Vol 3 halaman 30

10.6K 173 4
                                    

Kenzei bergegas memakai jaket tebal birunya. Mengunci apartemen Ryu kemudian segera berlari menuju ke pintu lift. Beberapa kali ia memencet tombol lift itu dengan tidak sabar sampai akhirnya pintu lift itu terbuka. Tanpa membuang waktu lagi ia cepat-cepat memasukinya, kemudian menekan angka 'D1' untuk bisa sampai ke lobi gedung apartemen.

"Aaargh, cepat-cepat, lambat sekali," gerutunya memaki lift yang terasa olehnya turun dengan sangat perlahan.

Tadi sewaktu dirinya tengah tertidur menunggu Ryu, ponselnya berbunyi terus menerus. Dengan mata setengah melek ia menjawab orang yang meneleponnya itu. Detik berikutnya matanya langsung melebar. Ternyata orang yang meneleponnya itu adalah Yoshi.

"Permisi, ini" katanya seraya memberikan kunci apartemen Ryu kepada paman Ushio yang kebetulan tengah berdiri tidak jauh dari pintu lift lantai dasar.

Paman Ushio yang baru tersadar dari rasa kagetnya berusaha memanggil Kenzie. Namun pemuda berambut agak coklat muda itu sudah keburu pergi.

Kenzie berlari secepat yang ia bisa. Beberapa kali tanpa sengaja ia menubruk atau menyenggol orang-orang yang dilewatinya. Kenzie harus bergegas menjemput Yuri kemudian mencari Ryu. Beberapa jam yang lalu Ryu meminjam mobil Jeep kuning milik Kenzie karena malas mengeluarkan mobil miliknya sendiri yang berada digarasi apartemennya.

"Taksi ...!" serunya keras sambil berlari mengejar mobil yang baru saja melewatinya.

***

Kobe mengerem motornya tiba-tiba. Sebuah mobil dengan sengaja menghalangi jalannya. Dari balik kaca helm yang dipakainya Kobe melihat beberapa orang pria bertubuh kekar turun dari mobil itu. Mereka tampak meregangkan ototnya sebelum berjalan perlahan mendekati Kobe yang masih mematung di atas motornya.

Sinyal-sinyal bahaya mulai terasa, tetapi Kobe tetap tidak bergerak.

Salah satu dari tujuh pria itu memberi isyarat dengan tangannya meminta Kobe untuk turun dari motornya.

Kobe pun lalu menuruti isyarat itu, dengan gaya yang dibuat cool ia melepas helm yang dipakainya.

"Apa kita punya masalah?" tanya Kobe masih dengan gaya coolnya.

Ia terinspirasi oleh gaya Artis dalam film-film action yang sering ditontonnya.

"Tidak, tetapi bos kami punya masalah denganmu," jawab seorang yang lain sambil meregangkan telapak tangannya yang besar.

"Mana bos kalian? Apa dia begitu takut padaku sehingga menyuruh badut-badutnya untuk menyelesaikan masalahnya denganku?" cibir Kobe.

"Tutup mulutmu bocah...!"

"Wow, hebat-hebat," Kobe bertepuk tangan ketika melihat mereka semua akan maju menyerangnya. "Apa bocah sepertiku benar-benar membuat kalian tidak percaya diri untuk maju sendiri-sendiri?" tanya Kobe dengan nada mengejek.

Ke-tujuh pria yang akan menyerangnya saling pandang satu sama lain, mereka tidak dapat menyembunyikan kekesalannya pada bocah yang berdiri santai dihadapan mereka sambil melipat tangannya didada itu.

Mereka tidak tahu kalau sebenarnya Kobe ketakutan setengah mati melihat mereka bertujuh. Jujur saja Kobe tidak memiliki kemampuan berkelahi seperti Ryu.

***

"Yoshi...! Cepat naik," seru Toru dari atas motornya.

Saat tengah melintasi jalan menuju kampusnya tanpa sengaja ia melihat Yoshi tengah dikejar-kejar oleh belasan orang. Diam-diam ia membuntuti mereka dengan mengambil jalur jalan raya.

"Toru," Yoshi terengah-engah, "tidak ada yang mengejarmu?" tanyanya setelah temannya itu menjalankan motor maticnya.

Para preman yang mengejar Yoshi tampak kelabakan melihat incarannya pergi begitu saja dengan menumpang pada motor.

Early weddingWhere stories live. Discover now