Vol 3 halaman 24

12K 227 23
                                    

"Sudah jam sembilan malam, kenapa dia belum juga bangun?"

"Seharusnya dia sudah sadar, kita tunggu saja," Toru menjawab pertanyaan Kobe.

Samar-samar Mine mendengar suara berisik pria-pria itu. Matanya jadi mengerjap pelan.

"Hei, dia sadar...!" seru Kobe heboh.

Mine yang mendengarnya mengernyitkan kening sesaat, matanya terasa silau oleh cahaya lampu. Setelah sepasang matanya membuka sempurna, ia mulai memerhatikan sekitarnya. Empat orang pria dan seorang wanita tengah mengelilinginya. Beberapa saat ia tampak berpikir, seolah mengumpulkan memori-memorinya yang berserakan. Yuri dan ke-empat orang pria yang berada disisi kanan kiri tempat tidur terlihat kompak menatap Mine dengan cemas.

"Huwaaa ...!" teriak Mine histeris sambil melonjak bangun.

"Aku ingat, aku ingat, aku ingat ...!" katanya sangat panik.

Yuri langsung memeluknya, "Mine chan ..." katanya sedih sekaligus menenangkan.

Seketika Mine terdiam menjadi kaku, matanya melirik Yuri yang sudah mulai meneteskan airmatanya.

Ryu memberi kode kepada ketiga pria disampingnya untuk segera pergi meninggalkan mereka berdua. Dalam keadaan masih bingung karena otaknya seperti masih memproses, Mine mengikuti kepergian empat pria itu dengan matanya sampai mereka menghilang dari pandangan.

"Hei, Ryu, kenapa ..."

"Biarkan mereka bicara berdua," jawab Ryu cepat memotong kata-kata Kobe.

Ia berjalan tenang kemudian merebahkan badannya di atas sofa.

Sejenak Kobe dan ke-dua temannya hanya terdiam memerhatikan Ryu yang tengah memandangi langit-langit ruang tengah. Mereka semua tampak sibuk dengan pikirannya masing-masing. Semua orang memang punya masalah sendiri-sendiri. Toru dan Kenzie saling bertatapan penuh arti.

"Semua akan baik-baik saja Ryu," Toru menepuk pundak temannya itu.

"Selalu ada kebaikan dalam semua kejadian, kau harus ingat kata-katamu itu kawan," Kenzie menimpali.

"Itu benar," Kobe ikut-ikutan, heboh sendiri.

Ryu hanya menganggukan kepalanya pelan, matanya masih menerawang. Ia yakin selama ini Yuri seolah menanggung beban dengan adanya pernikahan itu. Ketakutan Yuri akan dikeluarkan dari sekolah bila ada pihak-pihak lain yang tahu akan pernikahannya, itu adalah beban terberat istrinya, pikir Ryu. Semoga bebannya bisa berkurang setelah Mine yang merupakan sahabat kecilnya itu mengetahui semuanya, harap Ryu sambil memejamkan matanya.

Ada kalanya peran sahabat itu dibutuhkan untuk saling berbagi dan mendukung.

***

Jam di dinding sudah menunjukan pukul lima pagi.

Sudah satu jam lebih Mine memandangi foto dalam ukuran sangat besar yang tergantung di tembok kamar sahabatnya ini.

Ia melihat Yuri tampak sangat cantik dan anggun dalam balutan gaun pengantinnya yang berwarna putih dengan panjang selutut. Ia tampak sangat serasi dengan pria tampan disebelahnya walaupun tinggi Yuri hanya sebatas pundak pria itu saja. Senyuman keduanya pun terlihat mengembang ceria.

Pelan-pelan Mine membalikan badannya menghadap ke arah Yuri yang tengah tertidur pulas disampingnya sambil memeluk boneka beruang besar. Mine merasa hatinya sangat senang dan lega. Rasa penasaran dan kesalnya sudah hilang tanpa bekas. Tadi malam Yuri sudah menceritakan semua hal yang selama ini ia coba tutupi darinya. Yuri juga memberi alasan kenapa selama ini ia tidak pernah bercerita apapun kepadanya.

"Dasar Yuri chan bodoh, tentu saja aku akan merahasiakannya. Kau harus tahu, aku akan melakukannya dengan senang hati," bisik Mine sambil memainkan rambut panjang Yuri.

Ia tersenyum membayangkan kejadian-kejadian yang lalu. Mereka berdua sudah berteman sejak sekolah dasar. Mine yang sama-sama anak tunggal selama ini selalu menganggap Yuri sebagai saudara kandungnya sendiri. Jadi tentu saja ia akan merahasiakan tentang pernikahan sahabatnya ini dari siapapun. Mine juga tidak mau kalau sampai pihak sekolah tahu dan mengeluarkan Yuri chan-nya ini. Apalagi sebentar lagi mereka akan menempuh ujian akhir. Dalam hati ia bahagia melihat Yuri menikah dengan pria seperti sensei Yoroshii Ryu. Ia yakin kalau pria itu dapat menjaga dan membahagiakan sahabatnya ini.

___

"Selamat pagi," sapa Toru dengan gaya keren.

Ia baru saja keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Mine memandangnya tanpa kedip. "Tampannya ...," gumannya pelan tanpa sadar.

"Hei, aku yang pakai kamar mandi ini duluan yah? Tidak apa-apa kan?" kini Kenzie yang mengajaknya bicara.

Ia melewati Mine yang terbengong-bengong memandangnya.

"Ah yang ini juga keren ... tunggu, aku seperti pernah melihatnya. Kyaaa ...! Yuri chan ...."

kata-kata Mine terhenti, matanya seketika jadi membulat kaget saat melihat sahabatnya ini kini tengah tertidur kembali di kursi meja makan sambil masih memeluk boneka besarnya. Rambut Yuri tampak acak-acakan, sesekali tangannya bergerak menggaruk-garuk pipinya.

Tepat dihadapannya Toru dengan santai menikmati kopi sambil membaca diktat kuliahnya. Ia seperti tidak terganggu dan terlihat sudah biasa dengan pemandangan dihadapannya-Yuri dengan gaya tidurnya-.

Mine menggelengkan kepalanya cepat, sungguh memalukan, ia tidak habis pikir, bisa-bisanya Yuri chan tidur seperti itu dihadapan cowok keren seperti dia, sungguh ini tidak dapat dipercaya pikirnya.

Dengan malu-malu ia mendekati sahabatnya, "hei, Yuri chan?" bisik Mine membangunkan.

Sesekali matanya mencuri pandang kearah Toru, ia takut kalau suaranya ini akan mengganggu.

"Yuri chan, bangun hei ..." kata Mine pelan sambil mengguncang-guncang bahunya.

Yuri tetap tidak juga bangun, ia malah mengganti posisinya. Kini kepalanya ada di atas meja dengan sebelah tangan menjulur kedepan tepat dihadapan cangkir kopi Toru. Dengan canggung Mine melirik ke arah Toru bermaksud meminta maaf akan sikap sahabatnya ini. Tetapi Toru terlihat tenang-tenang saja, tanpa melepas pandangan dari diktatnya ia menjauhkan cangkir kopi itu dari tangan Yuri.

Mine jadi gemas melihat Yuri, "Yuri chan, hei-hei, Yuri chan, apa yang kau lakukan? Ayo bangun ... Bikin malu saja, hei lihat, siapa yang ada dihadapanmu itu? Yuri chan, Yuri chan ayo bangun ...."

Tapi Yuri tidak juga bangun, Mine jadi sangat gemas, ia menarik napas kemudian, "YURI CHAN ....!!" teriaknya.

"Uhuk ... Uhuk ... Uhuk," Toru tersedak karena kaget.

Mine menepuk keningnya karena malu, "aduh, maaf. Kau tidak apa-apa?" Mine yang bingung segera memberikannya segelas air putih.

Toru masih terbatuk sambil menggeleng. Di dalam hati Mine memaki dirinya sendiri bodoh. Sesaat matanya tanpa sengaja melihat ke arah kursi tempat Yuri tidur tadi yang telah tampak kosong.

"Kemana dia?" katanya sambil mencari-cari, "ya ampun, Yuri chan ...?!" gemasnya.

Sahabatnya itu ternyata pindah ke ruangan tengah tepat di atas permadani dekat televisi. Sekarang ia bergaya seperti katak sambil tetap memeluk bonekanya. Tidak jauh dari sana Kenzie yang baru keluar dari kamar mandi duduk disofa ruang tengah dengan tenang sambil menonton berita, ia juga terlihat tidak terganggu dengan gaya tidur Yuri.

Mine yang baru melihat pemandangan ini tampak gelisah, "huh ... Yuri chan, kau bikin malu saja," katanya dihati.

Matanya terus melihat wajah tampan Kenzie yang tampak tenang-tenang saja.

Early weddingWhere stories live. Discover now