Chapter 1l

17.2K 246 3
                                    

"Ok kita buka dalam hitungan ketiga, siap..?" Kata yuri lalu menarik nafas dalam-dalam.

"Hmm.." Riyu tersenyum melihat wajah yuri.

Satu... Yuri memegang pegangan pintu.

Dua... Yuri menahan nafasnya.

Ti...ga..

'Cekleeek' Mereka membuka pintu perlahan.

"Wow kamarku benar-benar kuning." Yuri tersenyum senang melihat dinding kamarnya berwarna kuning, bahkan lemari dan meja belajarnya pun berwarna kuning kecoklatan.

"Hmm.. Kamarku berwarna putih tapi lihat meja belajar dan lemarinya berwarna biru, dari mana mereka tau warna kesukaan ku?" Riyu memandang heran.

Diam-diam yuri tertawa lalu mengeluarkan note booknya.

"Ok, jadi warna kesukaannya pu..tih dan bi..ru." Yuri sibuk mencatat.

"Kau menulis apa?" Riyu penasaran lalu akan melangkah mendekati yuri.

"Eit.. Jangan mengintip ini bukan apa-apa, ayo kita masuk kekamar kita masing-masing." Yuri segera memasukan note book kecil kedalam saku roknya.

Riyu berpikir sejenak lalu teringat kebiasaan yuri yang selalu membawa buku kecil di sakunya untuk menulis sesuatu yang penting karena yuri sangat pelupa.

"Kenapa melamun? Ayo masuk." yuri tersenyum sedang riyu diam saja.

Mereka melangkah bersama melalui pintu masing-masing. Hamparan papan kayu yang mengkilat sebagai lantai membuat suasana kamar menjadi lebih hangat.

Mereka terus melangkah kedalam tanpa melihat kesekeliling dan tanpa menyadari sesuatu karena mereka masih sibuk melihat lemari, lantai papan yang mengkilat dan meja belajarnya.

Saat mata yuri mulai melihat kesekeliling tiba-tiba yuri berteriak "TIDAK..!!!" Lalu segera berlari keluar kamar.

Riyu merasa suara yuri begitu dekat dan mulai melihat kesekeliling kamarnya.

"Ini tidak mungkin.." Yuri benar-benar kaget sedang riyu mematung di tempatnya dengam mulut terbuka.

"Apa tidak salah?" Riyu berguman setelah berdiam beberapa saat riyu mulai berjalan mengelilingi kamarnya.

"Pasti aku salah lihat." Yuri mengucek matanya sambil meyakinkan hatinya.

Ini benar-benar keren dan unik." Riyu tersenyum sendiri.

"Aku harus memastikannya sekali lagi" Yuri berjalan memasuki kamarnya kembali.

"Yuri lihat tidak ada tembok pembatasnya." Riyu berjalan mondar mandir dari ujung kamarnya ke ujung kamar yuri.

"IBU...!!!" Yuri berteriak histeris riyu segera menutup telinganya dengan tangan. Ternyata mereka satu kamar hanya terkesan seperti kamar yang berbeda saat pertama membuka pintu, seperti huruf 'V' karena setelah melewati pintu terdapat lorong lalu lemari pakaian, semakin kedalam semakin luas ruangannya sehingga sejak pertama masuk mereka tidak menyadarinya.

Yuri terduduk di lantai lalu berguman kesal "Mereka... Pasti mereka apa-apaan sih untuk apa ada dua pintu, dua lemari, dua tempat tidur kalau akhirnya..."

"Jadi seharusnya ada satu tempat tidur yah?" Tiba-tiba riyu berbisik di telinga yuri.

"Dak.. Duk.. " Yuri kaget lalu spontan menyikut riyu yang duduk di samping belakangnya.

"Uhuk..uhuk.. Kau ini senang sekali menyakiti ku yah?" Riyu terbatuk ternyata yuri menyikut dadanya.

"Geniit... Geli tau." Yuri mengusap telinganya dengan kesal wajahnya memerah. 'Ah.. Bodoh kenapa aku harus menikah dengan orang iseng seperti dia. Bikin kaget saja hmm...' Yuri berkata gemas di hati.

"Mau bagaimana lagi sepertinya di apartemen kita tidak ada kamar tidur lain." Riyu duduk di hadapan yuri lalu menyender di tembok.

Yuri hanya cemberut sambil memaki di dalam hati 'Arsitek bodoh, masa apartemen sebegini canggih menyediakan kamar aneh seperti ini.. Ah aku kesal.." Yuri berteriak di hati sambil menggigit kerah jaketnya.

"Ini" Riyu menyodorkan tangannya.

"Apa?" Kata yuri aneh.

"Aku tau kau sedang kesal gigit saja tanganku." Riyu tersenyum lembut.

"Apa? Kau aneh." Jantung yuri berdebar kencang dirinya merasa pernah mengalami kejadian seperti ini namun tidak dapat mengingatnya.

"Ini" riyu memaksa.

"Benar boleh?" Yuri tidak percaya riyu hanya mengangguk.

Yuri memegang tangan riyu dengan gemetar.

"Ah.. Tidak jadi" yuri melepaskan tangan riyu dan kembali memasang wajah cemberut. 'Tempat tidurku berdekatan begini, beruangku bagaimana ini? Ibu..' Yuri berkata kesal dihati.

"Kau kenapa? Apa yang kau pikirkan?" Riyu memandang mata yuri.

"Tidak ada, aku lapar" Yuri berdiri.

"Tunggu sekarang jam?" Yuri segera melihat jam tangan riyu.

"Ada apa?" Riyu kaget.

"Mine.." Yuri segera berlari keluar apartemennya.

"Apa?" Riyu tidak mengerti lalu mengejar yuri.

Yuri terus berlari yang ada di bayangannya adalah mine yang sedang kesal menunggunya.

"Hei.. Kau mau kemana?" Riyu membuka pintu mobilnya.

Sesaat yuri mengatur nafasnya yang putus-putus.

"Mine.." Yuri memegang lututnya.

"Apa?" Riyu masih belum mengerti.

"Aku ada janji dengan mine." Yuri mulai bernafas normal.

"Naik aku akan mengantarmu." Riyu tersenyum.

"Tapi nanti dia.."

"Naik, dia tidak akan tau." Kata riyu meyakinkan.

Yuri segera masuk kedalam mobil.

"Bodoh, apa kau akan pergi kesana dengan berlari?" Riyu mulai menjalankan mobilnya.

"Tentu saja tidak" Yuri menautkan alisnya.

"Lalu kenapa kau tidak membawa tasmu, uangmu, handphonemu benar-benar ceroboh." Riyu mengelengkan kepalanya.

Yuri baru tersadar "Aku lupa kau tau sekarang pasti dia sedang marah-marah." Yuri kesal pada diri sendiri.

"Lain kali beritahu aku semua rencana dan janji mu supaya aku bisa mengingatkan mu mengerti?" Riyu memandang yuri sekilas.

Diam-diam yuri tersenyum dan bersyukur di hati 'Terimakasih kau mau mengerti dan menerima kekuranganku'

~Bring bring tot bring bring tot~ "Hei sepertinya itu suara hp ku" Yuri sibuk mencari.

"Benarkah? Padahal tasmu tertinggal di dalam apartemen." Riyu menatap heran.

Early weddingWhere stories live. Discover now