Vol 3 halaman 25

12.4K 232 22
                                    

Sachiko mengetuk-ngetuk jarinya kesal. Ia sengaja meminta supirnya untuk memarkirkan mobil barunya tepat di halaman gedung apartemen Yuri.

Sudah dari pagi-pagi buta ia ada disana. Ia tidak mau keduluan lagi oleh Yoshi seperti kemarin. Sudah capek-capek menunggu, eh Yuri malah diajak pulang oleh Yoshi.

Pokoknya, hari ini ia harus berhasil mendekati Yuri, pikirnya.

Sebuah motor sport merah yang tiba-tiba melewati mobilnya membuat Sachiko sedikit terperajat. Ia tahu siapa pengemudinya, pastilah Kobe bocah posesif itu, pikirnya.

"Kenapa ia bisa muncul dari sini?" herannya, namun sedetik kemudian Sachiko tersenyum karena melihat Kobe mengendarai motornya sendiri.

"Bagus," gumannya, tanpa bocah itu berarti Yuri akan lebih mudah untuk didekati.

Belum juga Sachiko duduk kembali dengan tenang, sebuah motor matic hitam yang lewat di depan mobilnya membuat ia kembali terperajat. Ia kenal siapa pengemudi bertubuh tinggi besar yang terlihat tidak cocok dengan kendaraannya itu.

"Toru ..." Sachiko membuka matanya lebar-lebar, "Kenapa ia ada disini?" tanyanya sangat heran.

Sesaat kemudian ia ingat sesuatu. Sudah tiga hari ini Ryu tidak muncul di kampus. Teman-teman kampusnya bilang Ryu sakit.

Hanya ... "ah, mungkinkah Ryu juga tinggal disini? Tapi ... Tidak-tidak" Sachiko mengeluarkan sesuatu dari tasnya, "bukankah pegawai TU sekolah yang ditanyainya mengatakan Ryu dan sepupunya memiliki tempat tinggal berbeda? Arrggh, sial ...! Kenapa petugas itu tidak mau memperinci keterangannya," geram Sachiko.

Waktu itu petugas TU yang ditanyai Sachiko hanya memberitahukan sedikit informasi tanpa menjelaskan detailnya. Untung saja ia mencatat alamat-alamat itu. Yang satu alamat gedung apartemen ini dan yang satu alamat gedung apartemen lain yang ia yakini sebagai tempat tinggal Ryu.

Sachiko meremas tangannya, "tidak mungkin Ryu tinggal disini bersama Yuri, tapi ... Toru, kenapa ia ada disini? Mungkinkah ...?"

Sachiko mendengus kesal, hanya mungkin dan mungkin saja yang bisa ia pikirkan sekarang. Rasa tidak sabar jadi berkali-kali lipat dihatinya, ia ingin segera bertemu Yuri, mendekatinya, menjadi temannya, mengorek informasi agar keraguanya hilang dan yang terpenting membuat Ryu menyukainya. Sudah dari awal kuliah dahulu ia menyukai Ryu. Sering kali ia mengikutinya bahkan memberikan berbagai perhatian kepadanya. Tetapi itu semua tetap tidak kunjung membuat sifat dingin Ryu padanya hilang. Memang bukan hanya padanya saja Ryu bersikap cuek dan dingin seperti itu. Para gadis di kampus juga mendapat perlakuan yang sama.

"Tapi aku Sachiko, bukan mereka," itu yang selalu dikatakan oleh dirinya.

Ia adalah Sachiko, putri dari pengusaha besar yang harus selalu mendapatkan apa yang diinginkannya, tidak peduli bagaimana caranya, tidak peduli apa resiko dari cara yang di tempuhnya.

"Ryu harus jadi milikku, aku harus mendapatkannya dan menyingkirkan semua pengganggu yang menghalangi langkahku," tangan Sachiko mengepal, matanya bersinar tajam.

Di dalam apartemen, Mine masih berusaha membangunkan Yuri. Sekarang waktu sudah menunjukan pukul enam lebih lima belas menit akan tetapi temannya ini belum mau bangun juga.

"YURI CHAN ...! Mau sekolah tidak sih ...!"

Untuk kesekian kalinya Mine berteriak. Ia sudah tidak peduli lagi pada penilaian cowok keren yang dari tadi meliriknya dengan aneh. Sahabatnya ini benar-benar sudah membuatnya gemas.

"YURI CHAN ...!"

"Ehm ...."

Kepala Mine langsung menoleh, tangannya langsung membekap mulutnya sendiri saat melihat siapa yang tengah berdiri dibelakangnya.

Early weddingWhere stories live. Discover now