Chapter 2i

14.3K 244 6
                                    

-->

Tanpa sengaja ia melihat Yoshi mencium pipi dua gadis di sampingnya secara bergantian. Kemudian tangan-tangan gadis itu sibuk merapikan rambut dan kemejanya yang agak berantakan.

Tidak sampai beberapa menit mereka telah sampai di tempat Kenzie berada. Ryu menengok melihat ke wajah Yuri kemudian mengikuti arah pandangnya.

Mata Yuri melihat sekilas agak lama ke arah Yoshi yang masih mencuil pipi gadis lain di dekatnya padahal di kanan kirinya sudah ada dua gadis yang bersandar manja padanya. Yuri juga terus menggerutu sambil sesekali mendelik ke arah Yoshi.

Ryu tidak tau apa yang sebenarnya tengah dipikirkan oleh Yuri. Ia juga tidak tau kenapa Yuri sesekali mendelik kesal pada Yoshi.

Ryu mengira-ngira Yuri merasa aneh melihat sikap Yoshi yang seperti itu. Makanya ia tidak tinggal diam melihat tingkah temannya itu. Ia mengambil sebuah minuman kaleng kemudian melemparnya ke arah Yoshi.

Ia terkejut namun dengan sigap berhasil menangkap minuman itu. Setelah matanya melihat Ryu ia berbisik kepada salah satu gadis yang berada di sebelah kanannya.

Gadis itu melihat Ryu sekilas kemudian mencium pipi Yoshi sebelum pergi menjauhinya.

"Kebiasaan, jaga sikapmu. Ada anak SMA disini."

Ryu berbisik kepada Yoshi sambil melirik sekilas pada Yuri yang tengah mengobrol dengan seorang wanita cantik yang menjadi pendamping Toru di pesta.

Yoshi hanya tersenyum sambil membuka minuman kaleng yang di pegangnya. Di teguknya air soda itu sedikit.

"Jadi dia masih SMA?" tanya Yoshi penasaran.

"Ya."

"Dari sekian banyak gadis cantik dan dewasa yang mendekatimu, kau malah menyukai gadis SMA?" tanya Yoshi tidak percaya.

Ryu hanya menjawab dengan senyuman, tangannya meraih minuman kaleng yang tengah di pegang Yoshi.

"Ah, aku tidak mengerti seleramu Ryu. Kelihatannya dia itu-dia masih sangat polos dan...kekanak-kanakan."

"Memang, maka dari itu kau jangan merusak gadisku dengan mempertontonkan kebiasaanmu itu mengerti. Kapan kau mau berubah?"

Yoshi merebut kembali minuman yang telah di teguk sedikit oleh Ryu. Ia menghela napas kemudian meneguk habis isi minuman itu.

"Aku harap segera datang seorang gadis yang dapat menjinakanmu kawan," Ryu tertawa sambil menepuk-nepuk bahu sahabatnya itu.

"Kau yakin ada?" tanya Yoshi lemas.

"Semoga," jawab Ryu sambil berjalan meninggalkannya.

"Ya, semoga ada" guman Yoshi sambil mengedipkan sebelah matanya pada seorang gadis yang di laluinya.

Kenzie terus tersenyum senang, ia memotong kue ulang tahunnya setelah beberapa kata sambutan dari orang tua dan ketiga sahabatnya dari atas podium kecil yang terletak di sampingnya.

Ia memberikan kue pertamanya untuk Ryu dan memintanya untuk menyuapi Yuri sebagai kado tambahan untuk Kenzie.

"Ayolah Ryu," rengek Kenzie.

Mereka menahan tawa melihat Ryu yang gugup dan pipi yuri yang berubah merona. Keduanya salah tingkah menanggapi permintaan konyol daqi temannya itu. Mereka berdua juga menjadi pusat perhatian para tamu undangan. Dengan tangan gemetar Ryu mendekatkan sesendok kecil kue bolu kemulut istrinya. Yuri terpaksa menahan malu, Ia membuka mulut mungilnya.

Beberapa kali Toru mengambil foto mereka berdua dengan kameranya.

Mereka semua bertepuk tangan setelah Ryu berhasil melakukannya, tidak ketinggalan ketiga sahabatnya bergantian memeluk Ryu sambil terus tertawa.

Yuri diam-diam tersenyum kecil, ia jadi ingat pada saat pesta pernikahannya waktu itu.

orang tua dan semua keluarga Yoroshii memaksa mereka berdua untuk saling menyuapi kue. Waktu itu Ryu dan dirinya belum saling berkenalan secara langsung.

Mereka berdua sangat gugup dan malu. Setelah Ryu dan Yuri melakukannya semua orang tertawa dan bertepuk tangan. Mirip dengan kejadian malam ini.

Seseorang mengagetkan Yuri dari lamunannya dengan menyusut sisa cream kue dari sudut bibirnya dengan sehelai tissu.

Ia mendadak gugup saat tau siapa yang melakukannya.

"Sepertinya aku harus sering melakukannya," Ryu tersenyum kecil.

"Me-melakukan a-apa?"

"Melakukan..." Ryu sengaja menghentikan kata-katanya.

"Huh kebiasaan, jangan mulai lagi. Kenapa sih, kau senang sekali menggantung kata-katamu?" sewot Yuri.

Ia berusaha menutupi perasaan gugupnya.

Ryu tertawa mendengarnya.

Yuri mencubit lengan Ryu kemudian berbalik memunggunginya.

"Jangan marah istriku. Kalau kesal gigit saja tanganku," bisik Ryu di telinga Yuri.

Kedua tangannya melingkari pinggang istrinya.

Yuri kaget, jantungnya berdebar kencang. Ia berusaha melepaskan diri akan tetapi Ryu tidak melepaskannya. Mata Yuri sibuk memerhatikan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua tengah berdansa bersama pasangannya. Toru dan teman wanitanya pun sudah terlarut dalam suasana.

Yuri baru tersadar suara musik yang lembut tengah mengalun di ruangan itu.

"Lepaskan aku Ryu," Yuri masih berusaha melepaskan diri.

"Tidak akan."

"A-apa? Ka-kau...ayo lepas."

"Tidak."

Yuri membalikan badannya dengan kesal, Ryu tersenyum jahil tanpa melepas pelukannya.

"Ayo lepas," rajuk Yuri.

"Tidak akan pernah."

"Ayolah..."

Ryu hanya menggelengkan kepalanya sambil cemberut.

"Hei, kenapa kau memasang wajah aneh begitu?" goda Yuri.

"Jangan pernah memintaku lagi untuk melepaskan pelukanku Yuri, aku...tidak suka."

Ryu merajuk, Yuri tertawa kecil mendengarnya.

"Hmm, baiklah. Kalau begini? Apa kau suka?"

Yuri melingkarkan kedua tangannya di leher Ryu.

"Hmm...itu...lebih baik, aku sangat suka" katanya sambil tersenyum dan semakin menarik Yuri mendekat.

Wajah Yuri kembali memerah, ia berusaha menundukan kepalanya karena malu. Ryu menunduk mencium kening Yuri sekilas.

--->

Early weddingWhere stories live. Discover now