Chapter 1v

14.9K 230 9
                                    

***

"Hoaaammm..." Yuri menguap untuk kesekian kalinya.

Matanya terasa berat untuk terbuka. Tadi malam Ryu dan Kobe menonton pertandingan sepak bola sampai dini hari. Mereka berdua bersorak-sorai dan terus berisik sehingga membuat Yuri tidak bisa melanjutkan tidurnya.

Awalnya Yuri ingin menghabiskan waktu istirahatnya dengan tidur. Akan tetapi perutnya tidak bisa diajak kompromi karena sangat lapar. Akhirnya ia memaksakan diri melangkah sendiri menuju kantin.

Saat bel istirahat berbunyi tadi Mine mengajaknya kekantin tetapi Yuri menolak karena mengantuk. Sekarang dirinya menyesal karena harus menikmati makan siangnya sendiri. Sekarang entah kemana perginya Kobe dan Mine yang biasa selalu berada didekatnya itu.

Setelah mengambil berbagai makanan kedalam nampannya, Yuri melangkah menuju tempat kosong yang berada di sudut kantin.

Angin dingin musim gugur berhembus memasuki jendela yang ada di sampingnya.

Yuri merapatkan jaket merah mudanya kemudian mulai menikmati makanannya sambil terkantuk-kantuk.

"Kyaaa....!!! Lihat, bukankah itu sensei Yoroshii?!" teriak histeris seorang siswi yang berdiri di dekat pintu.

Yuri mendelik mendengarnya, rasa kantuknya tiba-tiba hilang.

"Mana-mana?" tanya temannya penasaran.

"Itu yang pakai celana jeans, kaos putih polos dan jas coklat."

"Wah....benar itu sensei, ya ampun keren banget yah?"

"Iya, aduh....tampannya."

"Lihat rambutnya juga keren, sedikit berantakan sih, tapi keliatan... kyaaa....!!" teriak temannya yang lain sambil memegang kedua pipinya.

"Lihat-lihat tatapan matanya tajam, ah...aku suka...bikin deg-degan saja."

"Wah, aku ingin jadi pacarnya"

"Aduh, benar-benar tampan. Kau jangan bermimpi, dia tidak cocok denganmu."

"Aku tidak peduli, ya ampun, lihat dia berjalan kemari. Bagaimana ini?"

"Berisik...!!!

Ku makan kalian, ku makan!!!" teriak Yuri kesal.

Sekilas mereka hanya melirik tajam ke arah Yuri yang tengah memasukan banyak makanan kedalam mulutnya, kemudian mereka kembali sibuk merapikan penampilan masing-masing.

"Hei lihat, ada apa dengan Azaki Yuri?" bisik seorang gadis berkucir dua.

"Entahlah, dia aneh yah?"

"Ssttt....jangan berisik nanti kedengaran olehnya."

"Tapikan dia memang gadis aneh. Suka berbicara pada benda mati dan berteriak-teriak."

"Sstt....sudah-sudah, nanti dia ngamuk."

"Kyaaa...!!! nona-nona, lihat arah jam dua."

"Ya ampun, sensei semakin mendekat. Lihat rambutku sudah rapi belum?"

"Sudah, wow...semakin dekat semakin tampan yah?"

"Aduh, aku lupa membawa cermin. Bagaimana ini? penampilanku belum sempurna."

Yuri semakin kesal melihat tingkah segerombalan teman-temannya itu.

"Dasar makhluk genit!!" gerutunya kesal.

Ryu berjalan santai memasuki kantin dan melewatinya, kemudian mengulum senyum karena melihat Yuri yang nampak kesal dengan mulut penuh makanan sambil mendelik tajam ke arahnya.

"Selamat siang sensei" sapa para gadis itu bersamaan dengan gaya imut.

Ryu hanya tersenyum sekilas kemudian terus berjalan menjauhi mereka.

"Ah...tampannya, sensei tersenyum padaku"

"Apa? Tidak-tidak, yang benar sensei tersenyum padaku"

"Sudah-sudah, jangan bertengkar. Kalian tidak lihat apa? Dia tersenyum sambil memandangku"

"Apa?! Enak saja kau ini...."

Tiba-tiba mereka semua kembali bergaya genit sambil tersenyum-senyum memandang Ryu yang kembali melewati mereka sambil membawa sebotol air mineral.

Setelah Ryu berlalu para gadis itu kembali berisik memperebutkan Ryu.

Yuri sudah tidak tahan lagi mendengarnya, ia menggebrak meja kantin kemudian pergi meninggalkan teman-temannya yang terbengong-bengong menatap heran pada sikapnya.

"Ada apa denganku? Kenapa aku jadi kesal padanya?" gumannya pelan.

Kakinya terus berjalan tanpa arah, matanya terus mencari-cari sosok Mine disekitar tempat yang dilewatinya.

Yuri mengatur napas kemudian menyandarkan dirinya di dinding sebuah aula olahraga.

"Bukankah sudah satu bulan berlalu? Aku sudah mulai terbiasa melihatnya tidur di samping tempat tidurku, aku juga sudah mulai terbiasa berada didekatnya, mendengar suaranya, melihatnya makan. Tapi kenapa aku belum terbiasa juga melihat ada wanita lain yang memujinya, mencari-cari perhatiannya dan mencoba dekat dengannya? Kenapa?" tanyanya pada diri sendiri.

Yuri merasa ada sesuatu yang tidak dipahami oleh hatinya.

Ada sesuatu yang membuatnya sedih dan kesal.

Gemuruh teriakan para gadis dan tepuk tangan yang bersahut-sahutan dari dalam aula olahraga, membuat Yuri penasaran sehingga melangkah cepat kedalamnya.

Orang pertama yang menarik perhatian Yuri adalah seorang gadis berambut panjang dan ikal yang tengah melambaikan tangannya sambil tersenyum ceria kearahnya.

Yuri bergegas berjalan mendekati sahabatnya itu.

Ia duduk disalah satu bangku penonton yang berjarak sangat dekat dengan lapangan itu.

"Mine chan, apa yang kau lakukan disini?" tanya Yuri setelah duduk di sampingnya.

"Lihat itu Yuri chan, mereka sedang bertanding" kata Mine semangat.

Mata Yuri langsung mengikuti arah telunjuk Mine. Ternyata

Kobe dan beberapa teman sekelasnya tengah bermain basket dilapangan itu.

Mereka terbagi menjadi dua regu yang saling berlomba mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya.

Para gadis terus berteriak memberikan semangat, Kobe dan teman-temannya sengaja menebar pesona dengan beberapa kali bergaya setelah berhasil menambahkan poin untuk regunya.

Yuri tersenyum kecil melihat Kobe melambaikan tangan kearahnya setelah bergelantung di ring.

"Yuri chan, apa menurutmu Kobe itu tampan?"

Mine bertanya tanpa melepas Kobe dari pandangannya.

"Biasa saja" jawab Yuri acuh.

--->

Early weddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang