Vol 3 halaman 5

12.5K 218 13
                                    

"A-apa? Yuri chan, kau dengar itu? Ah sisir, rambutmu harus disisir," Mine sibuk mengacak-acak isi tas selendangnya.

Dalam seketika kelas Yuri menjadi gaduh.

Semua siswi berebut menyambut Ryu di depan pintu.

Mine mengambil sebuah sisir lipat berwarna pink, "ah, ini dia. Yuri chan?"

Senyum Mine yang mengembang hilang perlahan.

Yuri tidak ada di sampingnya.

"Yuri, kau dimana?" mine memeriksa kolong bangkunya. "Yuri...rambutmu harus dirapikan, kalau sensei sampai melihat penampilanmu berantakan seperti itu bagaimana? Nanti ada gadis lain yang merebut hati sensei loh...." Mine berdiri dari tempatnya.

Matanya mulai mencari Yuri ke sekeliling kelas, namun tidak ada.

"Ah... Yuri chan," desah Mine lemas.

Bersembunyi dimana pikirnya, "kenapa harus bersembunyi segala sih? kau hanya perlu merapikan rambutmu saja Yuri chan," gerutunya kesal.

Suara gaduh teman-temannya yang tiba-tiba mereda membuat Mine memandang kearah jendela.

Ryu nampak berjalan tenang, matanya menyapu ke seluruh ruangan kelas dari arah luar.

Mine membeku ditempatnya saat mata Ryu tanpa sengaja memandang tepat kearahnya.

Tanpa diperintah sebelah tangannya melambai kaku. Mine juga berusaha keras untuk menampilkan senyuman manis dibibirnya.

Ryu tidak membalas sedikit pun, pandangannya kembali mengarah kedepan, melewati kelas Yuri dengan langkah tenang.

Setelah Ryu menjauh, teman-teman Yuri yang beberapa saat membeku didekat pintu kembali berisik.

Semua memandang iri kepada Mine yang masih tetap diam tidak bergerak dari posisinya tadi.

Yuri merangkak keluar dari meja di belakang bangkunya.

Memegang dadanya yang berdetak tidak karuan sambil memerhatikan keadaan luar kelas dari jendela.

"Fiuh..." Yuri menjatuhkan diri di bangkunya.

Beginilah, selama dua hari ini Yuri selalu berusaha menghindari Ryu. Selain karena masih malu kepadanya, Ryu sekarang jadi aneh dan lebih agresif.

Yuri melihat teman-temannya yang kembali masuk kedalam kelas, mereka masih sibuk membicarakan pesona Ryu.

Kepala Yuri menengok Mine yang masih berdiri.

"Mine?" tanya Yuri sambil mengerakan tangannya didepan wajah Sahabatnya.

Mine mengedipkan matanya satu kali.

Yuri menghela napas, menurunkan tangan kanan sahabatnya yang masih dalam posisi melambai kemudian menekan kedua bahu Mine agar ia duduk di bangkunya.

"Mine? Mine, Mine...!" seru Yuri sambil menepuk-nepuk pipi sahabatnya.

"Hah? A-apa?" kata Mine seperti linglung.

Yuri melipat tangan di depan dada, memandang wajah Mine lekat-lekat.

Beberapa detik kemudian Mine berseru heboh.

"Aaaagh...! Yuri chan, kau dari mana saja hah?! Aku mencarimu...!"

Yuri menaikan kedua alisnya.

Mine mendesah lemas melihatnya kemudian tersenyum-senyum aneh, "huh...ini pertama kalinya Yuri chan. Sensei Yoroshii memandang ke arahku, ternyata tatapan matanya itu....ah, pantas saja hampir semua siswi dan guru-guru wanita disini...." Mine menghentikan kata-katanya karena melihat mata Yuri menyipit tajam.

Mine tersenyum menampakan giginya kemudian menyilangkan kedua telunjuk di bibirnya pertanda tidak akan melanjutkan kata-katanya.

Yuri mendesah kemudian menjatuhkan kepalanya di atas meja.

"Cemburu itu...salah satu tanda cinta loh?" goda Mine sambil mulai merapikan rambut Yuri yang sangat berantakan dengan sisir.

"Hmm?"

"Emm...tenang saja Yuri chan, aku tidak akan merebutnya. Kobe pernah bilang padaku kalau sensei itu hanya suka pada seorang gadis," bisik Mine pelan.

Yuri mengangkat kepalanya, menyangga dagu dengan tangan sambil memandang sahabatnya.

"Sungguh, Kobe bilang begitu padaku. Kau mau tau siapa gadis itu?"

Yuri terdiam beberapa saat.

"Siapa?" tanya Yuri walau dalam hati ia sudah dapat menebaknya.

"Emm...kata Kobe, gadis yang disukai sensei adalah gadis jenis langka."

"A-apa?!" seru Yuri kaget.

"Karena gadis yang disukai sensei punya kebiasaan suka berteriak-teriak di telinga, cepat marah, suka menjitak kepala orang sembarangan, suka minum susu seperti bayi, suka mengigit, sedikit pelit, suka memaki-maki benda disekitarnya, super cerewet, sangat pelupa, ceroboh dan ...."

"Hai, selamat pagi semua," Kobe masuk kedalam kelas dengan wajah ceria.

Yuri menatapnya penuh bahaya, napasnya naik turun emosi.

"Kobe...!" seru Yuri keras-keras.

Kelas menjadi hening, semua orang memandang pada Yuri dan Kobe secara bergantian.

Langkah Kobe berhenti tepat di sisi bangku kakak iparnya.

Dengan wajah polos ia memerhatikan wajah Yuri dengan penuh tanda tanya.

Mine segera menutup mulutnya karena baru teringat sesuatu, waktu itu Kobe berpesan jangan sampai Yuri tahu.

Sekarang semua sudah terlambat, tinggal satu hal lagi yang belum Mine katakan pada Yuri.

"Mine, dan apa?"

"Yu-yuri chan, lupakan saja yah?"

"Tidak...! dan apa? Katakan sekarang Mine...!"

Kobe memandang keduanya dengan bingung.

Mine menelan ludah kemudian berkata pelan, "dan galak seperti macan."

Kobe kaget mendengarnya, matanya membulat memandang Mine.

Ragu-ragu ia melirik Yuri yang sudah siap mengepalkan tangannya.

"Bocah kurang ajar....!"

"Eh, kakak, a-aku..."

"Sini bocah usilan, aku cabut rambutmu satu-satu!" seru Yuri sambil berlari mengejar Kobe.

Mereka berkejar-kejaranmengelilingi kelas dua kali kemudian Kobe berlari keluar kelas.

Mine merasa bersalah, mengerutu memaki dirinya sendiri.

"Kakak, ampun...maafkan aku, maaf," kata

Kobe sambil terus berlari disepanjang koridor.

"Jangan lari kau bocah...!" seru Yuri kesal.

Ia melepas sebelah sepatunya kemudian melemparkannya ke arah Kobe.

"Aaww..."

Early weddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang