Vol 3 halaman 27

10.9K 186 10
                                    

"Ka-ka-kau?" Yuri terbata-bata sambil berjalan cepat menghampiri seorang korban akibat dari lemparannya itu.

Mine juga segera berlari mendekat dengan panik, "Kobe? Kau tidak apa-apa?"

Kobe tidak menjawab, ia masih memegangi perutnya sambil berusaha menyembunyikan wajahnya, seperti orang yang sedang menahan sakit. Yuri jadi panik melihatnya.

"Hei bocah, sebelah mana yang sakit? Jangan membuatku takut."

Yuri berusaha mengintip wajah Kobe yang dari tadi menunduk dalam.

'pletaak'

Tiba-tiba sebuah jitakan mendarat dengan mulus di kepala Kobe. Mine yang tidak mengerti langsung memelototi Yuri.

"Dasar, bikin kaget saja," gerutu Yuri sambil bersiap memukul kepala sepupu suaminya itu lagi.

"Ampun ..." kata Kobe seraya melindungi kepalanya, "habis wajah kakak ipar lucu kalau sedang panik begitu," tawa Kobe pun meledak.

Mata Yuri mendelik, sedang Mine menghela napas lega.

"Aku kira kau benar-benar kesakitan," Mine tersenyum kecil, "ngomong-ngomong, kenapa kau ada disini? Bukankah sekarang waktunya belajar?"

"Aku menjemput kalian, ayo masuk."

"Masuk lewat mana?" Yuri melirik gerbang sekolahnya yang tertutup rapat.

Penjaga gerbang itu kini terlihat tengah mendengarkan musik sambil memejamkan matanya.

"Ikuti aku," kata Kobe sambil berlari mengitari benteng sekolah.

Yuri dan Mine saling pandang tidak mengerti, kemudian buru-buru mengikuti Kobe karena penasaran pada apa yang akan dilakukan oleh bocah usil itu.

"Siapa yang mau naik duluan?" tanya Kobe setelah berhenti di sebuah pohon yang tumbuh tepat di atas jalan trotoar.

Salah satu dahan pohon itu yang ukurannya lumayan besar tampak menyentuh tembok benteng sekolah yang tingginya kira-kira hampir dua meter setengah.

"Naik?" tanya Yuri dan Mine bersamaan.

Mata mereka berdua melebar kaget, Kobe hanya menjawab dengan anggukan kemudian tersenyum tanpa dosa.

"Kau bilang naik?" tanya Yuri lagi tidak percaya.

Kobe kembali mengangguk.

"Na-naik ke atas pohon ini?! Ya ampun, yang benar saja?" tangan Mine sibuk menunjuk-nunjuk.

Di perhatikannya pohon tinggi itu dengan tatapan ngeri.

"Mau bagaimana lagi, tidak ada pilihan lain. Kita hanya bisa masuk lewat sini. Lagi pula pohonnya tidak terlalu tinggi bukan? Jadi ... siapa yang mau naik duluan?" tanya Kobe sekali lagi.

Mine dan Yuri saling pandang sejenak kemudian mereka berdua kompak berteriak, "TIDAK ...!"

Hal itu membuat Kobe terkejut. Ia terpaksa segera menutup mulut kedua gadis itu dengan tangannya. Matanya bergerak memerhatikan sekitarnya. Kobe takut ada orang yang menyangkanya tengah melakukan hal yang tidak-tidak pada dua gadis yang meneriakinya ini.

Sementara itu, di dalam mobil Sachiko kembali menggeram kesal. Ini sudah sangat-sangat-sangat keterlaluan pikirnya. mobil yang ia tumpangi terpaksa melewati gadis incarannya itu saat Kobe tiba-tiba saja muncul didekat mereka. Sekali lagi ia meminta pada supirnya untuk memutar kembali mobilnya. Ia merasa sangat marah dan juga penasaran sekarang. Bukankah bocah posesif itu tadi pagi sudah berangkat terlebih dahulu? Tapi kenapa tiba-tiba bocah itu bisa muncul disana? Bukankah jam segini waktunya belajar?

Early weddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang