Chapter 1w

15K 243 13
                                    

--->

"Biasa saja" jawab Yuri acuh.

"Ya ampun, coba kulihat matamu," Mine memaksa membuka mata Yuri dengan tangannya.

"Hentikan!! kau gila kah?!"

Yuri melindungi matanya.

"Kau yang gila, aku hanya ingin memeriksa matamu" sewot Mine.

Yuri mengerutu, "Dasar aneh."

"Apa? Kau bilang apa?!"

"Aku haus" jawab Yuri datar sambil merebut botol minuman yang ada di tangan Mine.

"Eh Yuri chan lihat, bukankah dia sensei Yoroshii?!" teriak Mine tidak kalah kerasnya dengan teriakan para siswi di sekitarnya.

Yuri melihat ke lapangan kemudian terbatuk. Ia melihat Kobe melempar bola basket pada Ryu yang tengah duduk di bangku cadangan.

Ryu tersenyum setelah menangkapnya kemudian melepas jasnya dan menggulung lengan kaos pendeknya setelah melempar kembali bola basket itu ke arah Kobe.

Mereka berdua berdiri berhadapan kemudian Kobe terlihat berbicara sesuatu kemudian menengok sekilas ke arah Yuri. Ryu mengangguk kemudian sekilas tersenyum pada Yuri.

Yuri kaget melihatnya, "Apa yang mereka bicarakan?" tanya Yuri di hati.

Para siswi semakin histeris karena melihat Ryu tersenyum.

Yuri cemberut memandang

sekitarnya kemudian menggigit tutup botol minuman yang di pegangnya dengan gemas.

Mine diam-diam melirik Yuri yang terus mendelik tajam ke arah Ryu.

"Yuri chan, ada apa denganmu?!" teriak Mine.

"Aku? Tidak apa-apa" Yuri pura-pura tersenyum.

"Ternyata Kobe benar, kau jadi aneh sekarang."

"Apa? Aneh? Ha...ha..ha kau lucu sekali Mine. Memangnya apa yang dikatakan bocah itu padamu?"

Yuri pura-pura tertawa, ia sangat penasaran, apalagi yang bocah usil itu katakan pada Mine.

"Jangan membohongiku Yuri chan. Kenapa sih, setiap ada sensei Yoroshii di sekolah, kau selalu memasang wajah cemberut seperti ini. Tapi bila sensei tidak ada kau pasti sering mengacuhkan kata-kataku karena melamun. Ayo beritahu aku kenapa kau jadi aneh seperti ini?!" Mine memerhatikan mata Yuri yang terlihat menghindari tatapannya.

"Apa? Aku tidak mengerti, apa maksudmu?" Yuri pura-pura mengerutkan alisnya.

Mine menghela napas kemudian duduk lemas di samping Yuri. Dirinya sangat yakin Yuri telah menyembunyikan sesuatu darinya.

Beberapa menit berlalu, sorak-sorai kembali menggema di dalam Aula. Mereka mengelu-elukan nama Kobe. Mine nampak paling bersemangat meneriakan nama itu, Yuri terus menggigit botol minumannya tanpa memperhatikan sekitarnya. Pertanyaan yang tadi disampaikan oleh Mine terus mengganggu pikirannya. Ia sendiri juga tidak mengerti apa yang telah terjadi pada dirinya selama ini.

"Hei, aku kalah. Ayo tersenyum, kalau tidak aku akan menciummu sekarang."

Yuri terperajat kaget dari lamunannya, suara Ryu terdengar lembut di telingannya. Ryu berbisik supaya suaranya tidak terdengar oleh yang lain.

Mulut Yuri seakan kaku, wajah Ryu tepat berada di sampingnya.

Mata Yuri berusaha melihat sekitarnya. Kemudian nampak kaget karena aula itu sudah kosong yang ada disana hanya Kobe dan Mine.

"Kau...." Yuri mendelik kesal.

"Aku hitung sampai tiga, satu..." Ryu mulai menghitung, ia tidak memedulikannya.

"Kenapa kau duduk disini?!"

"Dua..."

"Kemana perginya orang-orang?"

"Tig...."

Yuri terpaksa tersenyum, Kobe dan Mine tertawa lepas melihatnya.

"Kalian berdua kenapa tertawa?!" tanya Yuri kesal.

"Tidak, ayo Mine, bel masuk sudah berbunyi" Kobe menarik tangan Mine.

"Kau? Kenapa mendekatiku?!" teriak Yuri di telinga Ryu.

Ryu menutup telinganya.

"Maaf, aku tidak berhasil mengambil buku komikmu, biar nanti aku belikan yang baru" sesal Ryu.

"Apa?"

"Tadi aku kalah, jaket dan buku Komikmu sudah menjadi milik Kobe sekarang."

"Apa? Tidak...!!! Mana bocah usil itmmphftmmph..."

Ryu menutup mulut Yuri dengan tangannya.

"Sudahlah, aku janji akan mengantinya dengan yang baru. Sekarang masuklah ke kelasmu, bukankah sekarang kau ada ulangan?"

"Ulangan? Ya ampun, aku lupa. Gawat" pekiknya kemudian segera berlari meninggalkan Ryu setelah menepuk keningnya sendiri.

"Huh, sampai kapan aku bisa bertahan istriku? Kau sangat mengoda."

Ryu menghela napas sambil memandangi botol minumannya kemudian menegak habis isinya.

----

Jam sudah menunjukan pukul dua siang, bel smu Watari menggema di seluruh ruangan kelas.

Para siswa dan siswi bergegas keluar dari pintu gerbang.

Sudah beberapa menit Kobe duduk manis di atas motor sportnya. Mata hitamnya yang agak sipit terus memperhatikan orang-orang yang melewati pintu gerbang itu.

"Yuri chan, maaf aku tidak bìsa pulang bersamamu hari ini. Aku harus ke bandara menjemput ibuku. Kau tidak apa-apa kan?"tanya Mine sambil membetulkan ikatan rambutnya.

"Tidak apa-apa Mine chan, biar aku pulang sendiri sa...."

"Kakak...!" teriak Kobe memanggil Yuri.

"Huh, mau apa bocah itu?"

Yuri menghela napas, sebagai jawabannya Mine hanya mengangkat bahunya.

"Maaf aku tidak bisa menemanimu, besok berkunjunglah kerumahku. Ibuku pasti ingin bertemu denganmu."

"Baiklah, sampai jumpa Mine chan"

"Sampai jumpa Yuri chan. Hei Kobe jaga Yuri-ku baik-baik...!" teriaknya, Kobe mengangguk kemudian melambaikan tangannya.

Yuri menautkan alisnya kemudian melangkah mendekati Kobe.

"hei bocah, apalagi yang kalian berdua rencanakan?" sewot Yuri.

Kobe hanya tertawa mendengarnya.

"Ayo cepat."

"Mau kemana?"

"Ke kampus Ryu."

"Mau apa?"

Sebagai jawabannya Kobe hanya memberikan senyuman manisnya, kemudian cepat-cepat memakaìkan helm pada Yuri.

"Hei, kau...?!!!"

"Cepat naik" paksa Kobe.

Akhirnya yuri pasrah menuruti kemauan adik sepupu suaminya ini.

"Apa yang kalian rencanakan? Awas saja kalau macam-macam aku akan buat perhitungan dengan kalian."

->

Early weddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang