuri kaget.

Riyu mengangguk "Ya, hanya saja aku tidak yakin itu kau waktu aku pertama melihatmu."

"Pantas saja.."kata yuri

"pantas apa?" Kata riyu heran.

"Tidak, emm.. coba apa saja yang kau tau tentang diriku?" Kata yuri menantang.

Riyu tersenyum "Azaki yuri 17 tahun tinggi badan 160cm, golongan darah AB, warna kesukaan kuning, sangat menyukai susu dan baca buku. Kebiasaan cepat tidur, susah bangun pagi, pelupa, suka mengajak benda-benda berbicara dan mengigitnya saat kesal, tidak suka memadamkan lampu saat tidur, dan..."

"Stop.. Huh dasar ibu." Kata yuri cepat, 'ibuu...!!!' Yuri berkata gemas di hati sambil menggigit kaki bonekanya.

"Kenapa kau kesal?" Riyu tertawa.

"Kau curang.. Aku saja tidak tau sebanyak itu." Kata yuri kesal.

"Salah sendiri bodoh."riyu tertawa lagi.

Yuri semakin cemberut dan menatap riyu kesal.

"Jangan cemberut, nanti juga kau akan tau banyak hal tentangku, ayo turun kita sudah sampai."

Riyu mengambil jaket kulitnya lalu turun dari mobilnya.

"Benarkah?" Yuri turun dengan ragu-ragu.

"Hei kita tidak salah tempat kan?" Yuri melihat-lihat sekitarnya.

"Sepertinya tidak, emm... Apartemen kita ada di lantai dua.ayo.." Tanpa sadar riyu menarik tangan yuri,

Mereka memasuki gedung apartemen mewah empat lantai dengan letak yang strategis karena di depan gedung ini terdapat mini market, restoran, apotek dan dokter yang buka 24 jam. Selain itu penjagaannya pun sangat ketat.

"Maaf, anda mencari siapa?" Seorang satpam menghampiri riyu dan yuri.

"Kami di minta datang ke tempat ini oleh tuan azaki, tepatnya apartemen no 7 di lantai dua." Riyu memperlihatkan kotak beludru yang berisikan kunci.

"Maaf, silakan ikut kami ke bagian penerimaan tamu." Satpam itu meminta mereka mengikutinya.

"Huh.. ketat sekali penjagaannya." Yuri berbisik pada riyu.

"benar, itu bagus bukan." Riyu tersenyum.

"Bagus apanya? Ribet sekali." Yuri cemberut. Tanpa mereka sadari riyu masih menggengam tangan yuri.

Setelah melewati lobi mereka di persilakan masuk ke sebuah ruangan berlantai marmer, tampak seorang pria berumur 50 tahunan berbadan gendut dan kepalanya agak gundul sedikit duduk di sofa sambil merokok.

"Permisi, lapor pak mereka sudah tiba." Satpam itu memberi hormat sambil melapor.

Pria itu manggut-manggut "Kembali ke pos" perintahnya.

"Siap laksanakan." katanya sambil keluar ruangan.

Riyu dan yuri saling menatap menahan tawa.

"Selamat siang, silakan duduk tuan dan nyonya yoroshii." kata pria itu ramah.

"Aku belum tua" kata yuri cemberut.

Riyu tersenyum "maafkan perkataan istri saya pak."

Yuri mendelik lalu mencubit lengan riyu dengan keras.

"ha..ha seharusnya aku yang meminta maaf. Nona yoroshii maafkan aku." Pria itu tertawa lalu membungkuk hormat.

Yuri hanya tersenyum malu karena riyu menyebutnya 'istriku' di depan orang lain,

'awas saja kau riyu ingatkan aku untuk menjambak rambutnya sampai botak nanti..!!' Yuri berkata gemas di hati.

"Perkenalkan nama saya mizuka ushio, kalian bìsa memanggil saya paman ushio. Saya salah satu pengurus apartemen ini sekaligus teman dari orang tua kalian." lagi-lagi paman ushio tersenyum lalu membungkuk. "senang berkenalan dengan anda, saya yakin anda telah tau banyak hal tentang kami."

Early weddingKde žijí příběhy. Začni objevovat