Vol 3 halaman 14

12.1K 215 6
                                    

'Krauk'

Yuri menggigit ujung pulpennya sampai patah.

"Ah ...." desahnya untuk kesekian kali.

Ia menjatuhkan kepalanya diatas meja setelah matanya melirik jam dinding yang menempel di ruang kelasnya.

"Seandainya hari ini tidak ada ulangan," lamunnya.

Yuri dipaksa berangkat kesekolah oleh Ryu tadi pagi karena hari ini ada ulangan matematika dan sastra jepang.

Padahal Yuri ingin menemani Ryu di apartemen.

Pagi tadi Ryu baru sadarkan diri setelah semalaman pingsan dan demam. Yuri masih mencemaskannya. Wajah Ryu masih terlihat pucat dan tubuhnya nampak masih lemah saat ia berangkat dari apartemennya tadi pagi.

"Hei, kakak ipar?" Kobe berbisik dari belakang bangku Yuri.

"Hmm ..." jawab Yuri lemas.

"Aku lapar."

"Sekarang baru jam sembilan Kobe, tahan satu jam lagi."

"Apa?! Tidak-tidak cacing diperutku tidak bisa menunggu selama itu."

"Kalau begitu pergi ke kantin saja sana."

'Krauk'

Yuri kembali mematahkan ujung pulpennya yang lain.

Kobe berpikir sejenak, kalau ia pergi ke kantin siapa yang akan menjaga Yuri?

Mine dari tadi dipanggil oleh Sensei Yamato ke perpustakaan, sudah hampir setengah jam ia belum juga kembali ke dalam kelas. Setelah mendengarkan cerita Yoshi tadi malam, ia jadi tidak mau meninggalkan Yuri sendirian.

'Krauk'

Kobe mendengar suara benda patah lagi.

Ia berdiri dari bangkunya, "ya ampun, satu-dua-tiga," Kobe menghitung pulpen-pulpen Yuri yang sudah patah ujungnya.

"Ckckck...." Kobe mengelengkan kepala melihat kebiasaan aneh kakak iparnya itu.

Setiap hari ada saja yang digigitnya, tapi biasanya tidak sampai patah dan rusak seperti itu. Pasti ada hal yang membuat kakak iparnya gemas pikir Kobe dalam hatinya.

"Katanya lapar, kenapa belum pergi?" tanya Yuri tanpa bergerak dari posisinya.

Kobe melihat jam tangannya sekilas, masih ada waktu lima belas menit lagi sebelum pelajaran baru dimulai.

"Baiklah," Kobe menghela napas, "ayo," ajaknya.

Ia mengambil pulpen ke-empat yang tengah di gigit oleh Yuri kemudian menarik tangan kakak iparnya itu dengan cepat.

Yuri yang kaget sesaat diam saja menurut, namun beberapa saat kemudian ia mulai berontak.

"Yah, kakak ipar tenanglah, temani aku ke kantin ya? Ya?" kata Kobe manja.

Yuri mendelik sambil memukul kepala Kobe,

"bocah genit, lepaskan tanganku."

Kobe melihat tangannya kemudian tersenyum menampakan giginya yang putih dan rapi namun tiba-tiba senyumnya perlahan menghilang.

Ia melihat seorang wanita berambut panjang yang kemarin diseret oleh Ryu masuk ke dalam ruangan tata usaha sekolah.

"Mau apalagi dia kemari?" gumannya penasaran bercampur geram.

Yuri memandang heran pada adik sepupu suaminya itu yang nampak bengong tiba-tiba.

Ia jadi bingung saat merasa cengkraman tangan Kobe menguat membuat lengannya sedikit sakit, "kyaaa ....! Kobe ...! Lepaskan tanganku ...!" teriaknya kesal.

"A-apa? E ... a oh ya, maaf. Maafkan aku kakak ipar," katanya gugup sambil melepas tangan Yuri pelan-pelan.

Yuri memajukan bibirnya sedikit sambil menggerutu.

"Hei--hei Kobe, kau baik-baik saja? Apa kau sakit?" tanya Yuri karena melihat Kobe kembali bengong sambil memandang ke ruangan tata usaha yang berjarak empat puluh lima meter dari tempatnya berdiri.

"A-apa? Tidak-tidak, aku baik-baik saja. Aku ... aku hanya ... lapar."

"benarkah?" tanya Yuri tidak percaya.

Kobe mengangguk cepat untuk meyakinkan kakak iparnya.

"Kalau begitu ayo lekas ke kantin, nanti Sensei Yamato keburu masuk."

Yuri mendorong punggung Kobe menuju kantin.

Sesekali kepala Kobe masih saja menengok ke ruangan tata usaha sambil berguman tidak jelas.

Yuri jadi penasaran, ada apa dengan Kobe? Pikirnya.

Tidak sampai lima belas menit mereka berdua telah kembali ke dalam kelas.

Dasar laki-laki, Kobe menghabiskan semangkuk udon hanya dalam waktu hitungan menit saja.

Tadi Yuri sampai kaget melihatnya.

"Azaki Yuri, Hanowa Mine, tolong bagikan kertas-kertas soal ini," perintah Sensei Yamoto sambil mengeluarkan tumpukan kertas dari dalam tasnya.

"Baik Sensei," jawab keduanya bersamaan.

Mereka berdua mulai membagikan kertas-kertas yang berisi soal matematika keseluruh penghuni kelas.

"Hei, kakak. Nanti aku nyontek yah?" bisik Kobe manja saat Yuri memberikan selembar kertas kepadanya.

Tangan Yuri langsung menjitak kepalanya, "nyontek? Makanya belajar," kata Yuri cuek.

Kobe cemberut sambil mengusap-usap kepalanya, "pelit."

'pletak'

Yuri kembali menjitak kepala adik sepupu suaminya itu sambil berlalu.

Kobe mengerutu panjang pendek sambil cemberut.

Dari jendela luar seorang wanita bermantel panjang berdiri memerhatikan Yuri.

"Kelas X11 A," gumannya membaca tulisan yang ada di secarik kertas yang dipegangnya.

Setelah bersusah payah membujuk petugas tata usaha, akhirnya ia mendapatkan jawaban yang diinginkannya.

Tadi petugas itu bilang ada dua orang di sekolah ini yang memiliki nama keluarga Yoroshii, yang seorang pengajar sedangkan yang seorang lagi pelajar yang menempati kelas X11 A. Keduanya adalah saudara sepupu. Yang pengajar itu pastilah Ryu pikir wanita itu, tapi yang seorang lagi?

Ia melihat dengan jelas kalau gadis yang dipanggil nona Yoroshii waktu itu ada di kelas ini, "jadi, itu berarti?"

Sekilas wanita itu kembali teringat akan sikap mesra Ryu pada gadis itu sewaktu pesta ulang tahun Kenzie.

Namun sedetik kemudian ia menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Sepasang matanya yang agak sipit membulat saat melihat gadis itu kembali memukul kepala pemuda yang ada di belakang bangkunya dengan menggunakan buku sebelum duduk di kursinya sendiri.

Kepalanya jadi pusing sekarang, --->

Early weddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang