Chapter 2j

14.1K 218 13
                                    

--->

Ryu menunduk mencium kening Yuri sekilas. Ia sudah tidak dapat menahan dirinya lagi. Setiap melihat wajah istrinya memerah, apalagi dalam posisi dekat seperti ini membuatnya tidak bisa tidak mendaratkan sebuah kecupan di wajah istrinya.

"Ka-kau?? Huh..."

Yuri menghela napas, ia memerhatikan keadaan sekelilingnya berharap tidak ada orang yang melihatnya.

"Sepertinya semua orang sedang sibuk," bisik Ryu seakan mengerti apa yang dikhawatirkan istrinya.

Senyuman jahil terukir sempurna di wajahnya yang tampan. Yuri terdiam melihatnya, jantungnya berdebar terlalu cepat dan rasa gugup semakin menyerang membuat dirinya tidak bisa menjawab apa-apa.

Ryu semakin menarik Yuri ke dalam pelukannya seolah sedikitpun tidak rela melepaskannya. Yuri tidak bisa berbuat apa-apa, ia mencoba menenangkan hatinya dengan membiarkan dirinya larut dalam perasaan nyaman yang perlahan semakin merasuk ke dalam jiwanya.

Dari kejauhan ada beberapa orang yang nampak kesal melihatnya namun ada juga yang tersenyum bahagia.

Yoshi dan Kenzie sibuk mengambil gambar mereka berdua dengan handycam sambil ribut dan sesekali tertawa kecil.

Menurut mereka berdua melihat Ryu memeluk gadis dan berdansa adalah kejadian super langka yang penting untuk di abadikan.

Karena baru kali ini mereka melihat Ryu melakukannya.

"Mereka seperti pengantin baru."

"Mana-mana, aku lihat."

"Hei, diamlah Yoshi. Gambarnya jadi tidak jelas!!" sewot Kenzie.

Yoshi cemberut mendengarnya, tapi sedetik kemudian dia heboh sendiri.

"Lihat, Ryu mencium keningnya lagi. Eh..eh.. Sekarang dia mencium pipinya. Ya ampun, katakan aku sedang bermimpi Kenzie, pukul aku pukul..."

Kenzie menyikut perut Yoshi dengan keras.

"Sakit?" tanya Kenzie khawatir karena melihat Yoshi membungkuk sambil meringis.

Sebagai jawaban Yoshi hanya menganggukan kepalanya.

"Baguslah, berarti kita tidak sedang bermimpi."

Kenzie tertawa kecil kemudian melanjutkan kegiatannya.

***

"Yoshi, apa ini tidak berlebihan?"

"Tidak Kenzie, aku yakin mereka bukan hanya sebatas dekat."

Yoshi memaksa Kenzie dan Toru untuk menemaninya membuntuti mobil Ryu saat mereka pergi meninggalkan hotel tempat pesta berlangsung.

"Kau mabuk?" tanya Toru sambil menepuk-nepuk pipi Yoshi.

"Hentikan, aku hanya minum air soda tadi."

Yoshi menyetir dengan hati-hati ia takut ketahuan oleh Ryu.

"Apanya yang aneh sih?" tanya Toru malas.

"Tadi Ryu mencium keningnya."

"Kau juga sering melakukannya Kenzie," kata Toru.

"dia juga mencium pipinya."

"Huh, kau juga sering melakukannya Yoshi. Bahkan lebih dari itu, pada gadis yang berbeda-beda di sembarang tempat lagi, menjijikan!!" seru Toru jengkel.

"Tapi ini Ryu, dia yang melakukannya Toru. Bukankah aneh?" tanya Yoshi sambil tetap fokus mengemudi.

"Aneh, benar juga. Ah...terserahlah. hei, aku ingin buang air kecil."

"Tahan saja sebentar."

"Yoshi, aku lapar. Kau punya makanan?" ribut Kenzie.

"Yah, jangan di acak-acak itu kotak peralatan musikku!!"

"He... Maaf, sepertinya stik drum ini patah."

Kenzie senyum-senyum tidak jelas.

"A-apa?! Ah, shit. Aku kan sudah bilang jangan di acak-acak begitu!! Dasar makhluk tidak sabaran, sekali-kali pakai perasaan kalau membuka sesuatu!" sewot Yoshi kesal.

"Aku lapar Yoshi, aku sangat lapar."

Kenzie yang duduk di jok belakang melingkarkan tangannya ke leher Yoshi.

"Hei-hei, hentikan Kenzie. Kau bisa membuat mobil ini menabrak!!" teriak Toru.

Ia mencoba melepas tangan Kenzie yang telah menyebabkan mobil yang Yoshi kemudi hampir menabrak pembatas jalan.

"Belok Yoshi belok, lihat kita beli pizza itu dulu."

"Apa? Tidak-tidak nanti kita kehilangan jejak Ryu."

"Sini-sini biar aku yang menyetir."

Kenzie kembali berusaha duduk di depan sehingga menghalangi pandangan mata Yoshi yang tengah menyetir.

Toru menahan napas, mobil yang mereka tumpangi jadi tidak terkendali.

"berhenti!!!" teriak Toru tepat di telinga mereka berdua.

Yoshi yang kaget mengerem mobilnya mendadak.

Kenzie juga kaget karena kepalanya terantuk stir mobil.

Toru turun dari mobil, lalu menarik kerah baju Yoshi dan memaksanya keluar. Ia juga memaksa Yoshi untuk duduk di belakang bersama Kenzie.

Toru kemudian duduk di belakang kemudi.

"To-toru, apa yang akan kau lakukan?!" pekik Kenzie saat Toru menyalakan mesin mobil.

"Mencoba mengemudi," jawabnya sambil tersenyum jahil.

"A-apa? bukankah kau tidak bisa?" tanya Yoshi cemas.

"Memang. ah tidak, maksudku sedikit. Pegangan kawan."

Toru menginjak gas kemudian mobil pun melaju tidak karuan.

Kenzie dan Yoshi saling pandang kemudian wajah mereka pucat, Toru menjalankan mobilnya dengan sembarangan. Ia memang baru sekali belajar menyetir.

Di dalam mobil lain.

"Yuri, lihat."

Ryu menunjuk sebuah mobil Mercy merah yang ada di belakang mereka dari kaca sepion. Yuri menoleh kebelakang kemudian terkejut melihat mobil itu menyalip mobil lain dan kadang terlihat berhenti tiba-tiba di tengah jalan.

"Bodoh, sepertinya supir mobil itu mengantuk atau...mabuk."

"Benar, bahaya sekali."

Ryu menjalankan mobilnya agak cepat supaya tidak terlalu dekat dengan mobil Mercy merah itu. Ia sama sekali tidak menyangka siapa orang-orang yang ada di dalamnya.

"Yah, Toru hati-hati. Ini mobil baruku!!" teriak Yoshi cemas.

"Umurku baru tepat dua puluh empat tahun kawan, jalankan mobilnya pelan-pelan. Aku belum menikah!!" teriak Kenzie tidak kalah kerasnya.

Toru mengerem mobilnya mendadak. Kenzie dan Yoshi menubruk jok yang ada di depan mereka.

"Diam, kalian membuat konsentrasiku hilang."

Toru memukul stirnya.

"Yah, Toru cepat. Ryu semakin menjauh."

-->

Early weddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang