Chapter 1o

16.6K 267 1
                                    

"Itu di jok depan." Riyu mengambilnya lalu memberikan boneka itu pada yuri.

Yuri tersenyum senang lalu memeluk bonekanya.

"Ya ampuun kakak ipar apa riyu masih kurang besar untuk di peluk?" Kobe terkekeh pelan.

'Pletaak'

Yuri memukul kepala kobe.

"Aaw.. Jangan galak-galak donk!!" Kobe mengusap kepalanya.

Riyu menahan tawa sedang yuri menggigit telinga bonekanya karena malu wajahnya memerah 'Huh bocah usìl' Kata yuri di hati.

"Eh riyu besok antarkan aku ke sekolah baruku yah?" Kobe berkata manja.

"Apa? Kau kan sudah besar pergi saja sendiri." Riyu mengambil buku lalu mulai membacanya, yuri diam-diam memperhatikan riyu yang memakai kacamata saat belajar.

"Oh ayolah riyu, aku grogi di hari pertamaku sekolah. Tidak ada yang ku kenal bagaimana?" Kobe sewot.

"Kalau begitu jangan pindah sekolah." Kata riyu acuh.

"Mana bisa begitu, ayah kan pindah tugas ke tokyo aku tidak mau tinggal di hokaido sendiri." Kobe sewot kembali.

Riyu diam saja.

"Memangnya kau mendaftar ke sekolah mana?" Riyu masih tetap membaca bukunya.

"Smu watari." Kobe berkata serius.

"Emm.. Klo begitu aku tidak perlu mengantarmu." Riyu menutup bukunya.

"Kenapa? Kau tega sekali.

Kakak ipar tolong bantu aku membujuk riyu." Rengek kobe.

"Ssst... Jangan berisik." Riyu berbisik.

Kobe heran lalu melihat ke kaca spion, ternyata yuri tengah tertidur riyu menyandarkan kepala yuri di bahunya.

"Cepat sekali.." guman kobe.

"Dia sangat lelah hari ini." Riyu memainkan rambut yuri sedang kobe tersenyum melihat riyu.

Distrik shinjuku sangat ramai di malam hari. Orang-orang masih memadati jalanan untuk menikmati malam walau hawa dingin menembus keramaian.

Hanya memerlukan waktu setengah jam untuk mereka sampai di apartemen hananomiya yang luas.

Riyu menggendong yuri kedalam kamarnya, melepas sepatu dan jaket yuri lalu menyelimutinya.

"Kau selalu membuat jantungku ingin melompat keluar saat aku ada di dekatmu, apa kau juga merasakan hal yang sama padaku?" Riyu membelai lembut pipi yuri.

"Kenapa aku begitu yakin kau juga merasakan perasaan ini padahal ini baru malam ketiga untuk kita." Riyu tersenyum lalu melangkah keluar dari kamarnya.

Ternyata kobe sudah tertidur pulas di sofa, riyu menyelimutinya lalu mengambil buku dan menyalakan laptopnya.

Jam sudah menunjukan pukul dua dini hari, yuri merasa tenggorokannya kering.

Dengan mata yang belum terbuka benar yuri berjalan ke arah dapur membuka kulkas lalu meminum segelas air putih.

Matanya benar-benar tidak bisa di ajak kompromi.

'duuk..'

"aw.. Siapa sih yang meletakan tembok di sini..!!" kata yuri memaki sambil mengelus jidatnya yang menabrak tembok.

"Pastinya bukan aku yang meletakan tembok itu disitu." Riyu tertawa pelan.

Yuri memaksakan matanya untuk terbuka.

"Riyu kok belum tidur?" Yuri kaget melihat riyu.

"Tugasku baru selesai." Riyu melepas kacamatanya lalu memijit-mijit keningnya.

Yuri berjalan mendekati riyu lalu melihat kobe yang tengah mendengkur.

"Kemarilah.." Kata riyu manja.

"A..apa? Kau mau apa?" Yuri gugup.

"Tidak.. Hanya ingin duduk di dekat mu." Riyu menyingkirkan buku-buku tebal dan gelas besar berisi air kopi dari sekitarnya.

Yuri ragu-ragu sejenak lalu duduk di dekat riyu.

"Apa yang kau kerjakan?" Yuri mengintip laptop di hadapannya.

"Memeriksa pembukuan keuangan perusahaan ayah." Riyu meletakan kepalanya di pangkuan yuri.

Yuri kaget dan gugup 'Aduh.. Orang ini selalu membuat aku mau pingsan saja.' Yuri gemas di hati.

"Kau kenapa?" Riyu merasa yuri menjadi tegang.

"Izinkan aku seperti ini sebentar saja. Bolehkan?" Riyu memandang yuri lembut.

Yuri mengangguk pelan.

"O ya mungkin nanti kobe akan sering main ke sini, apa kau tidak keberatan?" Riyu memejamkan matanya berusaha melenyapkan rasa lelahnya.

"Tentu saja tidak, aku senang memiliki saudara kau tau sendiri aku dan orang tuaku anak tunggal." Yuri memperhatikan wajah riyu.

"Syukurlah.. Aku senang mendengarnya." Riyu berkata lega matanya masih tertutup.

"Kobe itu putra siapa? Kelihatannya dia manja padamu." Yuri tersenyum mengingat sikap kobe tadi.

"Dia putra adik ayah ku satu-satunya, ibunya meninggal sewaktu melahirkannya.

Kami di besarkan bersama."

"Oh.. Emm lalu apa yang terjadi dengan giginya?" Yuri kaget karena tiba-tiba riyu membuka matanya lalu tersenyum.

"Maksudnya?" riyu tidak mengerti.

"Aku benar-benar yakin sewaktu acara emm...kita giginya tampak hitam dan ompong." Yuri melihat kobe yang tidur telungkup.

"Maksudnya acara emm...kita apa?" Riyu pura-pura tidak mengerti.

"Aduh... Itu tu acara waktu itu, di villa dekat pantai. Masa sudah lupa kan baru tiga malam yang lalu." Yuri cemberut dan curiga riyu sedang menggodanya.

"Acara apa? Yang mana?" Riyu tersenyum jahil dirinya benar-benar menggoda yuri.

Yuri kesal lalu berteriak "PERNIKAHAN KITA...!!! Puas?".

"Mana mana? Ikan pausnya mana?" Kobe terbangun lalu celingak-celinguk.

'Pletaakkk'

"Tidur lagi sana" Yuri memukul kepala kobe.

"Aww... Sakit." Kobe mengelus kepalanya sedang yuri sudah siap mau memukulnya lagi.

"Ya..ya.. Aku tidur lagi nih.. Eh riyu biar lebih bebas bertindak sebaiknya kau menggendong kakak ipar ke kamarnya lagi, bagaimana?" Kobe cekikikan.

"A..apa? Siapa?" Yuri kaget. 'Memangnya siapa yang di gendong? Apa tadi aku benar-benar di gendong oleh riyu? Aaggh... Tidak mungkin kok tidak kerasa?' Yuri sewot di hati.

'Dukk..'

"Aduuh..." Kepala riyu terbentur lantai karena yuri berdiri tiba-tiba.

"Huh rasakan dasar makhluk iseng kurang kerjaan." Yuri menghentak-hentakan kakinya menuju kamar lalu

'Bruuk' Pintunya di banting.

"Yah marah.." Kobe dan riyu tertawa-tawa.

Yuri kesal mendengarnya.

Early weddingWhere stories live. Discover now