Chapter 2X

13.5K 224 11
                                    

"Orang tua kami yang merencanakannya. Aku di beritahu mendadak, begitu juga dia."

Senyuman tipis terukir di bibirnya. Hanya satu bulan sebelum acara pernikahan.

"Mendadak?! aku tidak percaya, ini benar-benar gila!! Aku heran, kenapa kau tidak menolak? Dia-dia itu masih kecil."

"Aww..aww Kenzie!!!"

"Ah, ya maaf-maaf."

Kenzie sangat penasaran, sehingga tanpa sadar ia mengompres mata Yoshi dengan kasar.

"Awalnya aku memang menolak tapi aku berubah pikiran setelah tanpa sengaja dia menabrak punggungku untuk kedua kalinya."

"Ba-bagaimana bisa? Bukannya waktu itu kau hanya diam saja?" Toru ikut bertanya.

"Kami tidak saling kenal waktu itu. Ibuku hanya memberikan foto dan biodatanya saja padaku."

Kenzie berseru mendengarnya, "gila! Kau gila Ryu. Kau hanya melihat fotonya saja kemudian bertemu tidak sengaja dua kali dan-dan kau setuju untuk menikahinya?!"

"Aaagghh...Kenzie!! Kau mau membunuhku hah?!" Yoshi marah-marah.

Lagi-lagi Kenzie menekan matanya keras-keras, akhirnya Yoshi merebut handuk pengompres yang Kenzie pegang dengan kasar. Kenzie melirik tidak peduli, ia sedang penasaran tingkat tinggi.

Ryu merapikan rambut Yuri sambil berkata dihati, "Seandainya kalian tahu, gadis mungilku ini lebih gila dariku. Dia tidak tau apa-apa tentangku, bahkan melihat fotoku pun tidak."

Toru dan Kenzie saling pandang melihat Ryu senyum-senyum sendiri.

"Hei Ryu? Kau baik-baik saja?" tanya Toru cemas.

"Ya."

"Kalau begitu jawab pertanyaanku!" seru Kenzie tidak sabar.

"Aku bingung menjelaskannya Kenzie, yang pasti aku merasa ada yang aneh disini."

Ryu menyentuh dada sebelah kirinya dengan telunjuk.

Semua kembali terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Ryu tidak heran melihat wajah bingung ketiga temannya. Awalnya Ryu juga bingung akan perasaan aneh yang di rasakannya itu. Namun setelah beberapa lama, dirinya yakin akan rasa yang ada di hatinya. Ia telah jatuh cinta pada gadis berumur 17tahun. Gadis berbadan mungil pilihan orangtuanya. Gadis yang suka mengigit boneka beruangnya bila kesal. Gadis yang selalu berteriak padanya. Gadis yang selalu membuat Ryu tidak bosan untuk terus menggoda sampai kedua pipinya memerah. Yuri adalah gadis pertama yang mengisi ruang hatinya.

Kenzie menghela napas berat, "lalu kenapa kau tidak pernah bercerita kepada kami?"

Ryu berbalik, duduk di atas permadani punggungnya disandarkan pada sofa tempat Yuri berbaring.

"Semua ini sengaja dirahasiakan, hanya keluarganya dan keluarga besarku saja yang tahu. Dia masih sekolah, kalau sampai pihak sekolah tahu...."

Toru cepat menyela, "kau tenang saja, kami tidak akan bilang pada siapa-siapa. Bukan begitu?" ia bertanya pada kedua temannya.

"Tentu saja kawan, percaya pada kami. Benarkan Yoshi?" Kenzie memandang serius.

"Emm..memang kenapa kalau sampai pihak sekolahnya tahu?" tanya Yoshi polos.

"Tentu saja akan di keluarkan, bodoh" jawab Kenzie sambil menjitak kepala Yoshi.

"Aww, kenapa kau memukul kepalaku hah?! Kemari aku balas kau!" Yoshi berdiri menubruk Kenzie untuk membalas. Toru dan Ryu menghela napas bersama melihat tingkah kedua temannya.

"Eh, Toru. Sudah setengah jam lebih Yuri pingsan, aku sangat cemas."

"Semoga sebentar lagi dia siuman. Emm..dia pingsan karena kelelahan dan sedikit tertekan. Keadaannya belum sehat benar. Ia terlihat sangat kaget saat melihat kami tadi, mungkin karena takut rahasia ini terbongkar," jelas Toru.

"Aku tahu, pasti rahasia pernikahan ini sangat membebani pikirannya."

"Sebenarnya sejak melihat kalung yang kalian pakai, aku sudah menduga kalian lebih dari sekedar dekat."

Yoshi merapihkan rambut pirangnya dengan tangan. Kenzie meletakan kembali majalah yang hendak dipukulkannya.

Semua mata memandang bertanya kepada Yoshi.

"Ini aku kembalikan, maaf terpaksa aku menyimpannya untuk penyelidikan. Kau tau, aku sampai tidak bisa tidur berhari-hari karena penasaran pada foto ini."

Yoshi menyerahkan selembar foto pada Ryu.

Didalam foto itu seorang gadis bergaun putih selutut nampak memakaikan kalung pada Ryu. Model rambutnya yang di tata rapi serta kain tipis yang tergerai di belakang tiaranya membuat siapapun menilai ia adalah seorang pengantin.

"Ini?" Ryu memerhatikan foto yang telah lama di carinya.

"Foto itu terselip di buku yang aku pinjam."

"Sini-sini aku lihat," Kenzie dan Toru merebutnya. Ryu menyentuh kalungnya kemudian menatap Yoshi yang tengah melipat tangan di dada.

"Aku lihat kalung itu berbahan emas putih murni berbandul inisial nama kalian dan tanggal pernikahan serta nama lengkap kalian berdua di bagian belakang."

Yoshi mengecilkan suaranya.

"Kau tahu dari mana?"

"Ha..ha..ha..tidak sengaja sewaktu kita main basket dua lawan dua waktu itu."

Ryu berpikir mencoba mengingat, waktu itu Yoshi terus mendekatinya.

"Oh, ternyata itu maksudnya. Pantas berkali-kali kau memuji kalung ini dan memaksa untuk memegangnya," Ryu tersenyum penuh arti.

"Wah, bukankah ini ibumu?"

"Yang ini pasti ibunya Yuri, lihat warna rambutnya sama. Aku tidak menyangka gadis ini Yuri, cantik sekali. Hei, coba aku lihat kalungmu," Kenzie ribut sendiri.

Perlahan bulu mata Yuri bergerak, sinar terang yang tiba-tiba di lihatnya membuat mata cantiknya mengerjap beberapa kali. Keheningan yang dirasakannya kini berganti dengan suara-suara berat pria yang terdengar berisik di telinganya.

Sekali lagi Yuri mengerjapkan matanya. Sebuah tanda hitam berbentuk kecil yang terdapat di bawah pundak kanan seseorang membuatnya menyipitkan mata.

Ia merasa mengenal punggung orang yang tengah duduk membelakanginya ini. Tapi tandanya?

---

Early weddingWhere stories live. Discover now